Ia meraih jumlah suara pemilih suara terbanyak, tetapi kalah dalam jumlah suara elektoral sehingga takterpilih sebagai presiden AS. Kekalahan tak membuatnya surut untuk menyuarakan ihwal lingkungan hidup. Bunga rampai tulisannya yang lain terbit dalam sebuah buku setebal 408 halaman pada 2006 dengan judul "Earth in the Balance : Ecology and the Human Spirit." Setahun kemudian, 2007, Al Gore dinobatkan sebagai peraih penghargaan Nobel untuk perdamaian. Takayal selentingan pun muncul menyatakan bahwa Al Gore justru berhasil menjadi presiden dunia dalam menyuarakan perlunya kesiagaan menghadapi perubahan iklim serta pemanasan global.Â
Ia, bagaimanapun, berjasa telah menyadarkan dunia sehingga seluruh dunia pun kini menjadi siaga serta melakukan langkah-langkah konkret di dalam mengatasi masalah lingkungan hidup.
Tidak sederhana alias kompleks hal-ihwal yang berkenaan dengan kerusakan lingkungan hidup ini, demikian juga dengan hal untuk mengatasinya.Â
Dari sekian kerumitan itu adalah hal mendasar yang sejatinya bisa dilakukan oleh kita orang per orang. Salasatunya yang berkenaan dengan pemanasan global, dari deretan penyebabnya antara lain adalah faktor praktik pertanian tertentu yang bersifat monokultur, penggundulan hutan, dan kian berkurangnya tanaman-tanaman tinggi sehingga hukum alam mengalami ketidakseimbangan. Untuk menyeimbangkannya kembali, antara lain dan satu-satunya jalan adalah dengan menanam pepohonan yang cukup rindang sekaligus bermanfaat langsung/taklangsung.Â
Menanam pohon, secara teknis bisa dilakukan oleh orang per orang bahkan di lahan yang terbatas sekalipun, sementara dalam tataran makro tentu perlu pula segera dilakukan re-forestasi atau penghijauan kembali hutan-hutan yang telah gudul serta menambah perluasannya.Â
Al Gore di dalam artikel berjudul "Seeds of Privation" mengemukakan istilah "pemuliaan tanaman" (plant breeding), yang menurutnya sesungguhnya telah berusia setua peradaban kita sendiri.Â
Sejak 10.000 tahun yang lalu, tulis Al Gore pula, manusia telah mengumpulkan dan menanam benih tanaman yang bernilai. Tapi, seperti diungkap di bagian lain tulisannya, manusia pula yang kemudian merusaknya. Kini, kita sebagai manusia, menjadi wajib hukumnya untuk memperbaikinya kembali.
Ihwal menanam atau pemuliaan tanaman yang disebut Al Gore sejatinya telah berusia setua peradaban kita sendiri, itu kiranya takbisa dibantah.Â
Di dalam hadits yang diriwayatkan Anas Rodhiyallohu 'Anhu, "misalnya, Rasulullah Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam bersabda: "Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang diantara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanam sebelum terjadi kiamat maka hendaklah dia menanamnya."
Sejenak, mari kita hitung-hitungan. Salasatu sumber menyebutkan bahwa Rasulullah SAW itu lahir pada tahun 571 M. Beliau diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun, tepatnya pada 17 Ramadhan tahun 611 M, yaitu saat menerima wahyu pertama melalui malaikat Jibril di Gua Hira. Rasulullah berdakwah atau mengajarkan agama Islam selama 23 tahun sampai akhir hayatnya, yaitu dari 611 -- 634 M. Katakanlah hadits di atas itu dikemukakan Rasulullah SAW di masa pertengahan kerasulannya, maka perkiraannya adalah pada 622 M.Â
Kini, kita berada pada tahun 2023, artinya Rasulullah SAW menyatakan pentingnya menanam pohon itu sudah sejak 1.401 tahun yang lalu, atau 1.384 tahun sebelum buku Al Gore yang berjudul "Earth in the Balance" itu terbit.Â