Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sering dijadikan ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu negara, namun sebenarnya indikator itu tidak menggambarkan kualitas kemajuan negara secara utuh. Memang UNDP sejak awal 1990-an telah menyusun Indeks Pembangunan Manusia, yang menggabungkan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan angka harapan hidup untuk membandingkan kualitas kehidupan manusia negara-negara anggota PBB.
Namun indeks dengan hanya tiga indikator ini dinilai kurang menggambarkan tingkat kesejahteraan negara secara lengkap. Maka Indeks Kemajuan Sosial (Social Progress Index), disusun oleh Social Progress Imperative, suatu lembaga pemikir (think tank) di Amerika Serikat untuk menjadi alat ukur tingkat kesejahteraan sosial guna melengkapi PDB sebagai indikator kemajuan ekonomi.
Dengan mengetahui tingkat kemajuan sosial yang diukur dengan IKS tersebut, setiap negara dapat mengarahkan program pembangunannya secara lebih tepat, termasuk bidang-bidang pembangunan apa yang harus diprioritaskan karena kinerjanya kurang baik dibandingkan dengan bidang-bidang lain atau dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kemajuan sosial sendiri didefinisikan sebagai kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduknya, untuk memberikan landasan bagi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidup (wellbeing), dan untuk menyediakan peluang agar setiap orang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara penuh. Dari pengertian dasar tentang kemajuan sosial tersebut maka selanjutnya dirumuskan indikator-indikator yang dapat menggambarkan kemajuan sosial negara-negara.
Komposisi IKS adalah sebagai berikut. Dimensi Kebutuhan Dasar meliputi komponen-komponen nutrisi dan perawatan medis dasar, air dan sanitasi, rumah dan keamanan pribadi. Dimensi Landasan Kesejahteraan meliputi komponen-komponen akses pada pengetahuan dasar, akses pada informasi dan komunikasi, kesehatan dan kebugaran, dan kualitas lingkungan. Dimensi Peluang meliputi komponen-komponen hak-hak individu, kebebasan dan pilihan individu, toleransi dan inklusi, dan akses pada pendidikan lanjutan.
Indeks Kemajuan Sosial terbaru, yang dipublikasikan dalam Social Progress Index 2016, mengurutkan kemajuan sosial 133 negara berdasarkan skor kemajuan sosial masing-masing dengan menggunakan data terbaru (sebagian besar tahun 2015). Skor kemajuan sosial ini merupakan rata-rata dari skor ketiga dimensi kemajuan sosial (Kebutuhan Dasar, Landasan Kesejahteraan, dan Peluang).
Sebelumnya, skor kemajuan sosial untuk setiap dimensi diukur dari skor setiap komponen pendukungnya. Skala skor komponen kemajuan sosial adalah dari 0 (kinerja terburuk) hingga 100 (kinerja terbaik). Skor setiap komponen diolah dari beberapa indikator yang meliputi data statistik dan hasil survei yang dilakukan lembaga-lembaga lain. Total ada 53 indikator yang diperhitungkan.
IKS 2016 menunjukkan beberapa hal menarik. Peringkat tiga negara teratas adalah Finlandia,Kanada dan Denmark. Negara-negara Barat (Eropa Barat, Amerika Utara, Australia dan Selandia Baru) menempati urutan teratas pada peringkat kemajuan sosial. Beberapa negara di luar negara-negara Barat yang menempati peringkat tinggi adalah Jepang (ke-14), Chile (ke-25), Korea Selatan (ke-26), dan Uruguay (ke-28). Jika diteruskan hingga ke urutan 50 teratas, maka akan masuk beberapa negara non-Barat lain, seperti Israel (ke-37), Argentina (ke-38) dan Uni Emirat Arab (ke-39), dan seterusnya hingga Malaysia (ke-50).
Indonesia berada pada peringkat ke-82, jauh di bawah Thailand (ke-61) dan Filipina (ke-68). Singapura dan Vietnam tidak termasuk dalam negara yang disurvei karena alasan kelengkapan data. China berada pada posisi ke-84, India ke-98 dan Rusia ke-75. Adapun negara-negara Afrika dan negara-negara yang sedang atau baru saja dilanda konflik (Yaman, Afghanistan, Irak) berada pada urutan terbawah. Negara-negara Islam umumnya berada pada kelompok menengah-bawah, seperti Turki (ke-58), Arab Saudi (ke-65), Mesir (ke-89), dan Pakistan (ke-113).
Tingkat kemajuan sosial ternyata tidak berhimpitan dengan tingkat kemajuan ekonomi. Beberapa negara menunjukkan IKS yang tinggi walaupun PDB/kapitanya rendah (Costa Rica, Brazil). Demikian pula sebaliknya, ada beberapa negara yang tingkat kemajuan ekonominya tinggi namun indeks kemajuan sosialnya rendah (Arab Saudi, Kuwait). Perbandingan kemajuan sosial antarnegara selama beberapa tahun menunjukkan bahwa IKS cepat meningkat pada saat kemajuan ekonomi masih rendah, namun kemudian menjadi lambat saat kemajuan ekonomi sudah lebih tinggi. Saat ini banyak negara yang menyusun IKS untuk mengukur kemajuan sosial pada tingkat daerah.
PR untuk Puan Maharani
Skor kemajuan sosial Indonesia yang sebesar 62,27 (rata-rata seluruh negara 65,82) tentunya sangat tidak menggembirakan. Menelisik lebih dalam, Indonesia menunjukkan kinerja yang buruk dalam dimensi Peluang, sebagaimana ditunjukkan dalam skor yang rendah dalam komponen toleransi dan inklusi (29,57), akses pada pendidikan tinggi (37,67), dan hak-hak individu (48,60). Selain itu, kinerja ketersediaan air dan sanitasi juga masih rendah dengan skor 56,34.
Presiden Jokowi memberikan perhatian sangat besar pada pembangunan infrastruktur, namun perhatian pada pembangunan sosial juga jangan ditinggalkan. Untuk itu Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani perlu bekerja lebih keras lagi untuk mengangkat kinerja bidang sosial yang masih rendah tersebut. Jika Menko Perekonomian Darmin Nasution berhasil menggodok 14 Paket Kebijakan Ekonomi, maka Menko PMK Puan Maharani pun perlu merumuskan paket-paket kebijakan sosial untuk mempercepat tingkat kemajuan sosial bangsa Indonesia dalam rangka memenuhi amanah sila kelima Pancasila.
Adalah benar pernyataan Profesor Michael E. Porter dari Harvard University yang ikut membidani kelahiran IKS bahwa: “Kemajuan sosial bergantung pada kebijakan yang dipilih, investasi, dan kemampuan implementasi dari banyak pemangku kepentingan - pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha. Dengan menginformasikan dan memotivasi semua pihak untuk bekerja bersama dan membangun pendekatan pembangunan yang lebih holistik, saya yakin kemajuan sosial akan lebih cepat tercapai.”
--o0o--
Sumber: Michael E. Porter et.al; Social Progress Index 2016, Social Progress Imperative, 2016.
(http://www.socialprogressimperative.org)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H