Jika kita telisik lebih jauh, buku "Ini Budi" hanya berkonsentrasi pada satu aspek saja; yaitu kemahiran literasi. Artinya, untuk tiap satu level buku memiliki fungsi masing-masing seperti pengenalan bunyi, struktur kata yang sederhana sampai level tertentu, dan cerita yang berkaitan antara satu halaman dengan halaman yang lainnya. Â
3. Disusun berdasarkan kaidah-kaidah pembelajaran
Siap sangka bahwa penyusunan buku "Ini Budi" didasarkan pada teori pembelajaran bahasa, Struktur Analitik Sintetik (SAS). Kaidah-kaidah SAS memang ditujukan dalam pembelajaran bahasa di tingkat pemula, yaitu dimulai dengan struktur kalimat, dari yang mudah sampai kompleksitas yang lebih tinggi, semata-mata ditujukan untuk membangun konsep-konsep kebermaknaan (dari apa yang dipelajari) bagi siswa-siswi yang menggunakan buku tersebut. Konsep kebermaknaan ini di-follow up melalui pengenalan konsep kata, atau kata untuk merefleksikan "makna". Jadi kita bisa melihat mengapa kata-kata, pemisahan suku kata, kalimat benar-benar disajikan secara hati-hati dalam buku "Ini Budi" tersebut. Indah bukan?
Lalu, kembali kita bandingkan dengan buku pada gambar 2 di atas, kira-kira kaidah pembelajaran bahasa apa yang dipakai penulis? Atau hanya mengejar jumlah wacana dan indikator pembelajaran semata-mata agar buku terlihat "tebal" dan "berkualitas"?
4. Satu Model dan Berkesinambungan
Jika kita baca secara teliti, maka kita akan menemukan pemodelan satu keluarga, yaitu keluarga Budi. Terlepas apakah keluarga ini fiktif atau benar-benar ada, kita dapat dengan mudah mengikuti aktivitas keseharian keluarga Budi dengan cerita yang saling berkaitan, berkesinambungan dan berjenjang. Tiap seri buku "Ini Budi" memiliki karakteristik yang khas dan tentunya fungsi dan target pembelajaran masing-masing. Misalnya, bila buku kelas 1 dan 2 masih seputar kata-kata dan kalimat, maka mulai kelas 4 dan 5 siswa disajikan wacana yang lebih kompleks, sesuai dengan perkembangan kemampuan linguistiknya.
5. Karakter sosial
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemodelan keluarga Budi sebenarnya mengusung pendidikan karakter. Mulai dari pendidikan keluarga dinamis, hubungan antaranggota keluarga yang harmonis serta kehidupan sehari-hari yang "dekat" dengan situasi pembaca (murid-murid -red). Hal inilah yang kemudian menjadikan nilai-nilai dan pesan-pesan "kebaikan" dalam buku "Ini Budi" mudah diinternalisasi. Bukan sekedar nilai-nilai kognitif saja, tetapi juga nilai sosial sebagai bagian pendidikan karakter.Â
Demikianlah 5 hal yang bisa saya temui dan menjadi alasan mengapa buku "Ini Budi" itu begitu dahsyat.Â
Semoga bermanfaat.