Pengantar
KTT ASEAN yang dihelat di Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur telah berakhir. Seluruh delegasi di bawah pimpinan kepala negara/kepala pemerintahan telah pulang ke negerinya masing-masing. Kesan tergambar dalam ingatan dan dokumen-dokumen yang kelak akan ditindaklanjuti oleh tiap negara dalam bingkai ASEAN untuk membangun persatuan.
Presiden NKRI, Ir. Joko Widodo telah menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Nusa Tenggara Timur memiliki potensi alam yang dapat dikunjungi sebagai destinasi wisata premium. Ia tidak sia-sia menunjuk Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur yang sering diplesetkan sebagai Nanti Tuhan Tolong, atau Nasib Tak Tentu, sebagai kelemahan dan keterbatasan, kini membuat para pelucu mengangakan mulutnya.
Plesetan Nanti Tuhan Tolong bagai sepenggal doa sehingga kini Tuhan sungguh-sungguh menolongnya. Tuhan mendengar doa itu dan membuka pintu anugerah-Nya hingga para pemimpin negara di Asia Tenggara sungguh berkesan. Anggota delegasi tiap negara punya kesan sendiri sebagaimana yang terjadi pada Perdana Menteri Singapura. "waktunya terlalu singkat dan ingin lebih lama lagi di sini."Â sumberÂ
Hal yang mirip disampaikan oleh Putera Sultan Brunei Darussalam, Abdul Mateen, "Kami senang dan ini pertama kalinya kami di Labuan Bajo jadi kami senang berada di kapal ini melihat sisi berbeda dari KTT ASEAN. Ya sangat bagus, sangat santai terutama setelah pertemuan hari yang panjang." sumber
Maka, jadilah Labuan Bajo secara khusus dan Nusa Tenggara Timur naik pamornya di mata para pemimpin ASEAN, dan harapan masa depannnya yakni, akan ada lagi pertemuan-pertemuan skala internasional di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Labuan Bajo. NTT sudah sangat siap dalam rangka pelaksanaan event-event itu.Â
Lalu, apakah ada dampaknya untuk dunia pendidikan di Nusa Tenggara Timur?
Dampak KTT ASEAN Labuan Bajo bagi Pendidikan di Nusa Tenggara Timur
Â
Bila kita ada kesempatan untuk melakukan gugling untuk mendapatkan informasi tentang dunia pendidikan dasar dan menengah di Nusa Tenggara Timur, akan muncul beragam bangunan sekolah yang membanggakan di satu sisi dan menghanyutkan rasa di sisi lainnya. Mengapa? Dari sudut pandang infrastruktur pendidikan (bangunan dan isinya) tidak merata sebagaimana diharapkan oleh penyelenggara pendidikan, yakni negara/pemerintah dan masyarakat.
Hal yang demikian tentu tidak serta-merta menjadi satu-satunya faktor penentu suksesnya penyelenggaraan pendidikan. Dalam beberapa kesempatan berkunjung ke sekolah-sekolah Bupati Kupang (pada waktu itu), Ayub Titu Eki mengatakan, "bangunan boleh darurat, asal otak tidak darurat." atau yang kalimat lainnya, "biar sekolah di kampung, asalkan otakmu tidak kampungan."Â
Kalimat-kalimat yang demikian berdampak pada rasa peduli pada pembangunan infrastruktur bangunan sekolah dan isinya. Berapa banyak bangunan sekolah yang dianggap layak untuk penyelenggaraan proses belajar-mengajar? Maka, tidak heran jika banyak bangunan sekolah darurat di Kabupaten Kupang.