Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gratis Tentu Cuma-Cuma Tanpa Harga, Bukan?

25 Februari 2024   19:19 Diperbarui: 25 Februari 2024   19:28 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Semakin orang dikasih gratis semakin mentalnya jatuh, semakin gak ada harga diri." (Rocky Gerung)

Presiden Republik Indonesia ke-8 belum ditentukan lewat pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat. Hingar-bingar berita tentang Presiden hasil Quick Count menampilkan janji politik prioritas yakni Makan Siang dan Susu Gratis. Sangat disayangkan. Presidennya baru hasil Quick Count belum resmi, namun tagihan janji politik pun dimulai.

Menariknya, mereka yang berdiri di balik janji politik Makan Siang dan Susu Gratis muncul ke publik dengan pernyataan superman bahwa pilot projectnya sudah mulai dijalankan di Sukabumi (baca di sini). Program ini terasa berat namun akan berdampak luas pada perputaran ekonomi di tingkat usaha mikro dan UMKM dan perbaikan gizi. Pilot project ini akan menyasar 3.500 murid sekolah. Sayangnya, tidak dijelaskan untuk berapa lama percontohan ini berlangsung. 

Sementara itu mungkin saja Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sangat bernafsu mewujudkan makan siang gratis. Makan siang gratis diluncurkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Linus Lusi. Peluncuran program makan siang gratis dengan mengambil lokasi pada SMA Negeri 1 Amarasi Barat Kabupaten Kupang (baca di sini). 

Dalam suatu percakapan melalui aplikasi WhatsApp seorang guru pada SMA Negeri  1 Amarasi Barat Kabupaten Kupang, justru merasa risih dengan istilah makan siang gratis yang dikebut Dinas P & K Provinsi NTT. Mengapa? Makanan yang tersedia, justru orang tua murid yang menyediakan. Pejabatnya datang dari kota untuk berpidato menyanjung-nyanjung program makan gratis; yang sebetulnya makan bersama karena mereka membawanya dari rumah masing-masing. Tidak ada gratisnya. 

Tidak ada seorang pun pejabat level tengah ke bawah dari Dinas P & K Provinsi yang berkunjung sebelumnya untuk memberikan santunan agar ada persiapan makan bersama yang katanya gratis itu.  Apakah program ini berlanjut sesudah diluncurkan? Siapa yang menjamin ?

Gratis...

Kata ini sudah naik kelas sejak masa kampanye pasangan calon presiden/calon wakil presiden. Bila kata ini disematkan para program apapun, maka akan mendapatkan perhatian dari pendengarnya atau penontonnya. Program yang ujungnya gratis pun akan diseriusi sehingga orang akan "berdesak-desakan" untuk menjadi bagian yang terdaftar. 

Gratis...

Tentulah bukan cuma-cuma dari produsennya. Produsen manakah yang akan memberi secara gratis alias cuma-cuma? Kiranya ada produsen yang dapat memberikan secara gratis ~ cuma-cuma relatif tidak secara reguler, namun insidentil. Bila itu terjadi, dipastikan menjadi suatu keterkejutan pada komunitas penerimanya. Kira-kira para penerima akan berkata, "Tumben, sering-sering kali, ya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun