Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekelumit Belaka tentang Fenomena dan Fakta Penculikan Anak

8 Februari 2023   11:29 Diperbarui: 8 Februari 2023   11:38 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Malika[1] diculik oleh seseorang yang dikenal sebagai pemulung. Orang tua Malika melaporkan kepada pihak kepolisian sambil menyebar foto dengan permohonan untuk menyampaikan kabar keberadaan anaknya bila ada yang mengetahuinya. Media televisi pun menempatkan kabar ini sebagai salah satu trending topik agar menjadi pengetahuan public sekaligus turut mengharapkan kabar baik dari orang tertentu bila mengetahui keberadaan Malika. Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo memberikan perhatian khusus pada kasus ini dan memerintahan jajarannya untuk menangkap pelaku dan memprosesnya sesuai hukum yang berlaku. Sementara Malika patut mendapat perhatian berupa perawatan dan pemulihan agar dapat kembali normal sebagaimana semula. 

Pihak kepolisian bergerak secara senyap dan cepat hingga dapat menemukan dan menangkap pelaku penculikan serta anak yang hilang tersebut. Malika sendiri kooperatif pada saat pemeriksaan baik oleh pihak rumah sakit maupun oleh polisi. Sesudah pemulihan, ia dikembalikan kepada orang tuanya. Orang tuanya menangis haru sambil mengucapkan terima kasih kepada pihak kepolisian yang sudah berhasil menemukan anak mereka.

Pada saat memberikan keterangan, pelaku mengaku telah menganggap anak itu sebagai anaknya sendiri, atau tepatnya ia merasa memiliki anak itu[2]. 

Kasus ini, suatu fakta yang terlihat dan membuat public "marah" serta mulai waspada. Anak-anak yang bermain di lingkungan sekitar kehidupan bersama, mendapat peringatan dari orang tua agar waspada terhadap orang baru yang menyapa. Orang tua sigap mengantar dan menjemput anak dari sekolah, merupakan sikap dan Tindakan waspada setelah kasus itu dan kasus lain yang juga menghebohkan.

Kasus kedua terjadi di Makassar Sulawesi Selatan[3] ketika terjadi kasus pembunuhan anak. Bermula dari penculikan anak, lalu ketika ditemukan justru sudah menjadi jenazah. Setelah ditelusuri, kabarnya mereka tergiur iklan penjualan organ tubuh. Organ tubuh yang sehat dapat dijual dengan harga mahal.

Mari berkunjung dengan menggunakan mesin pencari Google, Anda akan menemukan banyak berita tentang penculikan anak. Berita-berita itu ada yang benar sesuai faktanya, dan ada pula yang dibuat-buat sebagai berita (hoax) sehingga menimbulkan kegelisahan di tengah masyarakat.

Dampak dari berita hoax khusus pada penculikan anak terlihat pada kasus baru seperti: pengrusakan fasilitas milik penculik atau keluarganya sebagaimana yang dilakukan pada penculik anak di Makassar. Mencurigai hingga menghakimi orang yang dicurigai sebagaimana kasus seorang ibu dibakar hidup-hidup di Papua dan seorang ibu nyaris dihakimi massa di kota Kupang.

Betapa orang yang hidup zaman digital ini. Karakter orang zaman digital rasanya seperti mereka yang berada di zaman barbar. Menjadikan orang lain sebagai mangsa atas alasan ekonomi. Lihatlah kasus-kasus dimana anak-anak mendapat perlakuan buruk dari seorang ibu yang maniak seks [4].

Suatu perkembangan karakter manusia yang entah bagaimana secara layak mengurai kata yang tepat. Kepastian pada kita yakni:

  • edukasi, secara informal di rumah oleh orang tua maupun secara non formal melalui lembaga/institusi tertentu melalui sosialisasi, termasuk media sosial, media arus utama, dan formal melalui lembaga pendidikan. Di rumah orang tua dapat memerhatikan pendidikan rohani (agama) walau sederhana, pertemanan anak-anak dengan teman sebaya tentu baik, namun patut mendapat perhatian bila mereka menggunakan alat komunikasi pintar (smartphone android); bila orang tua kurang paham proxy, mintalah bantuan pada orang yang memahami sehingga dapat mencegah anak masuk ke area-area yang bukan untuk dirinya. Pada lembaga yang langsung maupun tidak langsung mempublikasikan pencegahan penculikan anak, bukankah patut mengurangi berita-berita tentang penculikan anak? Bila terus-menerus membahas dan menyiarkan penculikan anak, dampaknya luas pada masyarakat; sementara itu anak-anak akan mengalami trauma. Di sekolah, sebagai lembaga formal pendidikan, para guru mengingatkan dan menasihatkan anak-anak agar waspada, tidak mudah diiming-imingi hadiah terutama oleh orang-orang terdekat yang sudah dikenal dan terlebih lagi pada mereka yang sama sekali tidak dikenal.
  • Kontrol dan cegah pertemanan anak dengan teman sebaya dalam permainan menggunakan online game. Secara lebih luas, kontrol penggunaan alat komunikasi modern (smartphone android).
  • Laporkan pada pihak berwajib. Pemberian informasi kepada pihak berwajib tentang orang-orang yang tutur, sikap dan tindakannya kurang pantas pada anak-anak. Cegahlah anak-anak untuk tidak terkecoh dengan orang asing yang menawarkan hadiah berupa uang, mainan dan lain-lain yang sifatnya memanjakan.

Demikian sekelumit catatan penulis pada hari ini menyikapi fenomena dan fakta penculikan anak.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 8 Februari 2022

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun