Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penjurian dalam Suatu Perlombaan Berkesenian

31 Agustus 2024   09:14 Diperbarui: 31 Agustus 2024   09:23 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Apakah sahabat pembaca Kompasiana pernah diminta secara resmi oleh satu panitia penyelenggara perlombaan berkesenian untuk menjadi salah satu anggota tim juri? Mengapa sahabat bersedia menerimanya? Bagaimana prosedurnya hingga mampu menentukan seseorang atau satu tim peserta lomba menjadi pemenang? Tidakkah sahabat menerima cercaan sesudah pelaksanaan tugas penjurian?

Beberapa pertanyaan ini  menjadi semacam alat bantu untuk mendapatka jawaban hingga kiranya ada evaluasi baik pada diri seorang anggota tim juri maupun penyelenggara perlombaan.

Menjadi Anggota Tim Juri

Bagaimana menjadi anggota tim juri dalam satu kegiatan perlombaan yang isinya produk kesenian: lagu, tari, musik, dan kreasi inovatif seperti peragaan busana, dan lain-lain. 

Saya pernah menjadi anggota tim juri dalam beberapa kali perhelatan lomba dengan isi kesenian sebagaimana disebutkan di atas. Levelnya pun tidak tinggi, hanya di seputaran kampung. Mengapa? Karena penyelenggara berasumsi bahwa seorang guru pasti punya kualifikasi/kompetensi untuk menjadi juri, dan terlebih kredibilitas diri guru dapat diandalkan. Kira-kira begitu asumsi masyarkaat pedesaan pada guru yang mendapat kepercayaan menjadi anggota tim juri.

Nah, bagaimana kalau menjadi tim juri pada perhelatan yang disebut Festival pada level Kabupaten, Kota dan level di atasnya.

Gengsi/martabat peserta terasa sedang digerek naik, bila mereka mampu tiba di panggung yang disediakan oleh panitia. Peserta mana pun akan menyiapkan diri sebaik dan sesempurna mungkin. Persiapan itu dilakukan setelah mendengar uraian item penilaian. Uraian item penilaian itu dibahas bersama perwakilan peserta (pelatih, pendamping atau apa pun namanya). Kesepakatan itulah yang dijadikan acuan untuk berlatih lebih baik lagi, disempurnakan gerakan, vokal, mimik, kostum, dan lain-lain. Semua itu dilakukan oleh peserta agar meraih sukses. Sukses yang disasar yakni menjadi pemenang. Ketika menjadi pemenang, gengsinya naik. 

Menurut buku yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pedoman Penjurian (2003), di sana disebutkan kriteria seseorang mendapat kepercayaan menjadi anggota tim juri:

  • Kompeten dalam bidang yang dikompetisikan/dilombakan atau berpengalaman yang dibuktikan dengan portofolio yang ditulis dan dibacakan  
  • mengetahui perkembangan baru terkait hal-hal yang dilombakan
  • memiliki komitmen yang tinggi, dibuktikan dengan pakta integritas
  • tidak memiliki konflik kepentingan dan tidak memihak kepada peserta yang dibuktikan dengan surat pernyataa
  • tidak terlibat sebagai pembina/pelatih/pendamping peserta

Beberapa point ini  cukup memberi pencerahan.

Jadi, seseorang yang bersedia menjadi anggota tim juri, bukanlah secara tiba-tiba menjadi juri, tetapi haruslah memiliki kualifikasi diri. Ia tidak diminta asal kena dan jadi karena kesediaannya. Ia tidak bersedia karena hendak menjajal kemampuan pribadinya dalam menilai peserta dan sekaligus menjadi  tantangan dan pengalaman baru baginya. Ia bukanlah orang yang kebetulan dikenal dan mengenal anggota panitia dan lain-lainnya. Ia haruslah orang yang sekali pun dikenal dan mengenal panitia, tetapi kualifikasi diri patutlah menjadi acuan prioritas sebelum menerima tugas itu.

Tim Juri; foto: Mery Tunu
Tim Juri; foto: Mery Tunu

Bagaimana penjurian berlangsung.

Sudah menjadi patron dan prosedur tetap yakni sebelum suatu perlombaan/pertandingan dilakukan, ada langkah-langkah konkrit yang perlu diambil, di antaranya rapat teknis (technical meeting/TM). Menuju TM panitia melakukan hal-hal berikut:

  • pemberitahuan terbuka sekaligus undangan dengan segala hal yang mengikutiya agar segera dipahami oleh bakal calon peserta lomba. Misalnya surat edaran yang dilampiri dengan jenis lomba, waktu dan tempat pelaksanaan, kriteria peserta, dan lain-lain yang telah dirapatkan dan disepakati oleh panitia. 
  • Jenis lomba yang hendak dilombakan (jika perlu) ada contohnya walau tidak sesempurna mungkin. Contoh itu dikritisi sendiri oleh panitia, dan dijadikan acuan pada saat pelaksanaan pertemuan yang membahas hal-hal teknis (technical meeting). Panitia dapat menjelaskan kepada peserta bahwa contoh ini belum sempurna, sehingga para peserta dapat mengkritisinya dan memoles jenis lomba yang akan diikuti termasuk anggota tim yang akan menjadi peserta.
  • Hal-hal teknis yang disusun oleh tim juri, sudah harus mendekati sempurna dan dalam pengetahuan dan pengesahan panitia. Ini dilakukan agar ketika dicermati dan dikritisi oleh perwakilan peserta dalam pertemuan teknis, eliminasi terhadap item tertentu tidak terjadi, tetapi justru harus lebih disempurnakan. Kerja bersama inilah yang akan menjadi acuan tim juri sekaligus bemper panitia untuk melakukan klarifikasi bila terjadi kekecewaan para peserta
  • Kesiapan lokasi dengan perlengkapan yang baik. Panitia menimbang secermat mungkin banyak hal sebelum menentukan lokasi penyelenggaraan. Kesiapan area/lokasi, misalnya gedung yang disewa, di dalamnya sudah tersedia perlengkapan yang memadai Bila lokasi tempat penyelenggaraan bukan menyewa gedung, tetapi menggunakan area terbukamaka panitia menimbang area terbuka pada cuaca, waktu siang, sore hingga malam; lampu panggung dan lain-lain; termasuk jarak tempuh terjauh yang akan memakan biaya dari peserta. Di lokasi tersebut ada ketersediaan tempat untuk mendapatkan akses informasi dan konsumsi secara mudah hingga kamar kecil tempat melepas hajat.

Suasana panggung pada malam hari di area terbuka dengan pencahayaan yang tidak mendukung; foto: dokpri Roni Bani
Suasana panggung pada malam hari di area terbuka dengan pencahayaan yang tidak mendukung; foto: dokpri Roni Bani

Bagaimana tim juri melaksanakan tugasnya pada lomba berkesenian (lagu, tari, musik, peragaan busana, dan produk kreatif kesenian lainnya?

Dalam buku Pedoman Penjurian yang dikeluarkan oleh Kemendikbud (2003), beberapa hal umum disampaikan sebagagai berikut: menilai karya seni berdasarkan kriteria estetika (nilai seni yang indah/mulia), ekspresi budaya, keaslian (orisinil), dan pemanfaatan teknik saat tampil.

Dalam hal keaslian (orisinil), yang dihubungkan dengan produk kesenian kreasi baru, misalnya tari kreasi baru atau lagu baru sungguh-sungguh haruslah baru. Hal ini perlu disampaikan kepada juri dan penonton agar dipahami:

  • nama tarian 
  • siapa koreografernya
  • properti yang digunakan
  • pola lantai 
  • jumlah penari
  • makna/pesan yang terkandung
  • dan hal lain yang dianggap perlu

 Bila satu nomor lagu dalam Bahasa daerah di mana penonton dan juri bahkan tidak mengetahui artinya, maka sebaiknya:

  • sebutkan judul lagu dan makna/pesan yang  ada di dalamnya
  • sampaikan bahwa penulis lagu telah mengizinkan agar lagu itu digunakan dalam lomba ini (mungkin dia akan bahagia dan berbangga karena karya dimanfaatkan, dan royalti diterima)

Contoh Kriteria/Item Penilaian Lomba

Lomba lagu/nyanyi. Dalam hal lomba lagu (bernyanyi), ada beberapa cabang lomba di sana seperti: solo, paduan suara, vokal group, karaoke, dan (mungkin dapat juga) lagu yang dilombakan merupakan karya sendiri. Maka kriterianya pun saling berbeda. Lomba lagu pun masih ada jenisnya/genrenya, baik yang berbahasa daerah maupun berbahasa nasional hingga berbahasa asing. Semua ini kriteria/item penilaiannya haruslah secermat mungkin agar tidak bias persepsi  baik pada peserta apalagi penonton.

Secara umum kiranya perlu mendapat perhatian panitia, juri dan peserta pada hal-hal seperti:

  • penguasaan lirik lagu
  • penguasaan vokal/lafal
  • penjiwaan/penghayatan, terlihat pada mimik
  • penampilan termasuk penguasaan panggung dan perlengkapan yang disediakan

Lomba Tari. Dalam hal lomba tari, ada tarian yang benar-benar tarian rakyat dikenal/diketahui oleh komunitas/etnis pemiliknya hingga publik pada umumnya. Bahwasanya, tarian rakyat yang sudah dikenal yang ditampilkan, maka sisi keasliannya harus dipertahankan, termasuk menggunakan alat musik pengiring yang tradisional. Demikian halnya tari kreasi baru.

Secara umum, dalam hal penilaian lomba tari:

  • teknik gerak (wiraga)
  • kekompakan/seragam gerak (wirama)
  • penghayatan , terlihat pada mimik dan gestur (wirasa)
  • keseluruhan penampilan di dalamnya penguasaan panggung (wiruha)
  • durasi

Pada contoh dalam video ini, tarian ini bersifat massal; maka kekompakan gerak amat penting menjadi perhatian juri. Di sini ragam persepsi tentang bergandengan tangan para penari. Ragam persepsi pula pada gerak kaki saat menggeser mengikuti arah jarum jam. Maka, panitia dan juri perlu duduk bersama dengan budayawan/seniman yang benar-benar paham akan tarian yang seperti itu. Kesatuan persepsi menghasilkan kriteria/item penilaian sehingga panitia dan juri tidak melenceng saat memberi point.

Pada jenis lomba yang sifatnya kekhasan masyarakat daerah tertentu, patutlah para seniman/budayawan dan pelaku/praktisi kesenian dilibatkan dalam diskusi bersama panitia dan juri. Bila mereka dilibatkan, maka masukan berharga akan disampaikan sehingga kriteria/item penilaian direncanakan bersama. Persepsi orang saling berbeda pada jenis lomba yang khas daerah. 

Dalam masyarakat adat daerah Timor Barat, salah satu kekhasan produk kesenian yang disebut dengan  istilah saling berbeda yakni: natoni, aa' asramat, slamat, dan basan. Produk kebudayaan yang satu ini amat khas di Timor Barat, dapat disebutkan dengan satu istilah seni berbicara (art of speech). Seni berbicara yang satu ini agak rumit dalam penentuan kriteria/item penilaian, namun haruslah ada pedoman/acuan pada panitia dan juri. 

Dalam lomba yang seperti ini, panitia dan juri sangat perlu memahami paling kurang tiga hal:

  • sebutan pemimpinnya (a'a'aat, atoon nee, atoon neel)
  • sebutan kelompok penyambut (aseter, asetel)
  • isi dari natoni yang dibawakan. Dalam hal yang demikian ini, bila tanpa teks yang dikirimkan terlebih dahulu bersama terjemahannya, bagaimana panitia mengetahui dan juri menilainya? Isi natoni dipastikan dalam bahasa daerah dengan pendekatan yang saling berbeda.

Dalam contoh sebagaimana ditunjukkan pada video ini, penuturnya seorang gadis (perempuan). Hal ini jelas keliru bila hendak mempertahankan budaya. Seorang penutur mestilah seorang laki-laki, namun pada zaman ini bila kaum laki-laki "menarik" diri untuk tidka melestarikan budayanya dalam hal seni berbicara, maka tampillah kaum perempuan. 

Pada sesi lomba, entah harus dibuat seperti apa pun itu, wajib hukumnya penutur/pemimpin (a'a'aat/atoon nee/neel) haruslah laki-laki. Sementara kelompok penyambut siapa saja perlu berdiri di sana namun perlu didominasi kaum laki-laki.


Secara umum, dalam natoni/aa'asramat/basan/slamat perlu mendapat perhatian pada:

  • lafal/vokal, dinamika intonasi dan mimik pemimpin, a'a'aat/atoon neel/neel
  • kelompok penyambut (aseter, asetel)
  • naskah yang ditulis dalam bahasa daerah (jika perlu diteliti tata tulis dan ejaan) dan terjemahannya. Di dalamnya ada item pendahuluan berisi sapaan penghormatan, isi berisi frasa dan kalimat penjelasan maksud dan penutup berisi sapaan akhir kepada khlayak/publik 
  • durasi

Tarian yang khas daerah di Kabupaten Kupang misalnya, herin ada yang menyebutnya hering, dan lainnya menggunakan istilah lufut, bonet dan istilah lainnya. Nama yang disebutkan secara berbeda, berdampak pada persepsi publik khususnya peserrta dan penonton ketika dibawa ke pentas lomba.

Maka panitia dan juri haruslah secermat mungkin menyiapkan kriteria/item penilaian yang tidak menimbulkan ragam persepsi. Ragam persepsi selalu berdampak lebih pada kekecewaan daripada kepuasaan.

Penutup

Pengalaman menjadi anggota tim juri terlebih bila hanya modal pengetahuan tanpa praktik nyata, akan memberi dampak pada proses penjurian dan hasilnya. Maka, seseorang yang dipanggil untuk menjadi anggota tim juri, sebaiknya memenuhi kriteria tertentu yang disiapkan oleh Panitia Penyelenggara. Anggota tim juri yang berasal dari kaum awam beresiko pada hasil penjurian dan berdampak pada motivasi kreativitas. 

Anggota Tim Juri yang baik sedapat-dapatnya berada pada jalur kapasitas diri pada bidang/jenis lomba. Anggota tim juri mesti menjadi representasi/keterwakilan dari kaum yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan pada bidang/jenis lomba. Bila semua itu terpenuhi, maka integritas anggota tim juri patut mendapat acungan jempol.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 31 Agustus 2024

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun