Pengantar
Dalam bulan Budaya setiap Mei tahun berjalan yang tetapkan oleh Gereja Masehi Injili di Timor, pada Mei 2024 ini salah satu materi khotbah terpilih dari Kitab 1 Semuel 1:9-20. Â Tema yang disodorkan Majelis Sinode GMIT yakni: tekun berdoa. Satu tema yang terasa biasa-biasa saja, kurang menggigit untuk dibahas, namun tentu menarik untuk ditelusuri dalam konteks kekinian, sambil melihat lokus di mana orang menyampaikan khotbah agar sungguh-sungguh sampai ke hati pendengarnya.
Minggu ini, (12/5/24) Tuhan mengizinkan agar saya boleh menyampaikan khotbah pada salah satu jemaat lokal GMIT dalam wilayah Klasis Amarasi Timur. Jarak tempuh ke lokus itu menurut gugel maps, 22 km yang dapat ditempuh kurang dari satu jam ketika berangkat dari tempat di mana saya berdomisili.
Hari Minggu ini saya mengajak murid-murid Sekolah Dasar tempat di mana saya mengajar. Kami membagi tugas dalam tata ibadah yang semuanya disusun dalam Bahasa Amarasi, bahasa daerah kami.
Ulasan Teks Alkitab 1 Semuel 1:9-20
Membaca bagian alkitab ini, baiknya dimulai dari 1 Semuel 1 : 1 dan seterusnya agar ada pengetahuan latar belakang hingga munculnya doa seorang ibu, isteri seorang bapak bernama Elkana, keturunan Efraim. Elkana mempunyai dua orang isteri, Hana dan Penina. Penina mempunyai anak, sementara Hana tidak. Itulah sebabnya, setiap tahun ketika mereka ke Silo untuk berdoa, Hana selalu mengutarakan isi hatinya kepada Tuhan. Â Tahun-tahun yang meresahkan hati seorang perempuan, seseorang yang merindukan agar kandungannya terisi jabang bayi, dan dari sana lahir anak di pangkuannya. Mungkinkah itu?
Suatu hari, dalam tahun di mana sesuai tradisi beribadah tahunan di Silo, kali ini keluarga Elkana pergi ke sana. Di tempat itu Hana sekali lagi mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan. Ia tidak meneriaki Tuhannya. Ia tidak meraung-raung tetapi hatinya teriris dan air matanya tak dapat dibendung. Dalam doa yang khusuk ia terus berurai air mata.
Mereka yang turut hadir dalam penyembahan tahunan di Silo menyaksikan apa yang dilakukan oleh Hana, termasuk imam Eli. Sang imam cukup jeli memperhatikan orang-orang yang datang berdoa. Ia melihat Hana tetapi asumsi terhadapnya berbeda. Ia menyangka Hana sedang mabuk, maka ia menegurnya.
Suatu keterkejutan pada imam Eli. Ia justru mendapati jawaban berbeda, "Bukan, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku kepada TUHAN. Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama." (ayat.15-16)
Mendengar jawaban itu, imam Eli membuat pernyataan sebagai berkat padanya. Ia memintanya untuk pulang dan memberi harapan padanya bahwa Tuhan, Allah Israel akan memberikan apa yang dimintanya.
Benar! Hana akhirnya mendapatkan apa yang dimintanya dari Tuhan. Ia mengandung dan pada masanya melahirkan seorang anak laki-laki yang dinamai Samuel. Ia memberi nama demikian oleh karena, ia telah memintanya dari Tuhan.