mereka menyebar informasi dan makna yang menyertainya
mata tak hendak berkedip, terus memlototi aksara para bermakna
hingga tiba pada tumpuan aksara bergambar para kandidat
mereka dielus, tersenyum; dipuja, makin tersenyum,
mereka dikritisi, tersenyum, dibuli pun, tersenyum
Siapa kaum kadidator itu?
Mereka yang sedang mengejar kekuasaan
Beralamatkah Kekuasaan itu, wahai saudara?
Ya, ia beralamat di sana, di ketinggian bernama singgasana
Mencapainya perlu tangga-tangga kekuasaan itu,
baik mendompleng tetangga maupun menginjak tenaga keteledoran
Wahai saudara, deskripsikan kesederhanaan singgasana itu?
Oh, tahukah kamu, singgasana itu kemewahan yang istimewa
Bertengger di sana, mulut berkoar mengobarkan ide dan inspirasi
Tangan mengepal memberi semangat, telunjuk menunjuk perencanaan
Kepal menghardik meja biro berongga dengan muatan kemunafikan
Kaki berpijak meninggalkan jejak memori antara kebut, kabur dan kasat mata
Akh...
Jadi kekuasaan itu menggoda imajinasi kehausan
Hingga para kandidat rela turun dari singgasana semula
hendak menggapai singgasana bermakhotakan kegemasan
sambil mengulurkan kemakmuran pada kaum lemah
agar kelak dapat memetik topeng keserakahan yang bopeng
Umi Nii Baki-Koro'oto, 26Juli 2024
Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H