Demonstrasi Aksi Mujahidin 212 yang terlaksana di kawasan Bundaran HI dan Monas pada Sabtu, 28 September 2019. Aksi ini sebagai bentuk keikut sertaan kelompok tersebut dalam arus perubahan politik Indonesia, namun aksi ini tetap disisip dengan tuntutan: pulangkan imam mereka Habib Rizieq dan batalkan hasil Pilpres 2019, mereka selalu menamakan diri mereka adalah "sang pembela islam".
Mujahid adalah generasi muslim yang mengamalkan, mendakwahkan, dan memperjuangkan tegaknya Syari'ah Islam, baik secara individual (sendiri) maupun institusional (bersama-sama) dan seharusnya  para mujahid hendaknya berpegang pada asas keutuhan dan persatuan (wihdah), persaudaraan (ukhuwah) serta solidaritas (ta'awun).Â
Hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan  Imam Muslim, An-Nasa'i, Imam Ahmad dan Baihaqy ini meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengisahkan tiga orang Muslim di hadapan mahkamah Allah SWT kelak ada seorang mujahid yang masuk neraka padahal mujahid tersebut berperang di jalan Allah SWT dan mati syahid.Â
Allah SWT menyangkalnya dan memasukkannya ke neraka jahannam karena sebab Allah SWT Maha Mengetahui bahwa orang tersebut berperang bukan karena Allah SWT tetapi karena orang tersebut ingin disebut sebagai pahlawan kebenaran.
Panglima Komando Jihad Maluku Ustad Jumu Tuani pernah menyarankan agar siapa saja yang menyebut dirinya mujahid agar mengetahui cara-cara berjihad. Pengetahuan itu untuk membantu agar jihad yang mereka lakukan tidak salah langkah.
"Mengaku sebagai mujahidin, harus mengetahui cara-cara berjihad, supaya jihad yang dilakukan tidak salah langkah," kata Jumu di Masjid Al Fataa, Jalan Menteng Raya, Jakarta pada tanggal 28 Juni 2016.
Bagaimana dengan Aksi Mujahid 212 yang diserukan dan dilakukan di tengah aksi politik yang menuntut pembatalan sejumlah RUU kepada DPR RI ? Apakah aksi tersebut adalah bentuk politisasi agama Islam yang awalnya bernama Parade Tauhid menjadi Aksi Mujahid ?
Aksi dengan label politisasi agama Islam sudah ambil bagian di ruang publik sejak kasus penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta, Ahok.Â
Pada kondisi saat tersebut adalah sesuai dengan tujuan bela agama Islam yang sebenarnya adalah keberatan atas orang bukan Islam melakukan terjemahan ayat suci Al Quran. Gelombang aksi terus berlanjut ke Pilpres 2019 sampai sekarang dengan maksud mendukung aksi mahasiswa atas penolakan RUU.
Banyak yang menyebut bahwa aksi ini adalah rasa kecewa terhadap kekalahan salah satu pasangan Capres-Cawapres yang mereka dukung dan perjuangkan. Sehingga disimpulkan jika aksi ini dinilai sebagai kepentingan politik semata.