Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sekelebat Sabet Duka dalam Trauma Berkelanjutan

28 Februari 2024   14:31 Diperbarui: 28 Februari 2024   14:33 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku duduk di sini, melongo tanpa kata, bisu
lama, lama, diam, diam bagai di lorong waktu
Anak-anak berlarian dengan membawa wajah pasi
Kaum muda mempercepat langkah, berlari dan berlalu
Kaum tua bergerak dalam dinamika kebijaksanaan

"Tolong ... !"
"Tolong ... !"
"Tolong ... !"

Sebentuk benda tajam telah terayunkan
anggota tubuh korban nyaris putus
sekarat tak berdaya, tewas mengenaskan
tamatlah riwayat kehidupan satu insan
berakhirlah kisah kebersamaan dalam kerabat

Tangisan meledak dan menyeruak
Udara dipenuhi riuh rendah tangisan
Ratapan mendesak dan berderak-derak
Bentang langit menudungi kegeraman
satu tumbang bagai tak cukup

"Tolong ...!"
"Tolong ...!"
"Tolong ...!"

Bilah tangan sebelah nyaris putus
sekelebat gelap mata asa pun pupus
kehidupan berakhir di titik kerapuhan
pergi menuju alam tak kasat mata di sana
geram pada kerabat  yang tinggal di mayapada

"Oh... ! Betapa kehidupan ini singkat."
Sangat-sangat singkat ditebas sekejab saja
Pasal ayat hukum rimba berlaku kabur
Pasal ayat hukum positif berlaku nyata
Sayangkah keduanya orangtua - anak 

"Oh... ! Betapa kehidupan ini singkat."
Rumput pun masih ada jedah istirahat
menyembunyikan diri ketika kemarau
langsung muncul ketika hujan pertama
menghijau indikasi adanya kehidupan

Kini...
keduanya telah tiada di mayapada
Memulai hari baru di mayapada
dalam geram kesal  kecewa dan sedih
pada kekasih dan buah cinta kasih

Menata dan menatap masa depan
dengan cara menata hati dan hari-hari
dalam labilnya reaksi emosi jiwa
bersama buah cinta yang ditinggal
yang pasti bertanya, "Mana papa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun