Sejak pagi hari ini, sebelas Januari tiba. Seorang anak mengirim sehelai foto, seorang anak berikutnya menghiasnya. Tampilan foto terlihat menarik, menginspirasi anggota WhatsApp Group. Berikutan dalam jejeran aksara, masing-masing anggota WAG menyapa ramah, rasanya semua anggota WAG rindu mencium dan memeluk.
Selamat Ulang Tahun, semoga panjang umur dan sehat selalu
Begitulah kalimat yang ditulis oleh seorang anak pada foto yang dipoles menarik. Sebelumnya anak yang mengirim foto menulis dalam Bahasa Bali yang tentu saja tak dapat dimengerti oleh seluruh anggota WAG.
Rahajeng wanti warsa ajik
Siapa yang sudah mengetahui artinya? Ketika untuk pertama kalinya kalimat itu ditulis, semua anggota WAG menduga saja, tentu maksudnya untuk menyampaikan selamat ulang tahun. Lalu, kalimat itu selalu dipakai setiap kali ada anggota WAG berulang tahun. Mengapa anak yang satu ini memakai Bahasa Bali? Apakah dia lancar berbahasa itu? Tidak! Kebetulan saja dia sedang berada di Denpasar, sehingga dia belajar tertatih-tatih menggunakan bahasa itu. Hehe...
Anggota WAG dalam keluarga besar Umi Nii Baki-Koro'oto menyampaikan selamat hari ulang tahun. Hal yang sama terjadi pada WAG Unit Bahasa dan Budaya GMIT Kupang. Rekan-rekan kerja baik yang relawan maupun karyawan memberi ucapan selamat yang sama sambil mendoakan kesehatan dan keberkatan. Mereka tersebar di daratan Timor Barat, Alor, Rote, Sabu, bahkan yang dari luar negeri: USA Â dan Australia. Satu hal yang membesarkan hati.Â
Sebagai yang menerima ucapan selamat, Pemulung Aksara bersyukur pada Tuhan dan berterima kasih pada semua kerabat dan sahabat yang menyalami dan mencium dari jauh.
Ucapan selamat tidak berhenti pada WAG, tetapi datang pula dari lorong-lorong WhatsApp individu. Respon pada mereka dari Pemulung Aksara, sama. Bersyukur pada Tuhan atas doa dan terima kasih untuk atensi pada hari ini.
Tetiba satu titik karsa tiba di benak, lalu lahirlah untaian diksi ini berikut ini. Pemulung Aksara menempatkan untaian diksi ini pada WAG puak  Umi Nii Baki-Koro'oto. Begini bunyinya:
Lima puluh enam tahun sudah kujalani dan kususuri waktu
Entah berapa banyak sukanya dan berapa jumlah dukanya
Entah menghitung langkah maju dalam karya, entah menelisik goresan karsa
Menduga ada kehilangan asa, ya, ketika ibunda terkasih yang menyusui pergi
Menyangka sirnanya sandaran, ya, ketika ayahanda terhormat yang mengayomi pergi
Dalam kebesaran jiwa
puakku berada dalam barisan melingkari harapan bersama
puakku bergandengan menyusuri detak waktu yang maju
dengan karsa berpengharapan pada waktu di depan sana
generasi baru meraih kecemerlangan impian
sambil memelihara kehidupan berbudya khas
Uisneno
mneek ma mumnau kai, tua
muhiin ma mukeo maan hai neekm ein, tua
muskau ma mu'aifat kai, mkai ma mu'fafa', kai, tua
mutii' ma mu'ait kai mtea neon reko ma amasat, tua
maut he sufa'-ka'uf re' Ho mupara' kai sin nateut ma ntuna' Ho kanam, tua
Bait ketiga Pemulung Aksara menulis dalam Bahasa Amarasi. Isinya berupa doa dan harapan yang ditempatkan ke dalam tangan Tuhan. Intisarinya, mengharapan perlindungan Tuhan pada keluarga dan masa depan untuk generasi baru dalam keluarga yang akan terus hidup bersama dalam khazanah budayanya dan terus memuliakan Tuhan.
Seharian tak berhenti dalam ucapan selamat ulang tahun. Ketika tiba di sekolah (SD Inpres Nekmese) rekan-rekan guru telah menunggu dengan ucapan doa syukur, selamat ulang tahun serta masing-masing mendapat segelas teh. Kami syukuri hari ini dengan minum teh.
Pukul 12.00 WITa, Pemulung Aksara (PA) menghadiri ibadah awal tahun pada satu unit SMP Swasta di kampung. SMP Swasta ini dibangun secara bersama pada tahun 1998, di mana salah satu pendirinya yakni PA sendiri. Syukurlah sekolah ini masih eksis sampai sekarang walau di kampung yang sama pemerintah Kabupaten Kupang membangun satu unit sekolah negeri (SMP Negeri). Di sekolah ini, para guru dan siswa telah menyiapkan satu acara kejutan, yakni ungkapan rasa syukur dan ucapan selamat ulang tahun.
Wah rupanya hari ini sejumah orang mengetahui adanya hari ulang tahun PA.Pada WAG PGRI di mana anggota-anggotanya yakni para guru se-desa Nekmese, ucapan selamat ulang tahun tak henti-hentinya.Â
Beberapa nomor baru muncul dengan ucapan selamat. Salah satu di antaranya datang dari seorang penyiar radio (RRI Kupang). Sudah lama tidak saling menyapa, sehingga ketika ucapan selamat disampaikan tanpa nama, PA bingung. Masih ada keuntungannya dengan adanya foto profil walau kelihatannya sengaja dibuatkan foto dari samping sehinga terlihat seperti seperdelapan bagian wajah samping yang terlihat. Tebakan PA tepat, dia seorang sahabat, Penyiar Radio.Â
 Rasanya hari ini akun FB dari anak-anak PA dipenuhi ucapan selamat untuk ayah mereka. Itulah sebabnya beberapa rekan guru melalui jaringan individu menyampaikan bahwa mereka mengetahui akan hal ini melalui akun FB.Â
Begitulah dunia zaman digitalisasi ini di mana setiap orang memiliki akun dengan konten sesuai seleranya, termasuk menyampaikan ucapan selamat ulang tahun.
Tulisan ini menjadi catatan tak seberapa bagusnya untuk sekadar mengingatkan bahwa ketika berada pada umur yang ke-56 anak-anak dan publik dalam jumlah terbatas mengetahui akan hal ini. Agaknya seperti seleb kampung yang sedang diviralkan.Â
Terima kasih.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 11 Januari 2024
Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara (PA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H