Sang Raja Galur yang memang menunggu dengan taksabar sepanjang para pelukis itu bekerja, ia segera bangkit dari tempat duduknya kemudian memandangi satu demi satu lukisan yang belum lagi kering dengan sempurna.
Terdengar sang raja berdecak kagum. Keempat lukisan tersebut memang menakjubkan, semuanya memperlihatkan wajah dan bentuk jambangan dengan sempurna.
Menyusul decak kekagumannya, tampak sang raja menempatkan ujung jari telunjuk tangan kanannya di dagu, dahinya berkernyit. Para pelukis saling pandang, ada semacam kecemasan bahwa ada yang kurang berkenan dalam karya mereka.
"Mengapa yang mulia, apakah ada yang salah dengan lukisan kami?" Tanya mereka hampir bersamaan.
"Tidak. Semuanya bagus, kalian hebat-hebat sehingga lukisan-lukisan kalian begitu persis menggambarkan jambangan kesayangan kami," jawab sang raja.
"Tapi yang mulai tampak seperti ragu atau sedang memikirkan sesuatu, apakah gerangan itu?" Tanya pelukis #2 yang di "ya"kan oleh ketiga pelukis lainnya.
"Jambangan itu hanya satu, maka saya hanya akan memilih satu saja lukisan yang paling benar menyerupai, namun saya bingung karena semua sama baiknya. Menurut kalian sendiri, mana kiranya yang paling benar menyerupai jambangan itu?" Kata sang raja dengan tangan kiri bersilang di atas perut, itu menopang sikut sebelah tangannya lagi dengan ujung-ujung jari agak tertekuk di bawah hidung.
Mendengar daulat sang raja, seketika itu pula para pelukis saling berargumen, masing-masing saling menyampaikan pendapat bahwa karyanya lah yang benar. Perdebatan berkepanjangan, hingga sang raja yang kemudian mengakhirinya.
"Kalian adalah ahli-ahlinya, silakan kalian temukan yang paling benar. Kini tengah malam sudah cukup lama berlalu, besok begitu fajar menyingsing aku harus berangkat membawa jambangan ini," tutup sang raja sambil berlalu dengan menenteng jambangan yang akan dibawanya berlayar.
**
SEPENINGGALAN sang raja, perdebatan antarpelukis pun berlanjut bahkan kian memanas, taksatu pun diantara mereka yang mau kalah atau mengalah. Karena masing-masing pelukis memiliki murid dan pengikut-pengikutnya, takayal pertentangan itu pun kian melebar hingga menimbulkan ketegangan di antara murid dan pengikut mereka. Empat mazhab kesenimanan yang semula akur itu pun pecah.