Hujan turun tiada henti-hentinya. Banjir melanda negeri di banyak tempat. Perkampungan penduduk desa terendam. Warga meninggalkan pemukiman dengan membawa perbekalan seadanya. Mengungsi. Mengungsi di negeri sendiri.
Jembatan penghubung antar daerah putus. Material yang dibawa banjir menggerus bibir dan bantaran sungai. Banjir meluap membawa material ke dalam pemukiman penduduk.Â
Seorang pemuda duduk di ujung jembatan, melayangkan pandangan sejauh-jauhnya menyaksikan aliran sungai yang sedang meluapkan banjir. Hujan mereda sebentar saja, angin kencang membawa awan bermuatan butiran air ke arah yang dikehendakinya. Pemuda itu termangu. Â Di kejauhan terlihat orang-orang berusaha menyeberangi sungai yang sedang membanjir. Mereka hendak menyelamatkan diri dari terjangan banjir yang meluap ke dalam perkampungan.
Sang pemuda sedang dalam lamunannya. Pemuda itu bernama Roy. Ia melamunkan cara untuk melintasi jalan lintas Timor menuju kota Kupang. Sesaat diliriknya android miliknya. Signal internet belum menunjukkan tanda-tanda baik. Ia masih duduk di ujung jembatan Noelmina. Ia masih menunggu datangnya signal internet.
Signal terlihat 4G pada android milik Roy. Segera masuk beriringan pesan-pesan melalui WhatsApp. Roy memlototi androidnya lalu membuka WhatsApp yang telah berjejeran tanda masuknya pesan-pesan. Pada nomor yang spesial baginya, ia membukanya lalu membaca pesan di sana.
"Kaka bisa datang ke Kupang ko?"Â Demikian pesan itu tertulis dalam Bahasa Melayu Kupang.
Roy tidak segera membalas pesan itu. Ia kembali melayangkan pandangan ke sungai Noelmina' yang sedang banjir. Banjir dengan membawa material yang sangat banyak.
Ia membalikkan badan, di sana terlihat bukit yang bagai sedang ikut menjadi saksi atas curah hujan yang teramat lebat dalam beberapa hari . Hujan lebat inilah yang menyebabkan terjadinya banjir.
Roy menggesek-gesek permukaan androidnya. Ia membaca kabar tentang bergesernya bukit di desa Noelmina'. Â Lalu mengalihkan padangannya ke bukit yang berdiri di bibir sungai Noelmina'. Bukit itu bagai sedang sedih karena sahabatnya telah menggeser posisi duduknya. Posisi duduk yang semula telah berpindah hingga mengaktifkan secara luar biasa makhluk manusia. Mereka harus berjibaku dengan banjir dan longsoran bukit.Â
Lalulintas terhalang dari dua arah. Arus barang, orang dan jasa terhalang.Â