Kalimat ini kiranya dapat dibaca dengan menggunakan insting psikologi jiwa. haha... Pemilik kendaraan rupanya seorang pemuda yang pernah menjadi mahasiswa. Ia tidak menyelesaikan studinya sehingga telah gagal (menjadi) sarjana. Uneg-uneg di dalam hatinya, mimpi meraih sarjana tak tercapai. Ia curahkan isi hatinya pada bagian belakang (pintu) bak truk miliknya.Â
Pilihan profesi yang tepat baginya yakni menjadi seorang pengemudi untuk truk miliknya sendiri. Ia memasang target dengan memotivasi dirinya agar tidak lagi gagal untuk kedua kalinya.Â
Jika sudah memilih profesi sebagai pengemudi (sopir), maka "kehidupan" terasa bergantung sepenuhnya di sana, di atas roda. Maka, ia memotivasi dirinya untuk tidak boleh gagal di atas roda. Ketika roda truk miliknya mulai menggelinding di jalanan entah beraspal atau tidak beraspal, mendaki-menurun, dan berbagai kondisi alam di Timor, ia tidak mau gagal lagi.
Ketika membaca kalimat ini rasanya ada simpati pada pemiliknya, jadi kiranya tidak lucu-lucuan, tidak bercanda, namun ada curahan hati (curhat) pada publik. Lalu, tersenyumlah pembacanya... haha...
Penutup
Begitulah kira-kira ulasan lucu-lucuan dua konteks "gagal" yang dilukis sebagai motivasi candaan pada pemilik truk. Biasanya tulisan seperti itu, pemiliknya yaitu pengemudi (sopir) itu sendiri.
Tulisan ini hanya untuk hiburan. Terima kasih. Semoga menginspirasi ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H