Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Nusa Tenggara Association Indonesia dan Lomba Cerita Rakyat NTT

20 September 2024   09:08 Diperbarui: 20 September 2024   09:08 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lomba diadakan di SD Inpres Mio Kecamatan Amanuban Selatan. 

Lomba cerita rakyat mengetengahkan dua legenda yaitu: Legenda Fafi Nesun dan Legenda Suri Ikun Bui Ikun.

Menariknya, para peserta menghafal cerita ini seutuhnya. Mereka mengimprovi dengan gimik dan alat bantu seadanya yang memberi nuansa imajinatif kepada pendengar (penonton).

Salah satu peserta menggunakan Bahasa Melayu Kupang yang kental di telinga masyarakat. Bahasa Melayu Kupang digunakan sebagai salah satu bahasa pengantar dalam pergaulan di Timor selain bahasa daerah masyarakat itu sendiri yakni Bahasa Meto'.

Ketika menggunakan Bahasa Melayu Kupang yang dipadukan dengan Bahasa Indonesia baku, bagai magnet yang menarik perhatian pendengar (penonton). Ada tawa dan tepuk tangan menyoraki pencerita.

Pencerita meniup suling; foto: Roni Bani
Pencerita meniup suling; foto: Roni Bani

Seorang peserta lainnya mencoba menyisipkan satu kalimat dalam Bahasa Meto' dan terjemahannya. Lalu seorang yang lain memainkan suling walau sesungguhnya ia tidak sedang memainkannya. Suling hanyalah ilustrasi, bunyi musik disiapkan lalu dikoneksikan dengan sound system, maka terdengar bagai muncul/keluar dari suling sesungguhnya.

Peserta bercerita dengan penghayatan hingga sampai pada pesan moral cerita. Seorang yang menghayati cerita sempat menitikkan air mata. Rupanya ia masih rindu untuk berada di panggung, ketika bel tanda selesai dibunyikan, ia langsung menangis.

Tim Juri yang memberikan penilaian memberi beberapa pesan dan saran:

Tim Juri Lomba Cerita Rakyat NTT; foto: Roni Bani
Tim Juri Lomba Cerita Rakyat NTT; foto: Roni Bani
  • biasakan membaca baik di rumah, di sekolah atau di mana saja. Membaca itu kebutuhan bukan kewajiban. Bila sudah terbiasa maka akan menjadi budaya membaca
  • para guru pendamping, bila ada lomba bercerita seperti ini upayakan adanya alat bantu. Alat bantu akan menolong pencerita untuk membangkitkan kesan (ingatan). Alat bantu menjadi bagian yang perlu dikreasikan. Dalam hal yang demikian guru akan berkreasi.
  • bila kegiatan lomba bercerita ini mengesankan dan menginspirasi, baiklah dilakukan di sekolah. Berilah cerita pendek yang berisi pesan moral. Fabel, cerita dunia binatang akan menarik bila anak-anak membaca lalu bercerita kepada teman-temanna dengan improvisasi bahasa yang mudah dipahami
  • pakai android untuk merekam video cerita anak; unggah ke YouTube, maka dapat dipastikan akan ada kanal YouTuber dari sekolah. Jika ini dilakukan para guru dan orang tua sudah ada di area literasi digital.

 Pada sore harinya ketika hujan mengguyur Amanuban Selatan dan sekitarnya, para peserta beria-ria dalam acara foto-foto bersama menjadi tanda kenangan.  Ketika hujan berhenti, mereka kembali ke rumah masing-masing dengan kenangan indah dan berkesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun