Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Book

Kata Pengantar pada Buku Antologi Permainan Anak Nusantara

18 Juni 2023   11:34 Diperbarui: 18 Juni 2023   11:39 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu Whatsapp Group (WAG) terbentuk pada Januari 2023 beranggotakan 63 orang. PA ditambahkan ke dalam WAG yang dinamakan Permainan Tradisional ini pada media Juni 2023. Sebelum ditambahkan sebagai anggota WAG ke-63 seorang sahabat telah mengabarkan tentang tugas yang akan PA. 

Menarik sekali karena anggota WAG yang berjumlah 63 orang ini tersebar di berbagai penjuru tanah air sehingga bila ada tulisan yang kiranya dibuat dalam blog dan ditempatkan ke dinding WAG akan menambah wawasan pengetahuan tentang wilayah NKRI ini. Sayang sekali, anggota WAG ini lebih fokus pada informasi perkembangan tulisan (artikel) tentang permainan anak. 

Sampai dengan tulisan ini dibuat (Minggu, 18/6/23) sudah ada 20 orang yang bersedia mengirim artikel yang isinya permainan tradisional. Kulit buku (cover book) telah disiapkan. Tugas PA sebagai penulis Kata Pengantar pun sudah siap dikirimkan. Seorang sahabat guru penulis dari Flores-NTT menjadi Kurator. Nama buku itu terlihat di sana secara jelas dan tertulis pula keterangan sinopsis dari isi/muatan buku tersebut.

Melalui wapri kami berkomunikasi untuk saling berbagi informasi tentang perkembangan artikel-artikel permainan tradisional. Sementara seorang sahabat yang mengupayakan izin terbit bersama Penerbit dan Perpustakaan Nasional, menghubungi PA untuk menulis Kata Pengantar.

Kata Pengantar yang disiapkan itu bunyinya demikian.

Saya sungguh bersyukur pada Tuhan Yang Mahakuasa oleh karena dunia ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) telah berkembang begitu pesat dan memudahkan manusia sebagai makhluk hasil kreasi sempurna milik-Nya. Sang manusia memainkan peranan teramat penting dalam dunia IPTEKS sehingga jarak geografis antar mereka terasa sudah tidak ada lagi. Segala hal yang terjadi di berbagai belahan dunias sontak langsung menjadi pengetahuan bersama dalam waktu yang sama.

Hal ini terjadi pada komunitas guru penulis yang tergabung dalam buku Antologi Permainan Nasional di Bumi Nusantara. Para guru sangat antusias menulis kembali jenis-jenis permainan yang pernah ada dan dimainkan oleh mereka pada zamannya. Mengapa? Karena perkembangan dunia IPTEKS telah menggerus dan mendegradasi hingga menghilangkan banyak permainan anak-anak yang sesungguhnya menggerakkan aspek: kognitif, afektif, dan psikomotorik mereka.

Kini permainan anak-anak beralih ke dengan hanya mengandalkan aspek kognitif dengan mengabaikan pembentukan karakter dan gerak tubuh. Anak-anak akan duduk berhadapan dengan gawai yang isinya selain pengetahuan ada di sana permainan. Banyak jenis permainan yang diunduh dan mulai dimainkan baik individu maupun kelompok. Ada pula permainan yang dimainkan secara online, sekali lagi baik dimainkan secara individu maupun secara kelompok. Mereka akan sangat menikmati sehingga abai pada kesehatan tubuh.

Para guru penulis yang tergabung dalam buku antologi ini sungguh sangat peduli akan pelestarian permainan anak-anak. Permainan anak-anak yang sifatnya tradisional dan seringkali diasumsikan sebagai kotor dan jorok karena sesudah bermain dipastikan badan akan kotor, justru memberi ruang interaksi yang aktif antarmereka sebagai pemain. Mereka bebas menyampaikan pendapat, kritik dan protes, sportivitas dan fair play mereka junjung. Anaka-anak akan menikmati permainan sesuai musimnya. Ada musim dimana anak-anak perempuan lompat karet, sementara laki-lakinya bermain gundu (kelereng). Ada musim dimana anak-anak perempuan bermain lompat kotak (sikadoda), sementara anak laki-laki bermain lempar gasing. Ada musim dimana mereka semua akan bermain gala asin (gobak sodor) yang tanpa batasan gender: perempuan atau laki-laki.

Buku ini mendokumentasikan permainan anak-anak Nusantara. Pendokumentasian ini berguna pada masa ini dan masa depan. Pada masa kini masih ada peluang untuk mengangkat kembali permainan-permainan ini dalam kemasan edukasi yang menggerakkan ketiga aspek di atas sekaligus aspek lain yang mulai digelorakan dalam satu dua dekade terakhir ini: kecerdasan sosial, kecerdasan emosional dan lain-lainnya. Oleh karena itu, bila buku ini dapat sampai ke perpustakaan-perpustakaan sekolah, akan sangat menolong para guru dan siswa untuk mengkreasikan permainan yang bersifat edukasi. Siswa yang membaca akan berimajinasi dan mulai mencoba dengan mengajak teman-teman sebaya. Mereka akan menyimpan sementara gawai.

Sebagai seorang Pegiat Literasi, saya salut dan berbangga dengan upaya, kerja keras, dan kerja cerdas dari ibu Astuty H. A. Ramba dan rekan-rekan yang mengupayakan terbitnya buku ini. Kita hendak memastikan bahwa buku ini akan mendapat sambutan dan antusias minat baca.

Salam Literasi.

PA sebagai penulis kata pengantar mendapat labeling sebagai Pegiat Literasi, Penulis dan Pemerhati Bahasa Daerah dan Budaya. Kiranya ada benarnya walau tidak seutuh dan sempurnanya oleh karena selama ini sebagai Pegiat Literasi di Kabupaten Kupang PA melakukannya secara solo run. Belum ada institusi Pegiat Literasi di Kabupaten Kupang yang mewadahi, namun PA terus bergiat menebar virus literasi. Mengapa? Karena ada keyakinan bahwa satu tulisan yang dibuat hari ini dan terdokumentasi secara baik, sesungguhnya telah menempatkan nama penulisnya di masa depan. Jadi kira-kira begini: Anda menulis hari ini, namamu telah terpatri pada prasasti di masa depan.

PA akan terus berada di jalur literasi dengan menulis walau tidak setiap harinya. PA pun terus melakukan observasi pada produk dan karya budaya masyarakat, sekaligus melihat perkembangan bahasa daerah khususnya di pulau Timor bagian Barat. Hari ke hari rasanya masyarakat mulai menggerus sendiri bahasa daerahnya dengan menginjeksikan istilah-istilah tertentu di antara kalimat, atau bahkan mulai menggunakan bahasa lain selain bahasa daerahnya sendiri.

Akankah budaya lokal (tradisional) tergeser oleh budaya kontemporer dan bahasa daerah akan punah? 

PA kembali ke permainan tradisional anak-anak baik di pedesaan maupun perkotaan. Pada lokus mana pun dipastikan anak-anak punya permainan pada musimnya. Kini semua itu mulai tergerus pula. Mereka menggantinya dengan game yang disediakan dalam wujud aplikasi melaui  gawai (handphone android, gadged, dll) sebagai produk teknologi canggih, memudahkan, menyenangkan dan menguras kantong.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 18 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun