Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keadilan di Dalam Budaya, Suatu Olah Pikir Sederhana

21 Mei 2024   07:36 Diperbarui: 21 Mei 2024   07:39 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roni Bani dalam balutan (sebahagian) pakaian tradisional Amarasi; foto; dokpri

Dalam bulan Budaya GMIT tahun 2024, topik yang perlu dipedomani untuk dikhotbahkan yakni:

  • Kuasa Kebaikan mengalahkan k ejahatan (1 Sem.24:1-23)
  • Menjadi saksi kemuliaan Yesus (Kisah Rasul 1:1-11)
  • Tekun berdoa (1 Sem.1:9-20)
  • Bersaksi dalam Pimpinan Roh Kudus (Kisah Rasul 2:1-21)
  • Mewudukan syukur dengan memberikan hulu hasil (Imamat 23:15-22)
  • Menyaksikan Yesus sebagai sumber hidup (1 Yoh.5:1-12)

Demi memuliakan Tuhan dengan produk budaya etnis-etnis di dalam lingkungan pelayanan GMIT, maka Majelis Sinode GMIT menganjurkan agar pada hari-hari ibadah di atur sebagai berikut:

  • Minggu, 5 Mei 2024, etnis Amanatun dan Amanuban (Atoin' Meto')
  • Kamis, 9 Mei 2024, etnis Helong (pulau Semau dan Helong darat)
  • Minggu, 12 Mei 2024, etnis Rote (Rote pun amat beragam, jadi boleh ada pilihan)
  • Minggu, 19 Mei 2024, Multi etnis (pilihan bebas)
  • Senin, 20 Mei 2024, etnis Amarasi (Atoin' Meto')
  • Minggu, 26 Mei 2024, etnis Sabu  Raijua

dalam balutan pakaian tradisional masyarakat Rote; dokpri; Roni Bani 
dalam balutan pakaian tradisional masyarakat Rote; dokpri; Roni Bani 

Menelisik sedikit cermat dari apa yang diwujudkan oleh Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) pada bulan budaya setiap tahunnya, rasanya umat/jemaat (masyarakat) mulai bangkit kesadaran akan pentingnya memelihara dan melestarikan budaya. Hal ini menjadi suatu perkembangan yang baik. Oleh karena itu terlihat gerak kasat mata secara informal di dalam masyarakat yakni:

  • diskusi tentang produk kebudayaan yang masih hidup atau yang terancam punah yang kiranya dapat ditampilkan pada ibadah-ibadah dalam bulan budaya. Diskusi dibangun di jemaat-jemaat dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan: presbiter, pemangku adat/budaya, pemerhati budaya, pegiat sanggar seni, akademisi, dan lain-lain;
  •  adanya produk kebudayaan yang walau masih berkutat seputar kesenian: lagu berbahasa daerah, musik daerah, tarian daerah). Ketiga hal inilah yang ditampilkan sebagai perwujudan/ejawantah budaya etnis yang patut dipelihara.

Mencermati hal-hal yang demikian itu di dalam ibadah dan di luar gedung ibadah, kiranya diperlukan satu upaya yakni diskusi (seminar, FGD, dll kegiatan ilmiah)  secara formal sehingga didapatkan sejumlah hal yang diterima sebagai produk kebudayaan dari etnis-etnis di dalam lingkungan pelayanan GMIT. Sejumlah hal sebagaimana dimaksudkan misalnya, manuskrip, yang mungkin menulis/mencatat sesuatu pada masa lampau yang terpelihara namun diasumsikan sebagai telah ketinggalan zaman. Padahal, bila sesuatu yang tercatat/tertulis itu dapat ditampilkan, kiranya dapat memberi warna yang memotivasi umat/jemaat dalam beribadah dan berkarya sebagai akta iman.

Roni Bani & Pdt Yulita Y Zina Lero, S.Th dengan latar kain produk tenunan Amarasi; dokpri Roni Bani
Roni Bani & Pdt Yulita Y Zina Lero, S.Th dengan latar kain produk tenunan Amarasi; dokpri Roni Bani

Penutup

Tulisan ini hanyalah sebentuk olah pikir seorang presbiter di pedesaan. Mereka yang memangku kepentingan secara lebih formal di dalam institusi keagamaan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dipastikan telah mempunyai sejumlah program yang dapat diwujudkan dalam periode pelayanan empat tahunan di GMIT. 

GMIT  menjalankan periode pelayanan empat tahunan yang mulai seragam di semua lini: Majelis Sinode, Majelis Klasis dan Majelis Jemaat. Kiranya di dalam lini majelis yang demikian itu ada koordinasi yang mensikronkan program yang mewujud terutama di dalam jemaat-jemaat lokal.

Berikut ini salah satu produk budaya dari masyarakat Pah Amarasi yang telah dimodifikasi sehingga dapat digunakan dalam ibadah. Produk budaya ini merupakan budaya tutur (syair) dan gerak tari massal. Dibutuhkan kerja sama yang kuat untuk dapat mewujudkan tarian massal yang demikian. Kesulitan utama pada produk yang demikian terletak pada penyair. Maka, solusinya yakni belajar bersama melalui diskusi. 

Link YouTube Roni Bani


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun