Menurut Bruno Lanvin (2018) kunci mengelola kemajemukan di Eindhoven adalah sebagai berikut.
1. Adanya kebutuhan untuk memahami budaya asing. Pemerintah dan warga kota Eindhoven memahami bahwa pekerja asing adalah kebutuhan bagi kota yang semakin maju. Perusahaan-perusahaan ekspor perlu memahami negara yang menjadi pasar bagi produknya. Perusahaan-perusahaan juga perlu mengimpor bahan baku dan setengah jadi dari negara-negara lain dengan latar belakang yang berbeda. Semua hal itu menuntut perlunya penduduk lokal memahami budaya asing.
2. Selain penghasilan yang tinggi dan bidang kerja sesuai profesi, lingkungan kehidupan di Eindhoven juga memberikan kenyamanan bagi pendatang. Untuk bisa membuat pendatang betah menetap, kualitas hidup kots dibuat sebaik mungkin, antara lain sistem kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan reguler mudah diakses oleh para pendatang.
3. Keterampilan internasional merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah, baik dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi. Ada lembaga khusus (Brainport Development) yang bertugas yang mengkoordinasikan pelaksanaan visi tersebut.
4. Masyarakat menyiapkan diri dengan belajar dan bekerja bersama dalam masyarakat yang multikultural. Anak-anak belajar bahasa internasional sejak usia 4 tahun. Berbagai tantangan lintas negara seperti perubahan iklim dan datangnya pengungsi menuntut masyarakat untuk bekerja bersama dan menerima perbedaan kultural.
Intinya, kemajemukan digunakan secara optimal dengan menyiapkan generasi zaman next menghadapi kehidupan bermasyarakat yang multikultural dan berubah cepat.
--o0o---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H