Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Abdi Menggapai Kuasa

1 Februari 2024   13:03 Diperbarui: 1 Februari 2024   13:03 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mayapada berkelindang dalam lintasan waktu bersama insan di atasnya. Insan mengguratkan beragam rasa padanya dengan ragam warna. Di sana ada guratan yang beraturan maupun tak beraturan. Sebutannya pun digolongkan menurut tebal-tipisnya, panjang-pendeknya, warna-warninya, naik-turunnya dan lain-lainnya. Semua guratan dengan sebutannya memiliki kisahnya lengkap dengan tokoh, waktu, peristiwa, lokus, klimaks, antiklimaks, dampak dan akhirnya yang menyisakan ragam rasa pula padanya.

Pada bentang cakrawala yang menudungi mayapada, ia menjadi saksi bisu atas segala apa yang digurat oleh insan pelukis pada permukaan mayapada. Peran dimainkan. Mayapada membisu belaka.

Satu sudut di antara belahan mayapada insan menamainya Konoha. Akh... di manakah Konoha? Apa yang sedang terjadi di dalam Konoha?

Konon suatu lokus di bawah betang cakrawala yang disebut Konoha telah lama memberi warna pada permukaan Mayapada. Konoha telah menggerakkan, menggetarkan dan menggoyang permukaan Mayapada dengan sepak terjangnya melalui para pemimpinnya. 

Pemimpin-pemimpin Konoha disebutkan sebagai Lurah. Lurah pertama menggoyang permukaan Mayapada dengan pernyataan, sikap dan tindakan yang diakui se-antero Mayapada. Sang Lurah tutup usia dalam ketidakadilan. Lurah kedua, berkuasa dengan kekuatan tersembunyi. Kekuasaannya lebih dari tiga laksa. Kabarnya Sang Lurah menggunakan pendekatan stabilitas sehingga ia bagai memegang remote controle, bahkan Lurah tetangga pun tak berkutik dibuatnya. Sayang sekali, Sang Lurah akhirnya turun takhta setelah diusir rombongan kampung intelektual.

Lurah ketiga, sungguh luar biasa pengakuan baik dari dalam Konoha sendiri hingga Mayapada pada umumnya. Ia berhasil menata Konoha dengan mengamputase sebilah wilayah menjadi serpihan yang berdaulat. Kekuasaan yang didapatkannya diamputase pula sehingga ia tak dapat kembali ke takhta, namun ia dikenang dalam wacana dan sikap publik Konoha.

Lurah berikutnya suka bergurau. Ia digolongkan kaum difabel dengan kapasitas diri yang luar biasa. Maju baginya perlu dituntun, mundur apalagi. Ia dipaksa mundur hingga meninggalkan istana Konoha dengan berbusana apa adanya sebagai wujud kesederhanaan hidup. Kata-katanya diingat, dikenang hingga kenangan padanya selalu diulang setiap tahunnya pada hajatan kaumnya yang disebut Haul.

Baca juga: Debat

Lurah yang satu ini selalu menggelegar suaranya. Kepalan tangannya bila diangkat bagai hendak meninju bentang cakrawala. Motivasi diinjeksikan pada kaum marginal. Injeksi itu bagai roh yang menggerakkan kaum marginal untuk menggoncang permukaan mayapada. Roh pergerakan dibangunnya hingga merontokkan Lurah kedua. Ia tanpa rasa kecewa membiarkan opini dimainkan atas nama dogma religius yang menghadangnya menjadi Abdi Tertinggi. Nasib terus mengantarnya menapaki tangga kekuasaan hingga diraihnya. Silang opini berbarengan dengan implementasi ide untuk mewujudkan visi yang tertuang dalam alinea-alinea konstitusi. Ia digeser oleh pembantunya yang menikung atas nama pintu demokrasi yang telah terbuka.

Lurah dengan pendekatan citra diri yang gemar curhat. Ia berhasil menaikkan citra partainya hingga berkuasa sambil membagikan kekuasaan pada partai lawan di area sampingnya. Sang Lurah menjalankan roda pemerintahan di atas rel kem ajuan dan pengembangan walau blunder pada sisi korupsi. Sahabat-sahabatnya mengkampanyekan antikorupsi, justru merekalah yang dikerangkeng. Ia berhenti setelah menuntaskan keseluruhan rentang waktu yang disediakan baginya secara konstitusional.

Lurah dengan sebutan dia adalah kita mendeskripsikan representasi rakyat dan kaum marginal. Blusukan, kata dan tindakan baru terlihat. Bagai tanpa sekat protokoler, ia dapat menyalami siapa saja, dan di mana saja. Periode kekuasaan yang diperolehnya dimanfaatkan secara baik yang memberipengaruh pada publik Konoha. Ia telah diterima bagai obat mujarab meresapi darah di dalam tubuh, sehingga ia diterima di mana saja kota dan wilayah yang ia kunjungi. Sampai pada titik lini masa yang menghebohkan, ketika sinyalemen adanya konspirasi tingkat tinggi yang hanya dapat diasumsikan dalam ruang publik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun