dan tibalah dikau di ruang pengabdian
ruang luas takberbatas
bahkan tanpa lampu tanpa penghias
. . . . .
diskusi indah dan takindah
telah menjadi lampau
memudar dan menghilang
. . . . .
jangankan uang dan sebentuk bayaran
bahkan ada dan takada tepuk tangan
. . . . .
pun
. . . . .
dalam gelap hujan berhalilintar
di lembah cipaku
dikau menari mewujud air
menjadi halilintar
. . . . .
di pelataran cetha yang disucikan
dikau sapa rembulan
menebar cinta bersama gerimis
. . . . .
sungai bacin ah teramat kotor
berkeramas malah dikau di sana
rakit mengambang di ciliwung
. . . . .
wening
. . . . .
air matamu menitik
bersatu dengan tirta situ talaga
menari bersama ikan-ikan berloncatan
. . . . .
deru mesin-mensin penghancur
dikau ubah jadi pirig kupu tarung
tegak di sana: melawan
. . . . .
bersama sss dan dua lembar daun pisang
sssssss... desis dikau bukan ular
saksinya bulu kuduk nan meremang
. . . . .
ruang luas takberbatas
tempat dikau menghentak soder
tanpa lampu tanpa penghias
. . . . .
luruh dikau bersama semesta
menjadi semesta
aku menatap sambil belajar
---------------
[ditulis sesungguhnya saat IA menari di tengah hujan dan halilintar di Cipaku, tahunnya lupa, tak usai dan/atau merasa tulisan ini selalu mentah maka tak pernah diselesaikan - di ujung 2014 ditengok dan diolah kembali, di penghujung 2021 ada yang tumbuh...]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H