Dua puisi berikut ini berkisah tentang Senja. Dua puisi yang saya tulis pada waktu berbeda di kampung dan menempatkannya pada blog
Puisi 1
Senja tiba,
hari siang akan segera berlalu,
irama pengiring senja dimainkan anak-anak
memeriahkan hilangnya Raja siang.
Keramaian irama senja diwarnai bunyi plak, plak, plak
bertalu-talu dari tubrukan gasing anak-anak.
Aku duduk di sini,
memandang keramaian irama
yang dimainkan anak-anak desa.
Indah tanpa polesan.
Polos dan lugu,
tiada keresahan dan kegalauan.
Anak-anak desa di dusun yang jauh,
jauh dari bisingnya hiruk-pikuk kota.
Umi Nii Baki-Koro'oto , 23 Maret 2021
Puisi 2
Senja tiba lagi
saat itu aku duduk di depan layar ini
menelusur aksara berjejer dalam makna
mencari diksi bersesuaian saintifik
menempatkan pada jejeran karya tulis
mana boleh mumet olah pikir
karena itulah gaya menulis
pada rasa literasi berirama arti
Siulan senja bersabda
seorang nenek meninggal di seberang
jauh di suatu gugusan kepulauan
seorang bujangan tua menelepon
ia menanggung sakit dalam kesendirian
Senja ini
siulanmu bagai manis-sepat
aku termenung sesaat
itulah dinamika dan resonansi hidup
iramanya merdu dan sedap, perih dan pedis.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 23 Juli 2022
Sumber:
https://ronibaniblog.home.blog/2022/03/23/gembira-senja/
https://ronibaniblog.home.blog/2022/07/23/siulan-senja/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI