Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan dalam Pelayaran Pulang dari Lawahing Kabola ke Kampung di Timor

4 Juni 2024   19:59 Diperbarui: 4 Juni 2024   20:21 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menuju kapal ASDP, foto: Ansel Bani

 

Hari Minggu (2/6/24) tiba. Kami bersiap akan mengikuti ibadah Minggu di gedung Gereja Jemaat Lawahing. Ibadah berlangsung pukul 08.00 WITa, dipimpin oleh Pdt. Grace Ludji selaku pelayan jemaat ini. Acuan khotbahnya dari kitab Mikha  6; yang menekankan keadilan dalam kehidupan bersama.

Ibadah berlangsung khikmat di mana selain khotbah, anak-anak dan kaum bapak memuji Tuhan dengan suara indah khas mereka. Jemaat yang menghadiri terbilang banyak, oleh karena terlihat puluhan orang terpaksa mengambil tempat pada emper bangunan gereja.

Ibadah berakhir. Seorang anggota Majelis Jemaat menyampaikan bahwa hari ini, Minggu (2/6/24), akan ada acara khusus yang diadakan untuk melepas seorang mahasiswa bernama Ansel Bani. Mahasiswa jurusan Fotografi Institut Seni Indonesia Denpasar. Anggota Majelis Jemaat yang menjadi pemandu acara memersilahkan Ansel Bani untuk menyampaikan suara hati "perpisahan".

Ansel Bani pun menerima alat bantu pengeras suara (mic). Ia menyampaikan rasa syukur dan pujian oleh karena peluang ada padanya untuk dapat berada di Lawahing secara khusus dan Kabola pada umumnya. Di tempat ini, sebagai mahasiswa Fotografi, ia belajar banyak hal; baik sejarah, bahasa, kekerabatan hingga etika lingkungan, dan tak lupa membuat foto dan melatih murid-murid Sekolah Dasar Negeri Lawahing, sebagai prioritas. 

Pelatihan dikhususkan pada murid  kelas 5 dan 6 untuk dapat menggunakan kamera dan kamera pada android. Hasil kerja murid-murid pun ditayangkan dan ditinggalkan sebagai kenang-kenangan. Beberapa foto hasil jepretan para murid sangat indah. Selain foto, ditayangkan pula satu video yang direkam pada saat ibadah Pentakosta.

Satu tarian massal khas masyarakat Kabupaten Alor yakni lego-lego berhasil direkam. Rekaman mengalami proses sunting dan itulah yang  ditayangkan. Dalam video itu terlihat sangat banyak jemaat Lawahing, turut menari. Mereka menari mengitari Gedung gereja. Suatu pengalaman yang tak akan terlupakan. Videografer, Editor, dan Produsernya hanya seorang saja, Ansel Bani. Video itu pun ditinggalkan sebagai kenang-kenangan.

Ansel Bani mengingatkan pentingnya belajar dan terus belajar baik pada kaum muda maupun pada anak-anak. Tantangan masa depan sudah di depan mata. Produk teknologi Artificial Intelegency (AI) akan menggganti peran manusia. Waspada.

Akhirnya Anse Bani menyampaikan rasa terima kasih kepada banyak pihak, mulai dari Pemerintah Desa Lawahing, desa persiapan Lawahing Barat, Jemaat Lawahing, SD Negeri Lawahing, orang tertentu hingga kampus (ISI Denpasar). Tidak lupa menyampaikan permohonan maaf dan menyerahkan beberapa lembar foto sebagai kenangan dan 3 judul buku karya tulis ayahnya, Heronimus Bani.

Kepada Ansel Bani, Pdt. Grace Ludji menyampaikan rasa terima kasih telah bersama-sama dengan jemaat dan masyarakat di desa Lawahing dan desa persiapan Lawahing Barat, di SD Negeri Lawahing serta di Jemaat Lawahing. Diingatkan pula agar bila berkesempatan bolehlah untuk kembali ke Lawahing, karena di sini sudah menjadi bagian dari keluarga. Demikian halnya Sang Pendeta mewakili jemaat dan masyarakat, ia menyampaikan permohonan maaf, harapan dan doa untuk sukses dalam studi. Akhirnya, di bahu Ansel Bani diletakkan sehelai kain tenun sebagai tanda kenangan. Lalu, kepada Sang Pendeta diserahkan tiga judul buku.

Kami berpisah sesudah menikmati makanan yang disediakan oleh Majelis Jemaat.

Kami pun kembali ke penginapan. Rumah keluarga Messakh Tang menjadi tempat berteduh, berbagi cerita, canda, inspirasi dan berefleksi bersama sejak pertengahan Februari 2024. Kami berdoa dan Ansel mengantar saya ke pelabuhan Kalabahi menggunakan motor yang akan saya bawa terlebih dahulu ke kampung, dengan maksud agar lebih mudah dari Pelabuhan Feri Bolok ke kampung. Menggunakan jasa kapal penyeberangan antar pulau (ASDP).

Ansel Bani dan Rimon Takain baru akan menyusul pada hari Rabu (5/6/24) dengan kapal penyeberangan.

***

Menuju kapal ASDP, foto: Ansel Bani
Menuju kapal ASDP, foto: Ansel Bani

Rupanya saya menjadi penumpang terakhir, di mana begitu saya tiba di lantai dasar kapal feri inik kurang dari 15 menit kemudian, para pengantar dan penjaja makanan diminta untuk segera turun. Pintu kapal akan ditutup. Para petugas mengingatkan para penumpang yang duduk bersandar pada dinding kapal agar sebaiknya memilih tempat ke tengah.

Ansel yang mengantar mencoba lagi untuk menanyakan bila mungkin masih ada tempat di kelas VIP.

"Penuh!"  begitu jawaban seorang ABK.

Tiket VIP telah ludes terbeli, sehingga Ansel mengambilkan tiket kelas ekonomi, dan jadilah saya berada di lantai kapal feri dengan mengambil posisi di belakang satu unit truk. Menariknya, pada pintu belakang truk ini ada tulisan (caption) yang bergaya lelucon: Kalo sayang kenapa jadi mantan. Di sampingnya ada gambar wajah seorang gadis. Satu lagi tulisan menarik, orang tua di kampung banting tulang, anak di kota banting harga. Entahlah ada maksud apa dari dua macam tulisan ini. Sangat sering ditemukan tulisan (caption) di pintu-pintu truk.

 

Waktu menunjukkan pukul 17.54 WITa, tiba-tiba android mengindikasikan roaming. Rupanya jaringan internet dari Timor Leste sedang aktif di udara wilayah Indonesia. Saya segera mematikan android, mengingat pulsa dengan nilai rupiah akan habis tersedot. (hehe).

Menjadi penumpang di lantai kapal sangat tidak nyaman. Ribut, asap rokok, miras, lalu lalang kaum muda bahkan orang tua, dan lain-lain hal kurang menyamankan terjadi di sini. Para penumpang yang duduk atau tidur menyamankan diri saja.

Kapal feri terus membelah gelombang. Beberapa saat air laut terpercik ke dalam lantai kapal. Beberapa penumpang menggeser posisi duduk menghindari siraman air laut.

Saya beranjak ke lantai atas. Penuh. Pintu ruang VIP ditutup rapat. Ruang kelas Bisnis  penuh. Asap rokok di mana-mana tanpa peduli penumpang perempuan yang hamil, gadis-gadis, dan anak-anak. Mungkin demikian adanya karakter penumpang yang menggunakan jasa pelayaran ASDP. Saya sendiri sesungguhnya lebih suka menggunakan jasa pelayaran feri cepat, tapi kali ini tidak ada. Sementara bila menggunakan pesawat yang hanya satu jam dari Kalabahi ke Kupang dan sebaliknya, kantong mesti ditebalkan lagi.

Pukul 02.40 WITa kapal feri ASDP sandar di Pelabuhan Feri Bolok. Seluruh penumpang menyiapkan diri dan akhirnya kami tiba di darat.

Hari masih amat pagi, belum banyak  kendaraan lalu-lalang di jalan dari Bolok ke kota Kupang. Sepi. Sangat mungkin untuk melaju dengan kecepatan sebisa mungkin.  Tiba di Oesao, seorang pemilik kios telah membuka usahanya. Saya mampir sebentar mengisi tanki motor dengan dua liter bahan bakar.

Perjalanan dilanjutkan, dan ketika tiba di rumah waktu menunjukkan pukul 05.10 WITa.

Terima kasih Tuhan untuk perlindungan-Mu, baik pada hamba-Mu ini, pada anak Ansel Bani di Lawahing selama menjalani masa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT), orang-orang yang ditemuinya, dan pelayaran maupun penerbangan yang membawa pergi dan pulang.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 4 Juni 2024

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun