Ketika hari pelaksanaan simulasi atau uji coba tiba, peserta sekolah dasar dari seluruh Kabupaten Kupang yang terjadwal pada tanggal 14 Maret 2024. Ramai-ramai peserta menyiapkan peralatan dan murid yang terdaftar sebagai peserta. Begitu pula terjadwal untuk peserta pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tanggal 15 Maret 2024. Semua pimpinan unit satuan pendidikan dan pemangku kepentingan ingin sampai pada simulasi itu. Keingingan itu, sungguh-sungguh hendak diwujudkan.
Muncul masalah berikutnya, server eror. Kabar seperti ini muncul
Sabar memang server down dari pusprenas
solusinya kita tunggu saja.
...
Gimana lagi, aksesnya langsung pusat yang pegang
Sumber: Catatan Seorang Guru
Catatan di atas dikirimkan oleh seorang Kepala Sekolah dari Kecamatan Kupang Tengah yang berkomunikasi dengan guru lain dari Kabupaten di luar Nusa Tenggara Timur. Kepala Sekolah ini memohon izin:
Ijin melanjutkan informasi dari telegram pengaduan Kendala OSN 2024,yang  diwakilkan oleh salah satu operator dinas  dari salah satu kabupaten, jadi kita sabar saja (Sumber: +62-812-3679-2xxx)
Masalah ini bukanlah hal yang luar biasa, tetapi memang demikian adanya ketika kita berada di dunia digitalisasi dengan segala produk aplikasinya. Setiap produk aplikasi dipastikan penggunanya (konsumen) akan berhubungan/terkoneksi dengan server. Jika server yang tersedia dirancang cukup untuk menampung pengguna, kiranya akan lancar saja urusannya. Kiranya demikian asumsinya pada kaum awam yang bahasa teknisnya tentu ada pada disiplin ilmu teknologi komunikasi.
Peserta OSN dari Kabupaten Kupang, khususnya para guru dan kepala sekolah gelisah. Kegelisahan ini bukan tanpa alasan.
- Membiasakan anak/peserta OSN untuk menggunakan aplikasi menjadi "gagal"
- Pejabat daerah "kurang peka" kondisi yang demikian. Pesan tertulis maupun pesan suara melalui WhatsApp Group terus dikirimkan dengan nada yang menggelisahkan. Contoh, Kepala sekolah model apa ini?Â
- Ketika tiba hari pelaksanaan yang sesungguhnya para murid peserta OSN dipastikan akan gugup, limpung yang oleh karenanya dapat saja tidak mampu menjawab secara baik pertanyaan yang tersedia pada aplikasi OSN. Dampaknya akan buruk pada mentalnya. Peserta OSN merasa gagal, minat mengikuti OSN pada waktu akan datang akan "drop", apalagi mereka meminjam android
Pada WhatsApp Grup Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, terbaca keluhan para kepala sekolah, bukan karena murid peserta tidak siap, tetapi akses aplikasi OSN selalu eror. Ada informasi bahwa sedang dalam perbaikan.
Seorang Kepala Sekolah dari Manubelon, Amfoang Barat Laut yang sedang berada di Oelamasi sangat-sangat gelisah. Ia dan seorang rekannya tidak dapat kembali ke Manubelon berhubung hujan lebat dan banjir di Sungai Kapsali. Sungai ini menjadi hambatan ketika akan masuk ke desa Manubelon. Jembatannya telah ambruk pada akhir tahun 2022 lampau. Kepala sekolah bernama Mery Woly menyampaikan bahwa ia dan rekannya sungguh amat gelisah karena tidak dapat mendampingi muridnya dalam simulasi OSN, apalagi simulasi dilakukan di bibir sungai membelakangi hutan.
Siswa SD Negeri Manubelon di Kabupaten Kupang, NTT, mengikuti simulasi Olimpiade Sains Nasional (OSN) di hutan karena sinyal provider dan listrik tiba-tiba mati (Sumber: +62-821-4706-2xxx)
Beberapa lembar foto dikirimkan kepada saya. Suatu pemandangan yang miris, guru dan murid pergi ke bantaran sungai. Di sana rupanya ada jaringan internet. Mereka duduk di sana dan mulai mencoba aplikasi OSN. Signal jaringan internet didapatkan dari pemancar di desa Ta'en; desa tetangga dari desa Manubelon. Bila mendapatkan signal para guru dan murid akan sering di bibir sungai ini untuk mengakses internet bila listrik di desa Manubelon padam.
Sudah bukan rahasia lagi. Berkali-kali saya selalu menulis bahwa ada tiga hambatan dominan ketika memasuki dunia digitalisasi dengan produk aplikasinya
- jaringan listrik
- jaringan internet
- pengetahuan TIK dan kemampuan mengakses aplikasiÂ
Penutup