Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rekuiem Centang Hijau

4 Desember 2022   11:52 Diperbarui: 4 Desember 2022   12:13 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Rasanya aku ingin bunuh diri saat mendengar berita Centang Hijau akan ditenggelamkan ke dasar laut Kompasiana. Aku baru saja belajar mencintainya dengan kesungguhan hati. Selalu saja  di setiap namaku muncul, ia  setia berada di samping kananku. Aku merasa bangga. Centang Hijau seolah memiliki aura yang tak bisa aku jelaskan dengan mudah.


"Aku tak paham, mengapa kamu harus terlalu cepat menghilang dari hidupku?"
"Sudahlah tak usah sok romantis!" ejek Centang Hijau saat kami menyaksikan  karnival di Jalan Kesunyian.
"Hampir setiap pagi aku merindukanmu."
"Gombal!"
"Kalau tak percaya, belahlah dadaku."
"Semua lelaki sama saja. Saat akan kehilangan pasti menjadi perayu kelas wahid."
"Apalagi jika aku harus kehilanganmu...."
"Mbelgedes!"
"Buktinya setiap saat aku merindukanmu. Selalu menulis agar dapat bersanding denganmu di beranda Kompasiana."
"Cis! Toh masih ada Centang Biru yang tahes komes, menjadi primadona para penulis. Jujur sajalah kalau engkau juga naksir!"
"Aku tak bisa berpaling darimu. Tatapan matamu meneduhkan hatiku."
"Gombal!"
"Aku tak mungkin bisa merebut dengan mudah Centang Biru dari genggaman Engkong Felix  dan Bang Hanif. Juga pesaing lain di luar sana."
"Meski baru sebentar mengenalmu, tapi aku tahu kau adalah lelaki tangguh yang tak gampang menyerah!"
"Tak biasanya engkau memujiku."
"Sama. Tak biasanya engkau nggombal sampai membuatku hampir terkecoh," ujar Centang Hijau lirih.
"Terkecoh?"
"Iya. Aku nyaris jatuh cinta kepadamu."
"Hah?"
"Engkau tak percaya?"
"Mana mungkin?" tanyaku heran.
"Mungkin saja. Aku merasa mencintaimu pada waktu yang tepat. Pada saat aku akan kehilangan semuanya."
"Maksudmu?"
"Aku akan mencintaimu dalam keabadian dinding beku Kompasiana. Bukankah cinta tak harus memiliki?" tanya Centang Hijau sambil tersenyum manis.

                                         ***

"Mas, bangun Mas! Ngimpi apalagi kok cengar-cengir sendiri?"

Sebentar kemudian suara istriku tenggelam ditelan suara azan subuh dari surau sebelah rumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun