Akh... daftar ini akan makin panjang...
***
Begitu banyaknya kawula muda yang jiwa nasionalisme, patriotisme dan heroisme tak perlu disangsikan. Mereka akan rela berkorban demi bangsa dan negara ini. Mereka menginspirasi kawula muda dari generasi ke generasi. Usia mereka bertambah, ide dan inspirasi tak bertambah usianya. Ide dan inspirasi menjadi pendorong kawula muda.
Jika pada masa Orde Lama, Orde Baru hingga Reformasi ini bergulir, tidakkah berjibun para pemuda sebagai pribadi dan komunitas yang bergerak dalam bidangnya untuk kepentingan bangsa dan negara? Mengapa akhir-akhir ini tren pemuda bergeser menjadi anak muda?
Hari-hari ini, para pemuda pun menggeser diksi pemuda menjadi anak muda. Mereka menyebut diri anak muda, apalagi kaum tua, pini sepuh mendahului dengan sebutan demikian, seakan-akan anak muda itu tiada gaya dan dayanya.Â
Zaman ini, ketika dunia terhubung dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik, produk teknologi informasi dan komunikasi baik hard maupun soft berkembang amat sangat cepat. Siapakah yang dengan segera menyambut hal-hal yang demikian? Bukankah pemuda atau anak muda?Â
Lihatlah para pemuda yang menginsprasi Indonesia. Bila melakukan gugling, kita akan menemukan beragam profesi yang dipegang oleh para pemuda yang mungkin disebut sebagai anak-anak muda. Padahal, secara psikologis mereka telah mencapai kedewasaan untuk mengambil keputusan dan sikap yang dapat dipertanggungjawabkan. Jadi mereka bukanlah anak-anak lagi, mereka telah menjadi pemuda/pemudi.
Diksi pemuda (Jong) pada awal abad XX dimanfaatkan oleh para pemuda dengan menghadirkan Kongres Pemuda I dan II. Pada Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 lahirlah Ikrar atau Sumpah yang dicatat sejarah bangsa ini, Sumpah Pemuda (Soempah Pemoeda). Bukankah pemuda telah turut andil dalam ziarah sejarah bangsa ini? Mengapa akhir-akhir ini diksi anak muda mendomisnasi mulut para pini sepuh yang seakan menempatkan pemuda sebagai belum mumpuni?
Benar, bahwa sebagai anak muda dipastikan masih diperlukan waktu untuk mematangkan diri untuk mencapai kapasitas dan kapabilitas diri secara baik. Dalam pada itu, proses untuk mencapai kematangan itu melalui tahapan, walau ada yang mungkin saja melampaui tahapan tertentu. Pada orang-orang yang demikian mungkin memiliki keistimewaan, sehingga mereka segera tiba di puncak-puncak menara kebanggaan. Maka, mereka kemudian dieluk-elukkan, disanjung dan diidolakan.
Mereka yang menyebut diri pemuda atau disebut sebagai anak muda yang sudah berada di ranah diidolakan, memanfaatkan moementum itu untuk melirik dunia politik praktis. Dunia yang satu ini akan mengantarkan mereka untuk tiba di sungai yang jernih pada suatu masa, banjir di masa yang lain, dan atau keruh dan kering pada titik masa yang lain. Di sana tantangan akan disambut dengan upaya dan kerja keras untuk menemukan peluang dan solusi.Â
Pada titik dimana mereka masuk ke dunia itu, mereka sedang menempa diri. Maka, kini para pemuda atau anak muda, biarkan mereka mengeksploitasi diri untuk tiba pada titik aktualisasi diri. Para pini sepuh, berdiri di samping mereka, ingatkan dan nasihati agar mereka termotivasi. Janganlah segera memberikan punishment bila mereka keliru, tetapi berilah solusi agar mereka dapat melihat lorong kebaikan bersama di ujungnya.