Pemulung Aksara duduk di ruang pungut aksara mendengar jargon menggema melintasi bentangan cakrawala: pengadilan, pengadilan, pengadilan, berbekal bayang pisau bedah mencincang halus perkara dan palu pemutus benang imajinasi kaum berperkaraÂ
Pengadilan mengadili para terdakwa, pengadilan menghadirkan penegak hukum, pengadilan meminta keterangan saksi, pengadilan mendengarkan tuntutan dan pembelaan, pengadilan menatakelola emosi dan rasa keadilan publik
Pengadilan dapat bagai panggung sinetron berkelas, dapat bagai drama dramatis mendera hanyut rasa, air mata menggenang, emosi jiwa merebak dalam rongga tertahan hingga mencapai titik kulminasi, vonis pengadilan yang seadil-adilnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Koalisi
Baca juga: Ironi Hari Kasih Sayang Ini
Baca juga: Monumen Tirosa Salah Satu Ikon Kota Kupang
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!