Kongres PGRI XXIII sedang berlangsung di tengah gencarnya "perpecahan" PGRI sebagai organisasi perjuangan unitaristik, independen dan non partisan. Gejolak terjadi secara internal, namun kekukuhan organisasi tetap terjaga khususnya keterbelahan itu dikesampingkan karena mayoritas pengurus daerah (provinsi, kabupaten dan kota) masih menjunjung persatuan di bawah kepemimpinan hasil Kongres XXII.Â
Bila organisasi profesi guru mengalami gejolak bagai organisasi partai politik, tentulah akan berdampak, namun sikap bijak para guru sebagai pengurus telah mampu meredam keterbelahan itu sehingga keluar ke hadapan publik dan anggota untuk menyelenggarakan Kongres XXIII ini.
Perjuangan belum berakhir. Kerja keras tak akan berakhir selama benjolan-benjolan penyelenggaraan pendidikan terlihat sebagai kekeliruan kebijakan. PGRI akan terus hadir untuk menjembatani kesenjangan itu antara pemerintah dengan guru sebagai operator lapangan.
Pengurus daerah PGRI di semua tingkatan pun diharapkan memiliki sikap yang jelas agar terlihat aksi-aksi nyata pada anggota. Dengan demikian sikap skeptis yang ditunjukkan atau dijadikan bahan pergunjingan dapat dikikis, agar kepercayaan kepada pengurus daerah bangkit kembali.
Sampai di sini satu catatan kecil dalam rangka turut serta dalam Kongres PGRI XXIII, Â Maret 2024
Umi Nii Baki-Koro'oto, 2 Maret 2024
Heronimus BaniÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H