Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Beri Kado dengan Buku dan Anakan Pinang

4 April 2024   12:10 Diperbarui: 6 April 2024   20:20 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hendak menyerahkan tanda kenangan kepada Jubir; moment di Yirrkala; foto: Charles Grimes

Pengantar

Dalam beberapa tahun terakhir ini rasanya dunia literasi, khususnya menulis di blog dan berbagai media sosial telah amat sangat marak. Di antara para Blogger tentulah ada manfaat yang dipetiknya, demikian pula pemanfaatan aplikasi media sosial.

Literasi yang demikian telah "menaikkan" pamor para pemakainya, entah sekadar suka untuk memperluas ranah persahabatan, memperpendek jarak bila rindu bersua, atau berbagi informasi dan inspirasi.

Langkah bijak bila para pengguna media sosial makin positif menulis, membaca dan melihat foto, menonton video, dan lain-lain. Semua pengguna media sosial memiliki brand sendiri yang mudah diingat oleh sahabat-sahabatnya.

Blogger yang kreatif pasti sudah banyak yang mengumpulkan kembali tulisan-tulisannya. Semua tulisan itu mengalami proses sunting, lalu melalui mekanisme yang diberlakukan oleh Penerbit, terbitlah buku dari karya seorang blogger atau beberapa orang dalam wujud antologi.

Pengalaman lain, kini banyak buku yang diterbikan dengan pendekatan e-book. Toko-toko buku online pun bertebaran, harga buku makin murah. Buku yang tradisional hard copy mulai terancam keberadaannya, padahal di pedesaan dan pedalaman hingga desa-desa nelayan, buku-buku seperti itu masih langka dan butuh perhatian.

Tulisan ini hendak saya hentar kepada cerita sekitar dunia tanda kenangan (cendera mata) yang sudah saya buat, sekadar membagi pengalaman belaka.

Memberi tanda kenangan (Cendera mata) dengan buku

Pada tahun 1999 saya bertugas di SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kabupaten Kupang. Ketika Pemerintah Kabupaten Kupang menetapkan kebijakan pelantikan kepala sekolah pada April 2017, saya dimutasi ke SD Inpres Buraen 1 Amarasi Selatan Kabupaten Kupang.

Di sini, saya mulai mencoba "mengkampanyekan" pemberian cendera mata dengan buku. Lulusan SD Inpres Buraen 1 akan selalu saya beri buku karya saya sendiri.

Lalu pada tahun terakhir, tahun 2021, sebelum saya dimutasi saya mewajibkan para siswa menulis pengalaman mereka. Hasil dari menulis itu saya bukukan, kemudian menjadi cendera mata ketika mereka mengambil ijazah.

Baca juga: Doa Seorang Abdi

Saya tidak berhenti di sana. Ketika saya menghadiri resepsi-resepsi pernikahan, kepada pengantin akan saya hadiahi buku, atau pada acara-acara tertentu yang sempat saya hadiri dan bersifat ilmiah: seminar atau lokakarya, saya akan tinggalkan kenangan dengan buku.

Pada kesempatan menyerahkan buku pada resepsi pernikahan, kepada para tamu/undangan saya umumkan, bila setiap orang menyerahkan satu buku saja kepada pengantin, tentulah pengantin akan mempunyai satu perpustakaan kecil di rumah. Lalu, ketika mereka mempunyai anak, anak akan terbiasa membaca buku.

Semua buku yang saya berikan merupakan karya saya sendiri. Cendera mata yang membanggakan ketika seorang sahabat membawa buku saya ke Jakarta, ia menyerahkannya kepada Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Pusat, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd.

Komentar respek yang disampaikan Sang Ketua Umum melalui video pendek berdurasi kurang lebih 1 menit bagai menginjeksikan motivasi menulis tanpa henti.

Memberi tanda kenangan (Cendera mata) Anakan Pinang Wangi

dokpri: Roni Bani
dokpri: Roni Bani

Di Tanah Timor dan sekitarnya pinang wangi (bahasa Melayu Kupag, pinang bonak) bukan sembarang pinang. Jenis pinang yang satu ini kelasnya berada jauh di atas jenis pinang lainnya.

Pinang Bonak selalu menempati urutan teratas dalam hal upacara perkawinan menurut hukum adat perkawinan di kota-kota kabupaten, terlebih di Kota Kupang.

Pelaksanaan upacara perkawinan menurut hukum adat perkawinan yang tidak tertulis (khususnya) di Kota Kupang, selalu ada item pinang bonak.

Pinang bonak perlambangan/symbol kesantunan dari pihak keluarga laki-laki kepada keluarga besar pihak gadis yang dipersunting.

Maksudnya, dalam budaya makan sirih-pinang, semua anggota keluarga/kerabat dan sahabat yang hadir akan mendapatkan tempat sirih-pinang (Bahasa Amarasi: oko'mama', ook-aiti') berisi pinang. Bila setiap orang harus disuguhi dengan cara yang demikian, maka akan memakan waktu yang lama.

Menyingkat waktu suguhan sirih-pinang kepada kaum kerabat dan sahabat, satu item hukum adat perkawinan yakni penyerahan setandan pinang bonak.

Saya beberapa kali mendapatkan kepercayaan sebagai jubir (juru bicara) baik dari pihak keluarga calon pengantin laki-laki, atau dari pihak calon pengantin perempuan.

Satu yang selalu saya ingat yakni, memberikan tanda kenangan berupa anakan pinang bonak. Saya akan menyerahkannya kepada salah seorang anggota keluarga, tetapi lebih cendrung saya serahkan kepada lawan bicara saya (jubir). Hal ini dilakukan agar menjadi tanda kenangan padanya.

Pada kesempatan menjadi jubir beberapa tahun lampau, bukan pinang bonak yang saya serahkan sebagai tanda kenangan. Saya akan memberikan sehelai kain tenunan kepada jubir.

Suatu ketika di desa Yirrkala Armland Australia Utara, saya menyerahkan sebilah pisau dan selembar kain kepada Kepala Museum Kota Gove Australia Utara sebagai tanda kenangan.

Saat itu saya menjadi jubir dari calon pengantin laki-laki seorang pemuda Australia yang menikahi seorang gadis campuran Eropa-Aborigin.

Hendak menyerahkan tanda kenangan kepada Jubir; moment di Yirrkala; foto: Charles Grimes
Hendak menyerahkan tanda kenangan kepada Jubir; moment di Yirrkala; foto: Charles Grimes

Penutup

Cendera mata akan selalu bercerita sepanjang masih ada dan terlihat. Siapa saja dapat melakukan hal ini pada acara sukacita: resepsi pernikahan, hari ulang tahun, maupun hal lainnya. Maukah untuk melakukannya?

Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

Sumber: https://ronibaniblog.home.blog/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun