Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesan dan Pesan Perpisahan pada Acara Perpisahan SMP Swasta Kristen 1 Amarasi Selatan

16 Juni 2024   23:00 Diperbarui: 16 Juni 2024   23:05 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, Feto bersiap-siap ke sekolah. Hari itu, Senin (10/6/24) akan ada acara pengumuman kelulusan di Sekolah Menengah Pertama Swasta Kristen 1 Amarasi Selatan Kabupaten Kupang. Feto mendapat tugas untuk menyampaikan kesan dan pesan mewakili rekan-rekannya dari kelas 7 dan 8. 

"Bapa, ini hari beta yang omong kasi kesan pesan." begitu katanya pada ayahnya.

Ayah dan anak berdiskusi. Diskusi ini menghasilkan satu rangkaian tulisan pendek yang akan dibacakan pada saat acara berlangsung.

Tulisan pendek itu berbunyi demikian:

Yang kami sayangi ibu Pendeta
Ibu kepala sekolah, dan para guru
Orang tua dan pengurus komite
Teman-teman kelas 7 dan 8
Akhirnya, kakak-kakak kelas 9


Salam sejahtera di dalam Yesus Kristus Guru Agung kita bersama. Dari Dia-lah kita memohonkan dan menimba ilmu pengetahuan agar makin berhikmat.

Hari ini kita bersama-sama bersyukur dan bersukacita karena Yesus Kristus Guru Agung kita mengizinkannya. Izin ini diberikan agar kita sadar bahwa ruang pertemuan pasti di baliknya ada perpisahan. Perpisahan itu suatu kepastian. Orang bisa menunda pertemuan, atau bahkan tidak mau bertemu, tapi berpisah itu pastinya adanya.

Kita bertemu guru di sekolah, belajar dan berbagi, tapi waktu belajar selesai kita berpisah. Besoknya boleh jadi ada yang tidak mau ke sekolah karena tidak mau bertemu teman atau guru. Kira-kira begitu kata bapak saya di rumah.

Kemarin saja, di gereja, anggota jemaat mau menangis sejadi-jadinya, tapi harus melepaskan mama pendeta. Mama, pendeta mau menangis seperti apa, mama mesti pergi atas tuntutan tugas. Bapak saya bilang ada tulis di Alkitab, Rasul  Paulus dan jemaat di Efesus menangis waktu berpisah, mereka antar rasul Paulus sampai di pelabuhan. Peluk dan menangis, tapi tidak dapat membatalkan perpisahan.


Hari ini kita juga akan berpisah dengan kakak kakak kelas 9. Kami yang ada di kelas 7 dan 8 mau peluk untuk terakhir atau bersalaman tanda pisah. Kami lepas dengan rasa haru dan menyampaikan pesan pergilah dan raih hari depan dengan belajar lagi di SMA atau SMK di dalam desa kita. Atau ke kota. 

Satu yang pasti kita dipisahkan oleh karena tuntutan waktu belajar yang berakhir dan akan mulai waktu belajar baru.

Akhir kata, salam pisah. Maafkan kami bila kemarin ada yang tidak berkenan. Tuhan Yesus memberkati.

Terima kasih.


NB: kesan-pesan ini disimpan di Kompasiana; 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun