Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Alam Seberang Sana

19 Juni 2024   20:05 Diperbarui: 19 Juni 2024   20:12 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu Roy sampai di suatu tempat yang teramat sangat indah. Ia tidak pernah menyaksikan atau berada di tempat seperti itu di mana pun. Ia begitu amat sangat takjub berada di sana. Langkah jalannya ringan mengikuti ke mana pun pergi, di setiap sudutnya tiada satu pun bayangan. Cahaya terang teramat terang.

Ia mendengar suara orang bergembira. Nyanyian-nyanyian rohani yang merdu.  Ia memasuki area itu. Cahaya itu makin terang, namun tak menyakiti. Ia menyaksikan orang-orang bernyanyi di pentas yang dipenuhi cahaya yang mengagumkan penuh kemuliaan dan kehormatan. Nyanyian-nyanyian itu memuji dan menjunjung tinggi kemuliaan Sang Khalik.

Tiba-tiba tangan Roy ditarik ke atas pentas itu, dan dia pun itu larut dalam barisan kaum yang sedang bernyanyi. Nyanyian-nyanyian itu pernah didengarnya, tetapi kali ini lebih merdu, indah, memukau hingga menggetarkan seluruh raga dan roh. Roy larut bersama paduan suara itu.

***

Roy tersadar kembali. Tubuhnya lemah. Ia membuka matanya perlahan-lahan. Ditatapnya orang-orang yang mengelilingi pembaringan. Satu per satu dilihatnya mereka. Air matanya menetes di sudut matanya. Orang-orang yang berdiri di sana membisu.

"Dalam dua hari ini kakak tak sadar. Tubuh kakak dingin. Dingin sekali, tetapi nadi masih berdetak!" suara bisikan dari perawat yang bertugas di sana. 

Roy diam. 

Perawat itu membuat catatan sesuai tugasnya. Roy tak mengedipkan matanya. Ia terus memandang orang-orang yang mengelilingi pembaringan itu.

"Nak, doa kami lantunkan kepada Sang Khalik, jika Ia berkenan agar kamu masih bersama kami. Kiranya kami dapat melihat kemurahan-Nya!" demikian pamannya berbicara.

Roy diam. Bisu. Ruangan itu masih membisu. Pengunjung rumah sakit yang lainnya pun ikut nimbrung melihat kondisi Roy. Terteguh mendengar cerita yang dibisik-bisikkan. Ia telah meninggal dalam durasi waktu 48 jam, tetapi hari ini terlihat hidup kembali.

Roy memberi tanda bahwa ia ingin tubuhnya ditegakkan. Posisi tempat tidur ditegakkan. Empat orang menolongnya agar dapat duduk tegak. Setelah duduk, ia memberi tanda agar kepadanya diberikan air minum.

Sesudah minum, ia tersenyum.

"Mengapa aku mesti kembali? Bukankah kita sungguh-sungguh percaya bahwa kehidupan yang baru menanti di seberang sana? Aku telah sampai di sana. Aku menyaksikan kemuliaan tempat itu, tetapi seseorang mengantar diriku kembali. Katanya, atas permintaan keluargaku. Jadi, aku pun pulang. Ternyata, aku masih di pembaringan ini!"

Semua pengunjung terkejut. Rupanya, Roy mati suri. Rohnya pergi ke alam lain, alam seberang sana. Alam yang hanya dapat didatangi oleh roh yang keluar dari tubuh yang kasar dan fana.

UBB Kupang, 19 Juni 2024

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun