Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Museum Tujuan Belajar Pesisir Kota Kupang Hiburannya

19 Juni 2023   21:40 Diperbarui: 19 Juni 2023   22:03 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan berada di pintu masuk Museum Negeri Kupang. Foto: Trini Ora

Pengantar

Siswa Peserta Ujian Sekolah Dasar Inpres Nekmese Amarasi Selatan sebanyak 16 orang. Mereka telah dinyatakan lulus oleh pihak sekolah dengan diketahui oleh orang tua mereka. Mereka pun mengetahui bahwa ada 2 tugas terakhir yang wajib diwujudkan yakni: menjadi tulang punggung penyelenggaraan Pentas Seni Akhir Tahun Pelajaran 2022/2023, dan Berkunjung ke Museum Negeri Kupang. Nah, ternyata masih ada satu hal lagi yang perlu mereka wujudkan yakni mengadakan ibadah syukur atas penyelenggaraan US, Pengumuman Hasil US, Sukses Penyelenggaraan Pentas Seni, dan Perpisahan dengan siswa dan Guru SD Inpres Nekmese.

Rasanya tugas mereka di akhir tahun pelajaran ini terasa berat, namun terlihat mereka begitu antusias. Pentas Seni telah sukses dilaksanakan, dengan dihadiri oleh tim dari  sekolah tetangga: SD GMIT Koro'oto, SMP Swasta Kristen 1 Amarasi Selatan dan SMP Negeri 3 Amarasi Selatan. Suatu pencapaian yang menarik dan membanggakan.

Kini sesuai program dan janji Kepala Sekolah, mereka akan berkunjung ke Museum Negeri Kupang.

Satu unit pikap telah diparkir di halaman sekolah sekitar pukul 08.30 WITa. Para lulusan SD Inpres Nekmese sebanyak 15 orang (minus 1 orang berhalangan) telah bersiap berangkat. Empat orang guru (perempuan) mendampingi mereka, sedangkan 3 orang guru (laki-laki) tinggal di sekolah untuk tugas-tugas administrasi di akhir semester genap ini.

Perjalanan dimulai dari desa Nekmese, menuju kota Kupang. Menurut rute yang ditunjukkan oleh gugel, jarak yang ditempuh sepanjang 51,7 km dan dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam.

Dalam Museum Negeri Kupang

Kepala SD Inpres Nekmese tidak turut serta dalam rombongan. Ia tinggal untuk tugas-tugas administrasi di sekolah dan memenuhi undangan sekolah tetangga dalam suatu acara. Ia berpesan agar setibanya rombongan di Museum Negeri Kupang, seseorang dapat membuat foto di halaman (pintu masuk) dan mengirimkannya.

Aura kegembiraan terlihat pada wajah anggota rombongan. Pertama kalinya mereka berkunjung ke Museum Negeri Kupang. Mereka berasal dari sekolah pedesaan. Mereka belum pernah mengalami berkunjung ke museum sehingga semangat untuk turut serta tak dapat dibendung kecuali benar-benar berhalangan. Sedari pagi mereka sudah tiba di sekolah dengan perlengkapan seperlunya agar tidak merepotkan di atas kendaraan pikap yang ditumpangi.

Setelah diterima oleh petugas dan foto bersama, mereka pun masuk ke dalam ruang-ruang pameran. Sangat banyak dan variatif produk kebudayaan dari zaman ke zaman dipamerkan di dalam museum ini. Rasanya mereka tidak puas menyaksikan benda-benda yang dipamerkan. Uraian untuk tiap jenis benda disampaikan oleh petugas museum yang menjemput mereka.

Kolase: dokpri Roni Bani
Kolase: dokpri Roni Bani

Satu hal yang selalu diingatkan oleh petugas sebelum masuk ke dalam museum yakni, semua harus tertib mengikuti petunjuk, tidak berisik. Petugas akan menginformasikan segala sesuatu yang dipamerkan dengan uraian yang kiranya mudah dipahami bahkan oleh anak-anak.  Pengunjung boleh bertanya bila sesuatu yang dilihat membutuhkan penjelasan.

Ketika seorang rekan guru mengirim beberapa helai foto kepada kepala sekolah, selanjutnya terinspirasi untuk membuat satu klip video dalam durasi kurang dari 30 detik. Klip video itu terlihat seperti ini.


Di dalam museum dipamerkan foto, gambar dengan uraian, produk zaman kuno hingga produk kebudayaan modern. Beberapa di antara informasi yang diperoleh dari kiriman foto-foto oleh guru yang membuat dan mengirim dapat diurai seperti ini.

  • Penggiling jagung

Alat ini berupa sepasang batu dengan pendekatan berbeda. Pasangan pertama terdiri dari 1 batu kecil dan satu batu lebih besar. Batu kecil berfungsi sebagai penghalus yang dikendalikan oleh tangan manusia. Batu yang lebih besar (plat/flat) sebagai alas dimana bijian jagung ditempatkan untuk ditempa (Melayu Kupang: titi) hingga halus.

Pada gambar kedua, sepasang batu dengan ukuran yang sama, diberi tangkai dan lubang tempat mengisi butiran jagung. Butir-butir jagung yang dimasukkan melalui lubang itu akan digilas pada batu yang diputar. Pada pertemuan batu itu bijian jagung akan mengalami penghalusan dan keluar sebagai produk gilingan. Kedua model batu ini akan disebutkan dalam bahasa daerah yang berbeda di Nusa Tenggara Timur. Contohnya, dalam Bahasa Meto' disebut faut ana' dan faut ainaf (harfiah: anak batu dan induk batu) 

Kolase: Dokpri Roni Bani
Kolase: Dokpri Roni Bani
  • Anyaman

Produk berikut yang dapat disajikan dalam tulisan ini yakni produk anyaman. Pada satu sudut ruang dipamerkan produk bentuk-bentuk anyaman.  Terlihat produk anyaman berupa kotak-kota tempat menyimpan makanan kering. Produk anyaman yang demikian dipergunakan pula pada upacara-upacara tradisional. 

Anyaman: Foto Trini Ora
Anyaman: Foto Trini Ora
  • Permainan Tradisional

Alat permainan tradisional yang dipamerkan pada museum ini terlihat adanya gasing, papan congklak dan senapan bambu. Semua alat permainan ini pernah ada di Tanah Timor dan sekitarnya. Anak-anak di pedesaan masih memainkan gasing, rasanya congklak dan senapan bambu sudah tidak dimainkan.

Kolase: dokpri Roni Bani
Kolase: dokpri Roni Bani
  • Senjata tradisional

Senjata tradisional berupa parang atau pedang (Bahasa Meto': benas, suni') turut dipamerkan di dalam museum ini. Belasan bilah parang dan pedang ditempatkan pada tempat yang khusus. Pada masa lampau pedang  (Bahasa Meto': suni') dipergunakan sebagai alat bela diri, termasuk di sana untuk perang antar suku.

Foto: Trini Ora
Foto: Trini Ora
  • Porselin

Sejumlah produk porselin berada dalam satu tempat khusus. Barang-barang ini seperti mangkok, cerek (teko) dan guci kecil. Barang-barang ini hendak berkisah tentang dunia perdagangan pada masa lampau. 

Foto: Trini Ora
Foto: Trini Ora
  • Tulang Ikan Paus Biru dan Rangka Gajah

Puluhan tahun lampau (1970-an) seekor ikan paus biru terdampar di pantai Oeba Kota Kupang. Ikan paus dengan panjang 24 meter itu selanjutnya dikupas, dan tulang-tulangnya disimpan pada bangunan khusus. Bangunan khusus itu berada dalam satu kompleks dengan Museum Negeri Kupang.

Rangka Ikan Paus Biru dan Rangka Gajah: Kolase: Dokpri, Roni Bani
Rangka Ikan Paus Biru dan Rangka Gajah: Kolase: Dokpri, Roni Bani

Rasanya akan makin banyak gambar pada tulisan ini oleh karena begitu banyaknya artefak dan produk kebudayaan dari zaman ke zaman dipamerkan. 

Rombongan sudah menyelesaikan kunjungan belajar ke semua titik objek yang dipamerkan. Entah seberapa banyaknya objek pameran akan diingat oleh tiap anggota rombongan. 

Sebelum mereka pun pamit pada petugas, foto bersama dilakukan di halaman. Rombongan pun meninggalkan museum. 

Apakah mereka langsung berbalik arah untuk kembali ke desa Nekmese Amarasi Selatan? Tidak! Mereka masih memanfaatkan waktu untuk melakukan apa yang disebut relaksasi dan rekreasi. Pantai Kelapa Lima menjadi tempat tujuan mereka. Di sana mereka menikmati panorama pantai. Mengapa ke pantai?

Sudah dalam pengetahuan bahwa desa Nekmese berada di tengah hutan Sismeni yang dijadikan hutan pendidikan oleh Pemerintah. Di tengah dan di pinggir hutan ini terdapat beberapa desa. Salah satunya desa Nekmese. Lalu, masyarakatnya tentu jauh dari pantai. Pantai Teres yang terkenal sebagai objek wisata di Kabupaten Kupang, tidak amat jauh, namun tidak selalu dikunjungi oleh anak-anak bila tidak ada kepentingan.

Hari ini, nuansa pantai Kelapa Lima Kota Kupang memberi suasana berbeda pada anak-anak. Mereka menikmati pantai, lalu menghabiskan bawaan mereka yakni makanan. Sesudah itu mereka tidak lupa membuat foto bersama. Hasilnya seperti ini.

Kolase: Dokpri Roni Bani
Kolase: Dokpri Roni Bani

Anak-anak dan para guru pendamping telah memiliki pengalaman berkunjung ke Museum, relaks dan rekreasi di sekitar kota Kupang. Khusus pada anak-anak pedesaan, mereka tidak akan selamanya berkeliling kota Kupang untuk sekadar relaks dan rekreasi kecuali ada peluang ketika berada di sekolah. 

Pengalaman hari ini akan terpatri dalam kesan dan kenangan masa.

 Umi Nii Baki-Koro'oto, 19 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun