Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mungkin "Penjajahan" atas Nama Peningkatan Kinerja Guru

16 Januari 2024   09:50 Diperbarui: 16 Januari 2024   10:04 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada peringatan Hari Guru Nasional, November 2023 lalu, Presiden NKRI, Ir. Joko Widodo mengacu pada satu lembaga survey yang menyebutkan bahwa guru di Indonesia tingkat stresnya tinggi, disebabkan oleh:

  • Kelakuan Murid
  • Perubahan Kurikulum
  • Kemajuan Teknologi 

"Hati-hati Pak Mendikbud!" demikian pernyataan Presiden Ir. Joko Widodo; (6

Presiden Ir. Joko Widodo mewanti-wanti Mas Menteri, namun kalimat selanjutnya justru tidak solutif.  Berikut transkrip pernyataan Presiden

Jadi guru itu bukan pekerjaan yang ringan. Menurut sebuah lembaga riset internasional yang saya baca, ... Saya kaget juga setelah membaca, bahwa tingkat stres guru itu lebih tinggi dari pekerjaan yang lain, tapi kalau saya lihat seluruh anggota PGRI ini ndak, saya lihat ceria semuanya...artinya lembaga riset ini mungkin bukan di Indonesia... . Kembali lagi, ini lembaga riset internasional, bahwa tingkat stres guru lebih tinggi dibandingkan pekerjaan yang lain. Kenapa? Di situ disebutkan, antara lain karena perilaku siswa, juga karena perubahan kurikulum (disambut riuh)... "hati-hati pak Mendikbud!" 

Tapi ya, kurikulum memang harus berubah karena setiap saat perubahan itu selalu ada.... apalagi sekarang ini... distrupsi teknologi sangat cepatnya, setiap hari berubah, berubah, berubah terus. Dan juga karena  perkembangan teknologi. Jadi ada tiga yang pertama karena perilaku siswa, yang kedua perubahan kurikulum, perkembangan teknologi. Semua guru harus mengikuti perubahan teknologi yang ada. Kalau mungkin yang di kota-kota lebih enak, tapi untuk guru yang bekerja di daerah 3T, yang infrastrukturnya terbatas, yang fasilitasnya terbatas, yang gurunya juga terbatas ini saya pastikan lebih berat.

Jadi Presiden NKRI, Ir. Joko Widodo menyadari dan mengevaluasi bahwa para guru yang berada di perkotaan lebih enak dibandingkan guru di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) serba terbatas dan dipastikan lebih berat.

Jika demikian, bukankah peringatan, wanti-wanti kepada Mas Menteri mestinya mendapatkan perhatian? Tidak mungkinkah penerapan Perdirjen GTK tidak menjadi model pembebanan baru pada guru yang kiranya agak nyinyir bila disebutkan sebagai "penjajahan" atas nama peningkatan kinerja guru?

Semoga ada kebijakan yang lebih bijaksana dengan mempertimbangkan segala kondisi dengan tidak mengacu pada konteks lokal tertentu di seputaran institusi Kemdikbudristek.

Nekmese-Amarasi Selatan, 16 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun