Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyambut Pelayat Duka a-la Masyarakat Adat Alor Barat Laut

4 Juni 2024   08:50 Diperbarui: 4 Juni 2024   09:19 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SD GMIT Pitungbang; kolase dokpri, Roni Bani

Ketika duduk, seorang paruh baya membawa dua tempat pelayanan khas, satunya berisi sirih-pinang-kapur, dan satunya berisi tembakau-daun lontar yang sudah disayat halus pendek, dan sebungkus rokok.

Menarik. Tidak ada yang luput dari pelayanan ini. Jika Anda tidak merokok secara tradisional (plinting tembakau bersama daun lontar), Anda boleh memamah sirih-pinang-kapur. Jika keduanya tidak menjadi kebiasaan, maka cukuplah mengatakan, terima kasih.

Nah, menjadi pertanyaan pada saya, darimana  datangnya daun lontar muda kering yang dijadikan pembungkus tembakau dan menjadi rokok tradisional? Pada kawasan itu tidak satu pun pohon lontar.

Bapak Messak dan adiknya terlihat nyaris tak berhenti merokok dengan cara yang sama setiap jamnya. Mungkin berhentinya ketika sedang tidur pulas.

Daun lontar muda menjadi kebutuhan para perokok tradisional. Mereka membelinya. Para pedagang kecil di Kalabahi memahami kebutuhan masyarakat perokok tradisional, maka pengadaan tembakau (irisan halus manual) dan daun lontar muda menjadi komoditi. Itulah yang terjadi.

Hal menarik lainnya yang terlihat, yakni, setiap rombongan keluarga (sub suku) yang melayat, sesudah menangisi/meratapi jenazah, mereka akan mengambil posisi duduk, disuguhi layanan dari dua tempat kesantunan itu. Selanjutnya seseorang yang ditugasi khusus memberitahukan bahwa telah hadir rombongan keluarga (sub suku) XX... kepada sub suku ini, dipersilahkan salah satu di antaranya yang dituakan untuk menyampaikan pernyataan bela sungkawa, dan ikutannya.

Perwakilan beberapa rombongan menyampaikan bela sungkawa. Contoh pernyataan sebagai berikut:

Kami dari keluarga ... ketika mendengar kabar kematian ini, hati kami sangat berduka. Maka, kami bergegas dalam persiapan. Kami saling memberitahukan, berkumpul dan berangkat bersama. Kini kami telah hadir di sini. Kami turut larut dalam dukacita ini. Kami menangis dan meratap. Kita semua akan ingat jasanya.

Selanjutnya, kita akan bersama-sama di dalam suasana ini hingga upacara penguburan jenazah dari orang yang kita cintai. Bentuk kebersamaan itu telah ada di sekitar kita. Terima kasih. Shalom.

Demikian contoh pernyataan. Pada point/baris kedua pernyataan itu tersirat apa yang dibawa sebagai pendekatan turut urunan menanggung tanggung jawab keseluruhan pembiayaan di dalam peristiwa kedukaan itu.

Satu pengalaman menarik.

Kami telah selesai melayat, memamah sirih-pinang; dan ada pula yang merokok tradisional. Bapak Messakh Tang berpamitan, dan baru akan kembali untuk mengikuti upacara penguburan sesuai hari dan jam yang ditentukan.

Sesudah itu kami pun kembali ke pikap. Rombongan pelayat berangkat dari Otvai kembali ke Lawahing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun