Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa dan Guru SD Inpres Nekmese ke Museum sebagai tempat Belajar dan Berwisata

8 Juni 2024   10:52 Diperbarui: 8 Juni 2024   10:57 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pistol dan pedang; foto: Trini Ora

Pengantar

Dalam masa tugas Heronimus Bani di UPTD Sekolah Dasar Inpres Nekmese sebagai kepala unit sekolah, diprogramkan perkunjungan ke Museum Negeri Kupang khusus kepada para murid kelas 6. Program ini dilaksananan/diwujudkan menjelang akhir tahun pelajaran. Tujuannya untuk memberikan pengetahuan dan inspirasi kepada para murid kelas 6 yang akan beranjak ke sekolah menengah pertama. Pada waktu berada di sekolah menengah pertama, kesan yang tersimpan dalam memori mereka akan menginspirasi untuk melakukan sesuatu yang bermakna baik pada dirinya sendiri maupun di sekolah bersama rekan-rekannya.

Tentang kunjungan ke Museum pada tahun lalu, dapat dibaca di sini 

Persiapan, keberangkatan, Muatan dan Balik ke Kampung

Dalam rangka mewujudkan program berkunjung, belajar dan berwisata ke Museum Negeri Kupang, sekolah mengadakan persiapan sebagai berikut:

  • sosialisasi program kepada orang tua dan murid, sekaligus menyampaikan permintaan izin orang tua agar anak-anak mereka diperkenankan pergi ke kota
  • persiapan anggaran pembiayaan yang diharapkan sebagai kontribusi bersama antara guru dan orang tua murid. Anggaran pembiayaan ini dimanfaatkan untuk: jasa angkutan, retribusi/karcis ke dalam Museum, konsumsi;
  • menghubungi pemilik kendaraan (jasa angkutan); dan memastikan beberapa hal seperti: jumlah guru yang akan turut serta; kesehatan murid, kesiapan konsumsi, dan lokasi wisata kedua ketika meninggalkan Museum

Hari keberangkatan sesuai jadwal pun tiba. Tahun ini, para guru dan murid, khususnya Guru Kelas 6 telah bersepakat dengan murid dan orang tua murid untuk berkunjung ke Museum Negeri Kupang pada, Jumat (7/6/24). Satu unit pikap telah siap memberi jasanya.

Rombongan berangkat dan sempat terhambat di perjalanan berhubung ban pikap pecah. Setelah kurang dari satu jam menunggu, ban yang pecah telah dipoles untuk dapat kembali berfungsi. Perjalanan dilanjutkan


Setibanya di Museum, rombongan disambut oleh petugas yang menjadi piket sekaligus pemandu. Selain petugas yang kesehariannya berdinas di Museum, ada sejumlah murid Sekolah Menengah Kejuruan Jurusan Pariwisata sedang melaksanakan program magang. Mereka ikut menyambut dan membantu para murid dan guru yang datang ke Museum.

Pintu telah dibukakan,  guru dan murid dengan panduan dari petugas mulai berjalan dari satu titik etalase pameran ke etalase lainnya.

Beberapa murid bercerita dengan saya ketika akan menulis artikel ini. Mereka tidak ingat seluruh isi dari etalase-etalase yang memamerkan berbagai macam benda berharga/bernilai. Benda berharga mulai dari zaman prasejarah, sejarah kedatangan bangsa Eropa di Nusantara termasuk di dalamnya menyinggahi pulau-pulau yang saat ini disebut Nusa Tenggara Timur, fosil, dan lain-lainnya. Semua itu memberi nuansa pengetahuan yang berkesan dan menginspirasi.

Beberapa foto dikirimkan oleh seoraang guru melalui WhatsApp Grup seperti ini.

Moko dan Gading

Moko dan Gading Gaja; foto: Trini Ora
Moko dan Gading Gaja; foto: Trini Ora

Moko merupakan alat musik tradisional asal Kabupaten Alor. Kabupaten Alor sendiri dikenal dengan beberapa sebutan, seperti: Tribuana, Nusa Kenari dan Negeri 1000 moko. Tribuana, dimaksudkan sebagai satu Kabupaten dengan 3 pulau besar dan dikelilingi oleh beberapa pulau kecil baik berpenghuni maupun masih kosong. Nusa Kenari, dimaksudkan sebagai tempat tumbuhnya pohon kenari. Buah kenari diambil isinya sebagai rempah-rempah, dan dijadikan komoditi perdagangan. Sementara itu,sebutan negeri 1000 moko maksudnya di sanalah tempat adanya moko. 

Dalam pengetahuan masyarakat, moko tidak dapat diciptakan lagi, padahal sangat dibutuhkan di dalam kehidupan bermasyarakat sebagai alat/sarana teramat penting dalam urusan pernikahan menurut hukum adat perkawinan. Bahwa,  masyarakat Kabupaten Alor secara linguistik ada ragam bahasa di berbagai tempat dan pulau, namun di sana terdapat moko, yang oleh karenanya item pernikahan menjadi ikutan teramat penting.

Gading gajah. Siapa yang mengira bahwa ada gajah di Nusa Tenggara Timur? Entahlah mungkin sudah ada penelitian yang memvalidasi keberadaan gajah. 

Satu kepastian ada gading gajah yang sangat mahal harganya. Sebahagian masyarakat pulau Flores menggunakan gading gajah sebagai mahar dalam urusah pernikahan menurut hukum adat. Betapa mahalnya gading gajah bila harus "melunasi" mahar perkawinan dengannya.


Pistol dan Pedang


Pistol dan pedang; foto: Trini Ora
Pistol dan pedang; foto: Trini Ora

Pistol bukanlah senjata tradisional. Pistol atau senapan berpeluru yang mematikan baru dikenal ketika bersentuhan dengan bangsa Eropa (Portugis dan Belanda). Sebagai alat bela diri dan sekaligus alat yang melenyapkan makhluk hidup bergerak (manusia dan hewan/ternak), pistol amat berbahaya. Maka, tidak semua orang diperkenankan memilikinya. Negara mengaturnya agar hanya petugas/aparat militer dan kepolisian sajalah yang dapat memilikinya dengan aturan yang teramat ketat.

Pistol yang ditempatkan di dalam etalase ini tampilannya menarik dan indah/artistik peninggalan zaman Portugis.

Pedang. Tidak semua etnis dalam masyarakat Nusa Tenggara Timur mempunyai pedang dengan tampilan seperti itu. Pedang sebagai alat bela diri sebagaimana pistol.

Tombak Ikan Paus dan Perahu Sangga Ndolu

Anak-anak duduk di atas miniatur perahu Sangga Ndolu; foto: Trini Ora
Anak-anak duduk di atas miniatur perahu Sangga Ndolu; foto: Trini Ora

Masyarakat Flores Timur dan Lembata mempunyai tradisi unik setiap tahunnya. Tradisi unik ini yakni tombak ikan paus. Ikan paus akan ada di selat Larantuka yang misahkan ujung pulau Flores dan pulau Lembata. Di tempat ini, setiap tahun ada ritual mengambil ikan paus dengan cara tombak.

Museum Negeri Kupang (mungkin) belum memiliki dokumenter tentang hal yang satu ini. Pada dinding museum ditempatkan foto-foto di mana masyarakat melakukan upacara pengambilan ikan paus.

Miniatur perahu Sangga Ndolu ditempatkan di sini. Dikisahkan bahwa pada masa lalu, raja Rote Timur pergi ke Batavia dengan menggunakan tiga perahu. Sesampainya di Batavia mereka belajar baca, tulis dan hitung, serta beberapa ketrampilan lainnya. Mereka berangkat pada tahun 1729 dan kembali pada tahun 1732. Ketika kembali, tersisa satu perahu saja yang selamat, di dalamnya ada  raja nusak Thii (ada yang menulis Thie, atau Thi'e). Kapal ini berlabuh di Fiulain. Di tempat inilah dimulai penginjilan di pulau Rote dan dunia pendidikan berkembang. Sangga Ndolu artinya ~ mencari kepintaran dan pengetahuan. Selanjutnya dapat pembaca dapat membaca di sini

Penutup

Berkunjung ke Museum Negeri Kupang dan museum mana pun, dipastikan tidak akan habis-habisnya menggali pengetahuan masa lampau. Dari benda-benda itu dapat diinterpretasikan teknologi yang digunakan yang menyebabkan sukses atau gagalnya suatu produk kebudayaan. Varian interpretasi dan kritik untuk pengembangan dapat dilakukan oleh setiap pengunjung dan mendokumentasikannya.

Ada harapan, UPTD Sekolah Dasar Inpres Nekmese akan selalu berkunjung ke Museum Negeri Kupang.

Nekmese-Amarasi Selatan, 8 Juni 2024

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun