Senja baru saja melintas pergi bersama bayang-bayang kecemasan dan keresahan. Udara pada senja yang pekat tak rela memberi ruang gerak pada tubuh yang kegerahan.Â
Anak-anak bermain bola di halaman rumah. Bola bergulir hingga memotong jalan aspal butas yang baru saja direkatkan.Â
Sementara itu kaki bergegas dari kaum lelaki yang pulang dari ladang. Kendaraan roda dua tanpa lampu dan ragam onderdil yang tak dimiliki pun tak mau kalah menikmati aspal butas baru di desa.
Senja berbisik ke daun telinga Sang  Waktu tentang kegerahan insan manusia. Mereka gerah hingga setiap kujur badan dipastikan sedang terbuka pori-porinya.Â
Dari lubang-lubang halus itu muncrat titik-titik air membasahi kulit tubuh. Lalu segera dihembus angin senja. Kering.Â
Setumpuk daki berserakan saat tangan-tangan kecil para bocah  kampung menggosok-gosok badan. Ada senyum ceria di sana  karena kegembiraan bermain bola ala anak kampung.Â
Orang tua mereka memanggil-manggil. Mereka bagai tak bertelinga. Bola terus dimainkan dari kaki ke kaki walau tak seindah pesepakbola profesional.Â
Seseorang di antara mereka menyebut gaya bermain dari pesepakbola internasional. Messi, Christiano Ronaldo. Wah, mulut mereka begitu lancar menyebut kedua pesepakbola beken ini. Tiba-tiba...
"Gol... goool... !"Â
Seorang anak memasukkan bola ke gawang lawan. Ia bersama teman-temannya melakukan selebrasi ala Christiano Ronaldo.Â
"Keren!" seru seorang anak yang berdiri di bibir aspal butas menjadi penonton. Ia tersenyum sebentar, lalu berjalan lagi berhubung ia memanggul bawaan dari ladang.
Senja makin meninggalkan kegerahan. Angin berhenti bertiup sebentar. Langit belum menunjukkan gejala akan memberi curahan air yang ditampungnya di sana. Ia menahan mulut bendungannya. Mungkin langit sedang pelit sampai menjelang akhir tahun ini. Akh...
Pada emper kios kecil, duduk berjejer para pelanggan. Mereka sedang mengantri untuk mendapatkan pelayanan dari pemilik kios sembako. Tersedia di sana kebutuhan pokok seperlunya.Â
Beras, gula, kopi, teh, mi, minyak goreng, minyak tanah dan kebutuhan lain yang tidak seberapa banyaknya. Pemilik kios telaten melayani satu per satu pelanggannya.
"Auk .... auk... auk..." suara anjing menyalak.
"brrmmmm.... brrrmmmm.... !" bunyi motor yang berlari kencang karena dikejar-kejar anjing betina bunting.
Para pelanggan kios yang mengantri mengalihkan pandangan ke jalan butas. Pemotor telah berada di balik menuruni jalan beraspal butas.Â
Anjing betina bunting kembali bersua rekan-rekannya. Mereka kembali dalam gurauan khas anjing-anjing kampung yang tidak satu pun memiliki tali pengikat sebagaimana anjing di perkotaan.
Lampu-lampu listrik di rumah-rumah mulai dinyalakan. Seorang anak di rumah tetangga berteriak minta tolong agar lampu dinyalakan di kamar mandi. Ia akan mandi.
Sejumlah truk dalam ukuran tonase beragam diparkir di beberapa tempat dalam kampung. Jumlahnya tidak diketahui oleh masyarakat bila ditanyakan berapa banyak truk.Â
Mereka akan menjawab, "Banyak sekali! Ada yang besar dengan menggunakan roda di atas 10 hingga 12 roda. Sementara truk yang ukuran normal menggunakan roda sebanyak 6 saja."
Alat-alat berat terus bekerja hingga senja tiba. Deru mesin di semua jenis kendaraan dan alat berat terhenti. Para pekerja kembali ke tenda dan penginapan masing-masing.Â
Hari senja dengan udara yang menggerahkan telah berakhir. Kini malam merayap tiba. Angin amat sangat mendayu bagai membelai mesra kulit.Â
Sejuk?Â
Tidak!
Umi Nii Baki-Koro'oto, 24 November 2023