Sehari sesudahnya, pelayaran dibuka kembali setelah BMKG mengumumkan cuaca kembali membaik, dan institusi yang menangani pelayaran dan penyeberangan pun mengizinkan. PA pun berketetapan hati untuk pulang ke Kupang. Dalam perjalanan laut ini, betapa mulut-mulut memuji Tuhan dan terus menengadahkan tangan kepada Tuhan. Ombak/gelombang di Selat Puku'afu  harus dilawan oleh kapal feri tersebut. Kapal di mana PA berada di dalamnya. Selat Puku'afu sangat terkenal sering menenggelamkan kapal-kapal. Pengalaman yang sangat mendebarkan.
Hari ini, Rabu (15/11/23) PA kembali berada di atas kapal feri cepat untuk penyeberangan dari Pelabuhan Tanjung Lontar ke Kalabahi. Rupanya cuaca sangat bersahabat. Laut sangat tenang. hingga tiba di Kalabahi pada pukul 17.30 WITa.Â
Kedua, ketika berada di atas kapal feri Bahari Expres hari ini, komunikasi dengan dunia luar tak berhenti. Para alumni  mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar menata satu WhatsApp Group. (WAG) Di dalam WAG ini PA digabungkan sehingga komunikasi dalam wujud gurauan, membagi inspirasi dan kisah kenangan pun menjadi warna tersendiri pada para anggota WAG yang rerata sudah berumur di atas 50 tahun. Â
Inspirasi dan ide yang dibangun yang cukup menarik ketika penggalan-penggalan puisi dikirimkan. PA memancing inspirasi menulis dengan mengirim sehelai foto seperti ini.
Foto seperti itu menjadi mata kail aksara yang diarahkan kepada para sahabat yang tergabung dalam WAG Alumni PGSD Kupang tahun 1993. Beberapa saat kemudian, dikirimkanlah bait-bait pendek seperti kutipan berikut ini.
Tulisan Sahabat bernama Imanuel Wong Yap
(1) Beta itu senang laut karena ada kenikmatan tentang laut tidak bisa diukur
Rasa penat hilang demikian pula beban-beban seperti pergi entah kemana.
(2) Hati seperti tertiup angin yang menyejukkan menghantarku berada dalam ketenangan
Beban seperti terusir terbawa gerak lintasnya mentari
(3)Rengkuhan pada padamu seperti melihat wanita nan mempesona
Peluh perih lelah tak kupandang
Hanya impian dan cintaku
Dapat kukirim engkau ke laut lepas masa depan
(4)Ketika pecah air di pasir deburan itu menyadarkanku
Bagaimana indah riak riak air
Naik menyentuh kerikil-kerikil
Tapi kutahu
Itu cuma kerikil pasti kumampu melewatinya
Lengan baju kuangkat
Bahu kutegapkan langkah kuatur agar deras ini teratur berjalan sesuai impian
Tulisan Sahabat bernama Jacoba
Ombak bergulung
Kudekati Pantai
Diwaktu senja mulai merekah
Menikmati sajian alam ciptaanNya
Kudengar deburan ombak
Memecah di bibir pantai
Melebur.....
Menurut PA tulisan-tulisan seperti ini perlu didokumentasikan. Bila dibuang, bagaimana mengetahui bahwa pernah ada tulisan yang terasa belum indah dari aspek diksi bila mesti puitis. Selanjutnya bila terus berlatih, sambil membaca sebagai kebutuhan menutrisi mental, maka hal-hal yang demikian itu merupakan langkah bijak sebagai seorang (guru) pembelajar.
PA terus meminta agar para sahabat yang lain pun ikut menggoreskan aksara bermakna mereka., namun yang terlihat justru mereka merasa belum dapat menemukan inspirasi untuk menulis sesuatu sesuai gambar/foto yang PA kirim. PA sendiri menulis sebagai berikut:
Di kejauhan terlihat bebukitan,Â
rasa hati hendak mendaki.Â
Nun bervisi kaum guru,Â
tantangan alam patutlah direngkuh
Sampai di sini PA masih sempat melakukan skrol untuk membaca apa yang percakapan maya (chatting) para sahabat. PA sendiri sempat mengirim link blog berisi puisi dan artikel inspiratif. Berharap para sahabat berkesempatan membaca.Â
Laju kapal penyeberangan yang tenang bahkan ketika makin mendekat dan kelihatan Pulau Alor. Jaringan internet hilang dan baru muncul ketika sudah semakin dekat dengan pelabuhan di Kalabahi. Para penumpang walau berdesakan, namun tetap mengantri di pintu keluar.Â
Puji Tuhan telah tiba di pulau Alor.