Mohon tunggu...
Herry FK
Herry FK Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya Si BODOH... yang berharap menemukan pencerahan dari seberkas cahaya ilmu di Dunia. Kuserahkan separuh jiwa pada asinnya air laut yang melekat dikulitku ~ KENTHIR 049 ~

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jual Beli Integritas dalam Artikel Kompasiana

6 April 2016   08:31 Diperbarui: 6 April 2016   13:03 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Back to Bullshit alias Taikebo Omong kosong malam ini…….

Selamat pagi sohib-sohib kenthirer yang ada dibelahan manapun, baik yang ada dibelahan dada dimensi kedua ataupun belahan celana dimensi ketiga, dan tentu saja tidak ketinggalan kalian yang ada dibelahan bokong dimensi kelima, dimensi dedemit dan siluman tanpa tanda lahir apalagi tanda jasa.

Artikel ini khusus didedikasikan kepada kalian yang memiliki sisi kenthir, dan senantiasa hidup layaknya air yang mengalir, berpetualang dalam imajinasi tanpa batas hingga nafas kalian terengah menikmatinya. Omong kosong kali ini sesungguhnya benar-benar taikebo, namun karena ada kata Integritas pada judulnya, maka Gori berkeyakinan hal ini bukan barang basi untuk disampaikan kepada kalian... iya kalian para Kenthirer yang senantiasa hepi melihat semua sisi kehidupan dalam berbagai warna imaji hingga batas terdekat antara kewarasan dan kegilaan yang setipis celana dalam Marilyn Montox... Yess.

[caption caption="sumber : www.linkedin.com"][/caption]

Sebelum taikebo ini melantur dongo kemana-mana, sebaiknya Gori back to the bockong of this artikelinthir “Jual Beli Integritas Dalam Artikel Kompasiana”, pertanyaannya apakah judul artikel ini tidak terkesan sangat tendensius melingitus bodohantus?

Tentu tidak, sudah hal yang lumrah dan biasa jual beli jasa menulis artikel pada media-media cetak, ataupun media online yang dikelola secara khusus untuk itu, para reporter atau jurnalis mendapatkan bayaran dari artikel yang diterbitkannya. Tidak ada yang salah dalam hal ini, menjadi wartawan walaupun tanpa surat kabar adalah pilihan, menjadi jurnalis bayaran di media online dengan segmentasi tertentu juga merupakan hal yang biasa dilakoni oleh banyak orang.

Tentu saja Kompasiana sebagai salah satu media online dengan segmentasi keragaman pembaca yang begitu luas, lengkap dengan fasilitas free of charge bagi siapapun yang ingin berbagi opini, reportase, menyalurkan hobby menulis ataupun yang ingin menikmati sisi lain berkonekting ria layaknya jejaring sosial, mau tidak mau menjadi magnet yang menarik bagi banyak kepentingan untuk menjadikannya salah satu corong mencapai tujuan-tujuan baik politik, ekonomi ataupun bisnis, bahkan sangat efektif dipakai sebagai saluran pengalihan isyu.

Singkatnya, Gori mau menyampaikan bahwa Kompasiana juga tidak terlepas dari para Pihak Pengendali kepentingan yang Gori istilahkan “Provider”. Dan menurut Gori, para provider ini, dari dulu hingga saat ini kemungkinan besar “ada” merekrut dan membayar para penulis “potensial” di Kompasiana untuk mencapai tujuan atau kepentingan yang ingin diraihnya. Istilah Gori bagi para Penulis bayaran ini adalah “Player”.

Tugas para player adalah mempublish artikel-artikel yang isi dan sasarannya sesuai dengan kepentingan Provider, dan biasanya fenomena ini sangat kentara terjadi pada masa-masa kampanye politik. Menurut analisa bodoh Gori, para Provider pastilah membayar uang sebagai kompensasi tulisan player, kemungkinan ada yang dibayar bulanan ataupun push per artikel sesuai target jumlah pembaca.

Terus kalau demikian apakah salah jika menjadi Player? Tentu saja tidak salah, karena hal itu kembali kepada individu si Player, serta tujuannya menulis di Kompasiana? Apakah tujuannya ingin mencari uang atau ingin share and connecting, hepi-hepi mengisi waktu, menyalurkan hobby, atau bahkan ingin mencerahkan pembacanya.

Gori berharap para Player pasca bayar ini senantiasa mampu menjaga integritas dirinya, karena ketika para player telah diperbudak secara dalam oleh kepentingan Provider, maka tanpa disadari mereka hanyalah boneka-boneka tanpa kebebasan yang kalimat-kalimat tulisannya bagai ditunggangi oleh lucifer yang mencambuki integritas player dengan lembaran materi. Ketika pada fase ini, kita kadang menyaksikan para player lepas kendali, meninggikan kebencian, bahagia atas kegetiran, dan bahkan tidak sungkan-sungkan melawan nurani, mengesampingkan bisikan hatinya, demi kepuasan sang Provider.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun