Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Festival Budaya Kabupaten Kupang

30 Agustus 2024   18:53 Diperbarui: 30 Agustus 2024   18:55 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: kiriman Kirana Radja Edo

Pengantar

Dalam rangka memperingati dan merayakan Dirgahayu Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang merencanakan dan mewujudkan Program Festival Budaya Daerah Kabupaten Kupang. Festival ini diadakan dengan produk kesenian daerah seperti: peragaan busana daerah, tarian kreasi baru nuansa daerah, tutur budaya (aa'asramat, natoni, basan), tutur sejarah pemerintahan Kabupaten Kupang, dan kelompok vokal. Khusus kelompok vokal diharapkan pesertanya yakni para guru. 

Persiapan telah dilakukan sejak akhir Juli 2024, ketika Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang membentuk panitia, dan menyebarkan informasi yang resmi melalui surat edaran. Di dalam surat edaran itu disebutkan jenis lomba dan ketentuan lainnya. 

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang melalui Panitia Festival Budaya Daerah Kabupaten Kupang baru dapat mewujudkan program ini sesudah peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Pertimbangannya yakni, kesibukan unit-unit sekolah dalam rangka HUT Proklamasi baik secara sendiri maupun secara kolektif dihimpun di pusat kecamatan. 

Sementara itu di tingkat Kabupaten Kupang pelaksanaan upacara dengan segala kesiapannya menjadi pertimbangan berikutnya.

Sebahagian anggota Panitia dan Tim Juri; foto: Mery Tunu
Sebahagian anggota Panitia dan Tim Juri; foto: Mery Tunu

Jenis Lomba dalam Festival Budaya

Panitia Festival Seni dan Budaya  pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang melalui surat Nomor: 01/Panfes-SENBUD/PK/VII/2024 tanggal 23 Juli 2024, memberitahukan kepada para Kepala unit satuan pendidikan mulai dari PAUD, SD, SMP se-Kabupaten Kupang. Isinya tentang jenis perlombaan yakni:

Suatu seni berbicara (art of speech) yang khas masyarakat adat di daratan Timor Barat yang terpelihara. Istilah-istilah yang digunakan oleh komunitas masyarakat adat saling berbeda sebagaimana catatan di dalam kurung di atas. Istilah yang sangat populer yakni natoni. Hal ini berlaku mulai di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan sebahagian Kabupaten Kupang-Nusa Tenggara Timur. Di Kabupaten Timor Tengah Utara, masyarakat adat menyebutnya, takanab. Masyarakat adat di pulau Semau, Amfoang Raya dan Fatule'u Raya menggunakan istilah basan. Sementara masyarakat adat Amarasi Raya dan sebahagian Am'abi Oefeto menggunakan istilah aa'asramat . Masyarakat adat Timaubas dan Sonba'is menggunakan istilah slamat dan basan. 

  • Tutur Sejarah Pemerintahan Kabupaten Kupang. 

Jenis lomba yang satu ini menarik. Rasanya belum ada unit satuan pendidikan yang menyadari pentingnya membelajarkan sejarah daerah (Kabupaten, Kota, dan Provinsi), termasuk sejarah pemerintahannya. Paling kurang murid mengetahui nama para pemimpin di daerah mereka sejak pembentukannya. Misalnya dalam hal ini Kabupaten Kupang. 

Siapa saja yang pernah memimpin Kabupaten Kupang dan apa yang diprioritaskan pada saat itu?

Moment peserta Bercerita tentang Sejarah Pemerintahan Kab Kupang; foto & kolase Roni Bani
Moment peserta Bercerita tentang Sejarah Pemerintahan Kab Kupang; foto & kolase Roni Bani
  • Peragaan Busana Daerah untuk PAUD/TK dan Sekolah Dasar 

Busana daerah atau pakaian tradisional dalam masyarakat Indonesia sangat beragam. Hal yang demikian merupakan kekayaan komunal dalam konteks komunitas etnis. Demikian yang terjadi di Kabupaten Kupang yang terdiri dari etnis dominas seperti: Timor, Rote, Sabu dan yang lainnya. Dalam masyarakat Timor sendiri, khususnya di dalam wilayah Kabupaten Kupang, masih ada perbendaan menyolok pada produk pakaian tradisioal mereka. Amfoang Raya, Fatule'u Raya,  Amarasi Raya, Am'abi, Sonba'is, Timaubas, Kopas, Helong pulau dan Helong darat. Semua ini merupakan kekayaan yang menjadi daya tarik tersendiri bila ditampilkan. 

  • Tarian Kreasi Baru untuk Sekolah Menengah Pertama

Berkesenian itu minimal terdiri dari: lagu, tari dan musik. Tari-tarian yang khas suatu etnis mulai secara perlahan digerus tari-tarian populer yang dipopulerkan oleh para selebriti. Pada saat yang sama, kaum muda pun mempunyai potensi untuk mengkreasikan tarian baru dengan filosofi lokal yang sosiologis. Jadi, diharapkan ada tarian baru terbaharukan namun nuansa pesan yang disiratkan yakni kebudayaan masyarakat lokal/daerah. Jenis lomba tari kreasi baru ini secara sadar mewajibkan kolaborasi ide dan kreasi dari guru dan murid di sekolah. Komunikasi akan dibangun, diskusi intens tentang gerak dan pola lantai, musik pengiring kontemporer, populer daerah atau dengan menggunakan alat musik tradisional. Semua ini menjadi menarik, walau para peserta pun harus/wajib memberi atensi pada ketentuan yang dibuat oleh panitia.

  • Vokal Grup untuk Guru.

Jenis lomba ini disasarkan kepada para guru. Hal ini bermaksud agar para guru pun dapat menjadi penampil-penampil yang mengedukasi muridnya. Guru seharusnya memberi contoh/keteladanan ketika berlatih: kekompakan, sinergikan perbedaan ide/inspirasi, perpaduan warna suara dan musik pengiring, gerak tampilan, busana dan lain-lain. Bila kelompok guru mampu menampilkan hal-hal yang demikian, kiranya para murid akan termotivasi untuk lebih giat belajar dan berlatih dalam berkesenian.

Pelaksanaan Festival dan Lomba

Tari dan lagu; kolase, Roni Bani
Tari dan lagu; kolase, Roni Bani

Animo guru dan peserta didik untuk mengikuti perhelatan ini sangat besar,walau tidak semua PAUD/TK, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama yang disasar turut mengambil bagian.  Hal ini terjadi oleh karena beberapa faktor penghambat:

  • jarak tempuh. Jarak terjauh dirasakan oleh sekolah-sekolah di Amfo'ang Raya (6 kecamatan). Hanya satu sekolah saja yang berani mengambil resiko menempuh jarak jauh uuntuk tiba di Babau Kecamatan Kupang Timur, yakni SMP Negeri 1 Amfoang Tengah. Dua hari rombongan ini berada di sana. Sementara itu mereka yang berada di pulau Semau harus menyeberang selat  Kupang.
  • kesiapan guru dan peserta didik. Guru wajib melatih peserta didik untuk tampil pada jenis lomba yang dipilih. Misalnya sekolah memilih natoni, tutur sejarah pemerintahan Kabupaten Kujpang dan tari kreasi baru serta kelompok vokal (VG). Maka guru perlu menulis naskah dalam bahasa daerah, menerjemahkannya. Guru dan peserta didik yang ditunjuk untuk mengikuti lomba tutur sejarah pemerintahan Kabupaten Kupang harus melakukan "riset" dokumentasi secara cepat; ditulis dan dilatihkan . Demikian tarian, peragaan busana daerah, dan kelompok vokal oleh para guru.
  • Hambatan yang paling menonjol yakni penguasaan bahasa daerah. Rerata guru telah "meninggalkan" bahasa daerahnya. Sementara ada peserta didik masih menggunakan bahasa daerah. Rerata peserta didik di Kabupaten Kupang berbicara dalam dua bahasa (bilingual) dalam kesehariannya. Masyarakat beranggapan bahwa menggunakan Bahasa Melayu Kupang itu sudah berbahasa Indonesia. Lalu ditambahkan pula dengan menggunakan bahasa daerah sendiri. Kalangan masyarakat dalam Kabupaten Kupang menggunakan Uab Meto' dalam ragam versi: Amarasi-Kotos, Amarasi Roi'is, Timaubas, Amfo'an, Sonba'is, Kopas, Helong (darat dan Semau), Ketun. Komunitas etnis Rote menggunakan bahasa Rote versi daratan Timor Barat; demikian pula etnis lainnya seperti Hawu (Do Hawu/Sabu), menggunakan Bahasa Hawu/Sabu (Li Hawu) dan lain-lain.

Suasana penyerahan hadiah; kolase; Roni Bani
Suasana penyerahan hadiah; kolase; Roni Bani

Mengobati Luka Kekecewaan Peserta

Pada hari pertama diadakan lomba Natoni dan Tutur Sejarah Pemerintahan Kabupaten Kupang. Pada hari kedua pelaksanaan festival di dalamnya terdapat lomba bernyanyi dalam kelompok vokal untuk guru, tarian kreasi baru untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama, Peragaan busana untuk PAUD?TK dan Sekolah Dasar.

Penjurian dilakukan oleh dua tim juri yang ditugaskan panitia. Maka, pengumuman dan pembagian hadiah dilakukan segera sesudah pelaksanaan lomba pada hari pertama. Sementara pada hari kedua, pengumuman dan pembagian hadiah dilakukan sesegera mungkin untuk menghemat waktu dalam rangka seremoni penutupan.

Penutupan festival budaya daerah Kabupaten Kupang dilakukna oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, Dr. Eliazer Teuf.

Ketika para peserta mulai meninggalkan lokasi festival, whatsapp grup yang dibuat untuk maksud melancarkan informasi dan komunikasi, justru penuh dengan nada kekecewaan. Para peserta kecewa pada penilaian juri. Beragam alasan disampaikan di sana. Maka sebagai yang pernah menjadi juri saya beri dua puisi untuk mengobati luka kekecewaan mereka.

Senja telah berlalu,
Angin perbukitan merayap turun
menuruni lereng Sismeni menuju Babau
Di sana ia menyapa kaum dan puak
Memeluk mereka dalam sayangnya
Kaum dan puak bergidik sebentar
Hendak menunjuk lemaslah raga
Mau berteriak ingat karakter insani
Maka berpelukanlah dalam peluh
Nurani mengukir kisah berprasasti
Ingatan jatuh pada prestasi
Animo hendak menaikkan gengsi
Salam jabat dan peluk cium
Saling eluk telah berakhir
Memaafkan itu manusiawi
Kebersamaan ada di kenangan

Beberapa anggota WhatsApp merespon dengan emoji tertentu, dan ada pula yang sempat memberikan komentar seperti ini.

Terima kasih bapa bo'i suek ini puisi bikin hati teduh dalam kepasrahan memang pokoknya semua anak TK PAUD SD SMP yang su ambil bagian dalam festival semua anak2 hebat dan terbaik dari Kabupaten Kupang, dorang mau tampil disaat anak-anak lain asyik main game free fire, itu sudah luar biasa. Tidak ada yang kalah dan menang, semua anak sama-sama pemenang (sumber: +62-812-3668-9xxx)

Puisi kedua seperti ini

Saat bertemu bersua muka
mata berbinar senyum dikulum
Tangan merangkul lagi memeluk
Cinta sesama dipertontonkan
Saat berpisah saling melambai
Hendak bersedih apalah arti
baiklah saling menyapa dalam rindu
bawa semua dalam mimpi semalam
tentang cinta sehari di lereng kegelisahan
saat menggenggam irama keceriaan

Festival telah berakhir. Semua peserta pulang dengan membawa irama kegembiraan dan kekecewaan sambil menyimpan kenangan dan persahabatan. Upaya untuk melestarikan produk kebudayaan lokal bidang kesenian dan memunculkan kreasi baru patut diapresiasi, walau selalu saja ada yang tidak menerima keputusan akhir yang dilakukan dalam penjurian.

Semangat untuk berkreasi tetaplah perlu ditumbuhkan dan terlebih diperlukan kemauan yang kuat untuk memprosesbelajarkan kesenian lokal di ruang-ruang kelas.

Tim Juri; foto: Mery Tunu 
Tim Juri; foto: Mery Tunu 

Terima kasih.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 30 Agustus 2024

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

Catatan: 

  • Uraian atas jenis lomba di atas, saya interpretasi sendiri, bukan merupakan uraian dari panitia secara eksplisit
  • Kiranya bermanfaat pada pembaca, termasuk peserta baik guru, murid/peserta didik maupun birokrasi pendidikan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bila ada yang sempat membacanya.
  • Foto-foto dari dokumen pribadi, kiriman Kirana Radja Edo dan Erik Lisnahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun