Tapakan kakinya begitu menggetarkan dunia pada saat itu, ditambah sebilah pedang samurai berbentu sapu ijuk, dunjuk-unjuk keatas, menambah sensasi pada waktu itu. Tensi darah langsung naik, dan sandal jepit langung berpindah ketelapak tangan, bersiap-siap untu lari sprint. Dan.... plak... tetap saja kalah, walau jantung sudah ngos-ngos-an.
Rumah kayu berwarna biru muda yang sudah pudar itu sekarang sudah hilang, sudah dibangung, dan berubah fungsi menjadi rumah kontrakan, seperti dahulu mungkin mama Yesi mengontrak.
Tapi entah kenapa, kenangannya begitu membekas. Melebihi bekas sakitnya diputusin mantan setelah jadian bertahun-tahun. Uhuk-uhuk.
Foto: FB Backpaker Nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H