Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mungkin Nilai Sportivitas dan Fair Play saat Garuda Lipat Sayap

31 Maret 2023   08:47 Diperbarui: 31 Maret 2023   09:41 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Kompas TV, Roni Bani

Publik mengarahkan perhatian ke stadion-stadion dimana kualifikasi sepakbola U20 sedang berlangsung. Publik dan seluruh pemangku kepentingan tak pernah menduga bahwa satu tim dari negara kecil bernama Israel, lolos baba final.

Ketika bola sementara dimainkan, FIFA meniup peluit untuk mengundang perhatian untuk beristirahat. Pada saat istirahat inilah FIFA akan melakukan penarikan undian untuk menentukan tim-tim sepakbola U20 dalam grup-grup. Denpasar-Bali ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan apa yang disebut drawing. 

Sungguh disayangkan, Pemerintah Provinsi Bali melalui Gubernur Bali, I Wayan Koster menanyakan sesuatu yang bukan urusan olahraga tetapi dibaurkan ke dalam olahraga, yakni hubungan diplomatik NKRI-Israel. Dalam hal yang demikian, bola di tengah lapangan permainan kini beralih ke luar lapangan. Out. 

Tangkapan Layar Kompas TV, Roni Bani
Tangkapan Layar Kompas TV, Roni Bani

Para pemangku kepentingan di luar sepakbola memulai satu babak tersendiri di luar lapangan sepakbola. Mereka itu yakni pejabat daerah hingga pejabat di pusat. Menhan, Prabowo Subianto, Gubernur Bali, I Wayan Koster, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, dan lain-lain. 

Selanjutnya beberapa anggota DPR RI, Partai Politik tertentu, Pengamat olahraga sepakbola,  organisasi kemasyarakatan keagamaan tertentu, dan lain-lain. Semuanya memainkan bola ketika FIFA meniup peluit tanda istirahat sesudah kualifikasi piala dunia U20. Mata dunia dan FIFA diarahkan ke Indonesia.

Bola politik mengerucut menjadi bola polemik dan adu argumentasi. Publik tak diam. Ada yang menyoraki indikasisi entah pro kebijakan luar negeri dimana NKRI tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel sehingga pintu tertutup untuk timnas Israel datang ke Indonesia. Sementara yang pro sportivitas rindu menempatkan olahraga pada posisinya sehingga tidak dibaurkan dengan politik, khususnya politik luar negeri NKRI.

Presiden NKRI, Ir. Joko Widodo pun bersikap pada bola polemik dan argumentasi di dalam negeri yang kontra produktif. Ia mengutus Ketua Umum PSSI, Erick Thohir untuk melakukan pertemuan (lobby) Presiden FIFA, Giovanni Vincenzo Infantino  di Daha, Qatar (29/3/23) (2)   Hasilnya, FIFA removes Indonesia has host of FIFA U-20 World Cup 2023 (3)

Kini Indonesia  kecewa dan menangis. Mengatupkan bibir pada mayoritas publik. Pada kalangan pro politik luar negeri Indonesia, tentu ada kemenangan politis. Mereka bertepuk tangan di luar lapangan sepakbola. Bola kembali ke tangan FIFA. FIFA akan menempatkan bola ke tengan lapangandi tempat yang akan ditentukan dalam waktu singkat ini.

Tangkapan Layar Kompas TV, Roni Bani
Tangkapan Layar Kompas TV, Roni Bani

Penutup

Publik dan pecinta sepakbola Indonesia serta seluruh pemangku kepentingan kembali ke dalam nilai kejujuran permainan (fair play). Mari jujur pada diri sendiri dan pancarkan kejujuran itu ke dunia luar agar mereka mengetahui bahwasanya kita jujur.

  • kita perlu jujur bahwa bila politik luar negeri kita yang bebas-aktif itu implementasinya tidak hanya mengarah ke satu negara saja, tetapi kepada bangsa/negara mana pun yang mengangkangi Hak Azasi Manusia (human rights). Oleh karena itu, perlu ada kebijakan yang terlihat khas dan khusus pada dunia olahraga terutama ketika berhadapan dengan negara yang tidak ada hubungan diplomatik. 
  • kita perlu jujur bahwa bila olahraga yang menjunjung sportivitas dan fair play sebagai prioritas di lapangan dan di luar lapangan, saling berpelukan, mengakui keunggulan lawan, mengakui kelemahan dan keterbatasan diri sendiri, maka kita perlu membenahi diri lagi untuk masa berikutnya.
  • kita perlu sportif menerima keputusan FIFA yang pahit sepahit-pahitnya, bahkan sakit sesakit-sakitnya. Presiden NKRI Ir. Joko Widodo telah bersuara. Biarlah kita menghormati keputusan itu. Kita tidak perlus saling menyalahkan di dalam negeri.
  • Mari sportif dan jujur pada diri bahwa akhirnya mimpi untuk menjadikan Garuda Muda mengepakkan sayap harus menjadi melipat sayap. Mari gerek bendera merah-putih, cukup sampai setengah tiang saja, tanda dukacita atas "kematian" rasa sportivitas dan fair play dari sebahagian kalangan, yang menjadi penyebab pembatalan perhelatan sepakbola piala dunia U-20 di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun