Mohon tunggu...
Herry Darwanto
Herry Darwanto Mohon Tunggu... Freelancer - Ingin menikmati hidup yang berkualitas

Penyuka musik keroncong & klasik, gemar berkebun, penggemar jajan pasar

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo Pasca Pilpres

28 April 2019   07:30 Diperbarui: 28 April 2019   07:40 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: etralnews.com

Jika Prabowo diputuskan kalah dalam Pilpres 2019 oleh KPU, apa peran yang dapat dilakukannya?

Pertama, Prabowo dapat mengetuai kelompok oposisi untuk mengawal jalannya pemerintahan dibawah Presiden Jokowi. Fungsi oposisi ini diperlukan agar pemerintah tidak melenceng dari konstitusi (UUD 1945) dan undang-undang turunannya.

Selama ini partai-partai oposisi kurang keras dalam mengawal jalannya pemerintahan. Jika partai-partai oposisi ini dapat dikoordinasikan dengan baik, maka suara kelompok oposisi akan lebih nyaring dan pemerintah akan harus memperhatikannya.

Jumlah anggota DPR 2019-24 dari partai-partai oposisi diduga lebih sedikit dari  partai-partai pemerintah, namun tidak berarti kelompok oposisi tidak bisa berbuat banyak. Partai-partai oposisi dapat berperan besar dalam penyusunan undang-undang yang menjadi tugas pokok DPR.

Masukan yang berbobot dari kelompok oposisi terhadap rancangan undang-undang (RUU) yang dibuat tentu akan diperhatikan oleh kelompok partai pemerintah. Jika sebelumnya suara partai-partai oposisi tidak vokal karena masing-masing mencermati RUU secara sendiri-sendiri, maka dengan kerja sama yang baik, suara kelompok oposisi dapat lebih tajam dan menyeluruh.

Jika terjadi perbedaan yang mendasar antara kelompok oposisi dengan kelompok pemerintah, maka kelompok oposisi dapat membawa perbedaan ini ke ruang publik, melalui media massa (cetak, online, maupun televisi), debat publik terbuka, dan sebagainya. Selama ini banyak ruang yang sebetulnya dapat dipakai oleh kelompok oposisi untuk mengkritik pemerintah namun tidak dipergunakan secara baik.

Kelompok oposisi secara bersama-sama perlu mempunyai pemahaman yang lebih baik daripada pihak pemerintah. Kelompok oposisi perlu mempunyai tim ahli yang mampu mengamati masalah-masalah ekonomi, sosial, hubungan internasional dan sebagainya. 

Kelompok oposisi dapat menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian atau perguruan tinggi untuk mempertajam pendiriannya yang berbeda dengan pendirian pemerintah.

Prabowo dapat menjadi presiden bayangan yang memimpin menteri-menteri bayangan dari partai-partai oposisi. Melalui sidang-sidang kabinet yang rutin, maka kelompok oposisi dapat menjalankan fungsi pengawas jalannya pemerintahan dengan lebih baik.

Setiap periode waktu tertentu, misalnya 6 bulan sekali, kelompok oposisi perlu mempublikasikan hasil evaluasi terhadap jalannya pemerintahan secara luas. Suara kelompok oposisi yang nyaring dan berbobot akan menaikkan pamor partai-partai dan tokoh-tokohnya, yang menjadi modal besar untuk meraih suara pada pemilu berikutnya.

Kedua, Prabowo dapat menjadi "King Maker" yang mencari, membimbing, dan mengantarkan calon-calon pemimpin pada tingkat nasional dan daerah. Prabowo perlu mencari politisi-politisi muda yang berbakat dan beriktikad baik untuk mengabdi pada negara. Sebagian dari mereka mungkin menang dalam Pemilu kali ini, namun sebagian dari mereka mungkin belum berhasil, atau bahkan tidak menjadi anggota partai.

Saat ini menjadi politisi bukan pilihan karir yang menjanjikan bagi generasi muda karena unsur ketidakpastian yang tinggi. Dengan kekayaan dan jaringan yang luas, Prabowo dapat mendirikan sekolah bagi calon-calon legislator dan pengelola pemerintahan.

Peserta sekolah ini bebas untuk menentukan di partai mana ia akan bernaung. Dari sekolah ini diharapkan muncul anggota-anggota DPR/DPRD dan kepala pemerintah dari bupati/walikota hingga presiden.

Prabowo tidak harus menjadi presiden untuk dikenang sebagai nasionalis dan patriot sejati. Ia dapat melakukan hal-hal yang besar bagi negara dan bangsa dengan memimpin kelompok partai oposan dan/atau menjadi guru bangsa yang mencetak politisi-politisi besar di masa depan.~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun