Kelokan bukan saja pada menurun yang berkelok, menanjak pun berkelok bahkan mengular. Ini suatu pengalaman menarik bagi mereka yang untuk pertama kalinya berkendaraan darat menuju pedalaman Timor Barat.
Ketika beristirahat di Oinlasi, seorang anggota rombongan (anggota dari Tim Hawu/Sabu) menanyakan tentang negeri di atas awan yang sudah viral di medsos. Wah, bukit Babia sudah terkenal rupanya. Sejak kapan? Sejak orang mengenal media sosial dan terlebih ketika jaringan internet dan akses jalan makin baik.Â
Makin banyak orang menuju ke Oinlasi, Nunkolo dan mengarah ke jalur Selatan menuju Kolbano, maka dipastikan akan tiba di Bukit Babia, Amanatun Selatan. Dari atas bukit itu, orang dapat memandang sejauh-jauhnya keindahan panorama Amanatun dan Amanuban, bahkan Samudera Hindia (Indonesia) terlihat dari puncak Bukit Babia.Â
Puncak Bukit Babia inilah yang disebut-sebut sebagai negeri di atas awan oleh mereka yang suka memberi nama "baptis" baru.Â
Perlu dicatat di sini agar para pengguna jalan lintas Oinlasi - Nunkolo berhati-hati. Bukit Babia, negeri di atas awan ini tidak ada tempat parkir kendaraan untuk berlama-lama. Lebar jalan tidak cukup untuk menjadi area parkir. Lagi pula, pembatas bahu jalan pun tidak ada (atau mungkin belum sempat), sehingga ada resiko bila kurang berhati-hati. Orang dapat saja tergelincir dan jatuh ke jurang.Â
Sungguh suatu panorama indah, namun resiko yang harus ditanggung pun mahal harganya. Berhati-hatilah bila akan memotret di tempat ini. Mintalah teman untuk membuat foto, jangan sekali-kali swafoto bila berdiri di bibir jalan.
Rombongan tiba di Nunkolo. Umat/Jemaat telah bersiap-siap untuk mengikuti ibadah dalam rangka peluncuran Injil Markus dan Siit Knino' dalam Bahasa Amanatun. Penyambutan yang meriah ala masyarakat Atoin' Meto'
Demikian sepenggal catatan perjalanan rombongan UBB GMIT Kupang ke Nunkolo, Amanatun.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 9 Juli 2024
Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara