Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Dirgahayu Proklamasi ke-78 di Amarasi Raya

28 Juli 2023   13:50 Diperbarui: 28 Juli 2023   14:03 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Merdeka hanyalah sebuah jembatan, Walaupun jembatan emas, di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis!” (Ir. Soekarno)

Pengantar

Ke-Usif-an Amarasi sebagai negara berdaulat pada zamannya, telah bersahabat dengan banyak negara berdaulat di sekitarnya bahkan dengan bangsa Eropa (Portugis). Dalam pada itu, ketika kaum koloni tiba dan mempropagandakan perdagangan dan politik kekuasaan atas teritori, lahirlah penguasaan negara-negara di Nusantara. Ke-usif-an Amarasi digeser menjadi Swapraja Amarasi bersama-sama dengan ribuan swapraja di Nusantara. Dalam pulau Timor sendiri terdapat sejumlah Swapraja sampai kemerdekaan direbut oleh NKRI. Sebelum tiba pada NKRI, swapraja-swapraja telah ikut serta dalam rasa senasib sebagai bangsa di Nusantara.  Swapraja Amarasi akhirnya menjadi Kecamatan Amarasi di dalam Daerah Swatantra Tingkat II Kabupaten Kupang sampai dengan tahun 2002.

Sejak tahun 2002 Kecamatan Amarasi telah dimekarkan menjadi 4 wilayah Kecamatan: Amarasi, Amarasi Barat, Amarasi Selatan, dan Amarasi Timur. Kesemua wilayah kecamatan ini telah diperdakan oleh Pemerintah Kabupaten Kupang. Masing-masing dengan ibukotanya: Amarasi ~ Oekabiti; Amarasi Barat ~ Baun; Amarasi Selatan ~ Buraen; dan Amarasi Timur ~ Pakubaun.

Pemekaran ini teah memacu pembangunan berkelanjutan dan pengembangan sumber daya dalam segala aspeknya.

Satu tradisi yang kiranya sudah diasumsikan sebagai budaya masyarakat dan pemerintah dalam wilayah bekas Swapraja Amarasi yakni, pesta rakyat memperingati Hari Kemerdekaan NKRI setiap tahunnya.

Pada awal masa pemerintahan Kecamatan Amarasi (1960-an), Camat Amarasi, VHR. Koroh mewajibkan seluruh masyarakat berbodong-bondong ke satu lokasi tertentu yang ditunjuk untuk maksud perayaan itu. Para kepala desa bersama anggota masyarakat, para Kepala Sekolah, guru dan siswa dan banyak pemangku kepentingan hadir untuk pesta rakyat itu. 

Kemah-kemah dibangun dengan rangka kayu beratapkan dedaunan gebang, dan kewajiban untuk menunjukkan karya kerajinan masyarakat yang disebut krira'. Pertandingan dan perlombaan mewarnai pesta rakyat, berpuncak pada upacara bendera pada 17 Agustus. Hal ini berlangsung terus hingga pemekaran terjadi.

Sumber: https://www.kompas.com/
Sumber: https://www.kompas.com/

Dirgahayu Proklamasi NKRI dalam Wilayah Amarasi Raya

Tradisi pesta rakyat di bekas Swapraja Amarasi (Kecamatan Amarasi) yang kini menjadi Amarasi Raya (4 kecamatan) tetap dipertahankan sampai saat ini. Geliat dalam rangka persiapan menuju "pesta rakyat" telah dimulai. Para Camat (4 orang) bersama para Kepala Desa, Lura, para Kepala Sekolah, Guru, dan pimpinan unit-unit di dalam wilayah kecamatan hingga pimpinan unit TNI, Polri menjadi para pemangku kepentingan untuk menyukseskan perayaan tersebut.

Penyelenggaraan perayaan dalam tahun-tahun berjalan memiliki atensi tersendiri baik oleh para pemangku kepentingan sebagaimana disebutkan di atas, hingga anggota masyarakat. Anggota masyarakat berdegup jantung oleh karena mereka merindukan untuk menjadi partisipan, kontributor hingga pelaku yang diutus oleh Kepala Desa dan atau Lurah. Anggota masyarakat yang mewakili desa/kelurahan akan membawa produk kerajinan yang akan dipamerkan (krira').

Menuju perayaan itu para camat dan panitia akan melakukan beberapa hal teknis sebagai perwujudan dari kebijaksanaan yang tidak tertulis ini.

  • Membentuk Panitia Perayaan Hari Ulang Tahun Proklamasi Tingkat Kecamatan. Panitia diformalkan dengan Surat Keputusan. Dalam surat keputusan ini disertakan tanggung jawab dari Panitia untuk penyelenggaraan perayaan dimaksud.
  • Panitia mengundang rapat-rapat. Rapat-rapat akan dihadiri oleh unsur-unsur: Kepala Desa, Lurah, Kepala Sekolah dari semua jenjang sekolah (PAUD/TK, SD, SMP, SMA, SMK ~ negeri dan swasta). Pimpinan unit instansi tingkat kecamatan seperti : Puskesmas, UPT-UPT dan pimpinan TNI, Polri Wilayah Kecamatan. 
  • Panitia merancang kegiatan-kegiatan dalam rangka perayaan. Umumnya kegiatan dikategorikan dalam: Olahraga, Kesenian, dan Hiburan. Program tetap yakni krira' tidak akan pernah diabaikan.
  • Kepala Desa, Lurah memaksimalkan program pembersihan lingkungan desa, kelurahan; himbauan untuk pemasangan umbul-umbul, pemasangan bendera merah-putih. Satu yang menarik yakni penghimpunan dana perayaan sebagai sumbangsih anggota masyarakat yang dihitung berdasarkan satuan Kepala Keluarga dan unit-unit usaha (ekonomi) kecil (kios).
  • Panitia berkoordinasi dengan Kepala Desa atau Lurah yang ditunjuk menjadi tuan/puan rumah penyelenggaraan perayaan. Tuan/Puan rumah menyiapkan: lapangan multifungsi (upacara, olahraga); panggung kesenian; dan hal lain yang memungkinkan kelancaran perayaan.
  • Para Kepala Desa dan atau Lurah memobilisasi anggota masyarakat membangun Kemah (sesuai konteks).
  • Salah satu seksi yang menarik yakni Seksi Upacara Bendera. Seksi ini akan menyeleksi siswa/siswi SMA/K untuk menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera (paskibra). Latihan untuk formasi dipercayakan kepada anggota TNI atau Polri secara bergantian setiap tahun.
  • Anggaran. Anggaran layaknya "darah" dalam panitia ini. Sudah dalam pengetahuan publik, masyarakat sudah mengetahui bahwa akan ada "pungutan". Pungutan ini akan dihimpun ke Sekretariat Panitia Kecamatan untuk pembiayaan-pembiayaan. Sangat sering anggaran menjadi "batu antukan" dalam penyelenggaraan perayaan, namun selalu ada solusi yang ditemukan dan ditawarkan Panitia.

Kolase, suasana rapat-rapat persiapan HUT Proklamasi RI ke-78 tingkat Kecamatan Amarasi Selatan dan Amarasi; Foto: dokpri Roni Bani
Kolase, suasana rapat-rapat persiapan HUT Proklamasi RI ke-78 tingkat Kecamatan Amarasi Selatan dan Amarasi; Foto: dokpri Roni Bani

Hal menarik lainnya yang mungkin berkemiripan dengan perayaan di wilayah lain di seluruh NKRI, sudah lazim, lokasi penyelenggaraan selalu ada di tengah-tengah pemukiman desa/kelurahan. Tiap desa/kelurahan dalam wilayah Amarasi Raya dipastikan ada lapangan olahraga dalam konteks yang amat sederhana. Lapangan inilah yang akan dimultifungsikan. Kebersihan, keindahan, keamanan, ketertiban dan kenyamanan masyarakat di dalam desa/kelurahan menjadi titik krusial yang harus dikalkulasikan sedemikian rupa untuk tetap kondusif.

Apa dan bagaimana perayaan itu sendiri? Akan PA ceritakan pada saat penyelenggaraan. Semoga para sahabat merindukannya.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 28 Juli 2023

PA ~ Pemulung Aksara; Heronimus Bani 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun