Back to Bullshit alias Taikebo Omong kosong malam ini…….
Taikebo malam ini ingin mencari kesamaan antara Herry Fukebo, anda dan kita kompasianer yang lagi nangkring, gelantungan atau yang senang guling-guling sambil nyokotin bibir plus nepokin jidat di Kompasiana, predikat itu adalah predikat sebagai anak, karena sudah jelas dan hampir dapat dipastikan predikat ini pernah kita sandang sebelum kita menjadi manusia dewasa, walaupun seandainya garis tangan buruk menimpa kita sedari orok telah ditinggalkan oleh ayah dan bunda sekalipun, secara harfiahnya kita tetaplah seorang anak, minimal masuk kategori anak-anak alias kanak-kanak dan bukan konak-konak wakakakakakak.
Disinilah kesamaan kita, yaitu pernah menjadi anak-anak, setelah melewati masa kanak-kanak dan menjadi dewasa barulah kita semua memiliki banyak perbedaan disana sini dan disini sana. Contohnya jelek-jelek saya sudah punya satu orang istri (coba kalau tidak ganteng, mungkin bisa lebih jatahnya wakakakakak), bandingkan dengan kondisi dilain pohon tempat tinggal sohib saya AA si Bekantan yang hingga hari ini masih menjomblo, pada situasi ini posisi saya dan AA Bek tentu sudah tidak sama lagi levelnya.
Walau demikian bukan berarti saya mendikotomi bahwa AA Bek tidak bahagia, tentu saja dia bahagia menurut versinya, karena menurutnya sebagai jomblo tentu dia masih dapat menikmati banyak tipe lubang dari Bekantan-bekantan betina teman gelantungannya. Tetapi posisi AA Bek masih lebih baik levelnya jika dibandingkan posisi Dwi Grepe yang masih jomblo kosong melompong tanpa daya apalagi lubang sasaran wakakakakakak.
Tapi lucunya dipohon yang lain lagi…. nilai plus minus dari status AA Bekantan yang satu ini jika dilihat oleh kacakebo sohib kita Om Rudaloyo Sebastian yang telah beristri dan beranak pinak, maka ini dapat menciptakan goresan penyesalan yang dalam alias sadar sesal kenapa dia hanya terperosok dilubang yang sama sepanjang hidupnya wkwkwkwkwkwkwkwkwk.
Walaupun saya, AA Bek ataupun om Rudaloyo Sebastian adalah orang-orang dewasa dengan tingkat kedewasaan yang berbeda-beda, namun kami masih punya kesamaan yang pasti yaitu masih suka disayang wanita. Disayang wanita inilah kata kuncinya, kata kunci yang menggambarkan bahwa kami masih sama-sama memiliki sisi anak-anak dalam diri kami, sisa-sisa dari nyamannya dikasih sayang oleh bunda.
Jika demikian bagaimana dengan sohib kita si Kolisa yang lebih suka disayang pria, apakah dia berbeda dengan kami bertiga…? Jawabnya tidak sobat, si Kolisa masih seperti kami, masih memiliki sisa jejak anak-anak dalam dirinya, yang membedakan dimasa itu Kolisa merasa nyaman oleh sekantong coklat kasih sayang dari lelaki stres tetangganya yang membuatnya menjadi korban seperti saat ini, sehingga dia lupa bahwa nyamannya bunda jauh lebih benar dari nyamannya kelakuan bejat lelaki stres tersebut.
Tapi ya sudahlah, itu nasib buruk tapi nikmat bagi Kolisa……. namun yang pasti kita masih memiliki kesamaan yaitu pernah melewati fase anak-anak dan masih menyisakan jejak kanak-kanak didalam jiwa manusia dewasa kita saat ini.
“Stopp… Stoppp Bang… penjelasannya harus jelas-sejelas judul artikelinthir ini ‘Kesamaan kita’ tanpa pakai kalimat ‘ya sudahlah’ yang menyempakkan ketidak-samaan Herry Fukebo………!!! “ ujar Cinta protes dengan gaya Djijay-nya.
Okeee….. okeeee………… singkatnya kami berempat masih sama-sama suka lubang Cin….!!! Tapi tetap ada tapinya……. Kami bertiga suka lubang disamping lubang wece……….. si Kolisa sukanya lubang wece wakakakakakakakakakakakkkkkkkkkkk………………. Sudah puas Cin, sama-sama lubang khan…???? yang satu wangi dan yang satu lagi bau taikucing om Jatipopok… Wakakakakakaaabur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H