Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasangan Kekasih ini Menikah di Melbourne Australia Bersyukur di Koro'oto Pah Amarasi

24 Januari 2023   14:37 Diperbarui: 13 Februari 2023   10:40 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kiriman Family Design; 

Pengantar 

Pada tahun 2013, seorang pemuda candidate of Doctor tiba di Koro'oto. Ia datang dengan satu rombongan tim yang terdiri dari para ahli bahasa dan orang asli pengguna bahasa daerah. Para ahli berasal dari luar negeri, dari universitas dan program studi yang fokus pada riset bahasa dan budaya. Para ahli ini pun berada dalam NGO seperti Summer International Languages (SIL), Australian Society Indigenous Languages (AuSIL), Wiclyff Bible Translators, dan lain-lain. Sementara itu orang asli pengguna bahasa daerah di sekitar lingkunga pelayanan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Mereka itu seperti, Bahasa Melayu Kupang, Bahasa Amarasi, Bahasa Helong, Bahasa Dhao, Bahasa Tii, Bahasa Lole, Bahasa Tetun, dan lain-lain. Datang pula dosen-dosen bahasa dari Universitas Kristen Artha Wacana Kupang.

Pada saat mereka tiba, ada suatu peristiwa kematian dari seorang nenek di dalam kampung ini. Mereka ikut dalam upacara penguburan jenazah dari nenek yang meninggal dunia ini. Malam itu, sang pemuda bermalam di rumah dinas SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan. Seorang guru SD, Roni Bani, menyediakan tempat tidur sederhana untuk sang pemuda. Beberapa hari kemudian ia pulang ke kota Kupang dan melanjutkan perjalanannya kembali ke Australia.

Beberapa bulan kemudian, ia kembali ke Indonesia, di Kota Kupang khususnya melalui Unit Bahasa dan Budaya GMIT Kupang (UBB GMIT)  Kepulangannya kali ini untuk membantu UBB GMIT dalam dokumentasi bahasa-bahasa daerah di lingkungan pelayanan GMIT. Ia memilih ke desa Nekmese, Amarasi Selatan. Di sini, ia menumpang pada keluarga Roni Bani yang sudah pindah ke rumah pribadinya, rumah tua milik keluarga Bani yang disebut Umi Nii Baki Koro'oto.

Dokumentasi bahasa dilakukan oleh Dr (Cand) Owen. Ia berkeliling ke banyak tempat, khususnya di Pah Amarasi dan daratan Timor Barat hingga perbatasan Timor Leste. Dari hasil dokumentasi bahasa ini, lahir peta bahasa yang dikeluarkan oleh UBB GMIT Kupang. Pembaca dapat berkunjung  di sini.

Pasangan Dokumentis Bahasa Daerah menjadi Pasangan Suami-Isteri

Owen - Kirsten bertemu dalam lanjutan kegiatan dokumentasi bahasa daerah untuk membantu UBB GMIT Kupang. Bantuan yang diberikan kepada UBB GMIT Kupang sangat bermanfaat untuk pengembangan ilmu bahasa daerah di daratan Timor dan sekitarnya. Hal ini untuk memperkuat daya pelayanan GMIT dengan menggunakan bahasa daerah, bahasa ibu, bahasa hati, bahasa yang paling mudah dimengerti oleh pemilik sekaligus penggunanya.

Anggota-anggota dari Organisasi keagamaan GMIT baik sebagai orang individu maupun sebagai gereja lokal (jemaat) tersebar di daratan Timor Barat, pulau Sabu, pulau Rote, kepulauan Alor, Flores,  Sumbawa (NTB) dan Batam. Bila membayangkan berapa banyak bahasa daerah yang ada pada setiap tempat ini. 

Hasil dokumentasi bahasa ditulis dalam makalah-makalah ilmiah dan dipresentasikan pada beberapa konferensi internasional.

Seiring waktu berjalan dalam pertemuan-pertemuan sebagai sesama dokumentis bahasa daerah, komunikasi dibangun. Jalinan komunikasi baik secara langsung maupun melalui surat elektronik menjadikan kedua muda-mudi ini menjadi kekasih yang saling mempercayai. 

Jarak Melbourne - Sydney menjadi amat dekat karena surat elektronik. Jarak Australia  - Jerman pun tetaplah dekat karena surat elektronik. Jarak Amarasi - Amfo'an (Lelogama) jauh ketika mesti ditempuh dengan kendaraan, apalagi pada saat itu jalan masih bersifat darurat. Tanjakan bok sapulu masih sangat memprihatinkan untuk dilewati. Adrenalin pengguna jalan (sopir, konjak, penumpang, pemotor, dan pejalan kaki) diuji di area ini. 

Bukit di Lelogama yang disebut dalam bahasa lokal Amnefu Humoon menjadi penawar lelah dan pendingin rasa sesudah tanjakan bok sapulu  yang terkenal itu. Amnefu Humoon lalu berganti nama oleh mereka yang datang ke sana untuk"cuci mata"; nama yang diberikan bukit teletabis. Anehnya, masyarakat pun ikut-ikutan, termasuk kaum terdidik di dalam Lelogama dan Amfo'an (Amfoang) pada umumnya. 

Kirsten Culhane berkunjung pada beberapa tempat pada enam wilayah kecamatan untuk dokumentasi bahasa daerah Amfo'an. Dari sana diketahui ada perbedaan-perbedaan pada penggunaan bahasa daerah oleh masyarakat Amfoang Raya. 

Owen Edwards berkunjung pada beberapa tempat di Amarasi Raya (Amarasi, Amarasi Selatan, Amarasi Barat dan Amarasi Timur). Ia pergi pula ke Kecamatan Taebenu dan Nekamese, pula ke Fatule'u hingga Ta'en di Amfoang. Ia dan tim dari UBB GMIT Kupang masuk ke perbatasan Timor Leste pada tempat-tempat pemilik dan pengguna Bahasa Tetun. Hingga tiba pula di pulau Rote pada pengguna Bahasa Rikou.

Semua upaya ini untuk mengidenfitikasi bahasa-bahasa daerah di lingkungan pelayanan GMIT. Hasilnya setelah diseminarkan pada konferensi-konferensi internasional, selanjutnya menjadi bagian dari kerja UBB GMIT Kupang.

Owen - Kirsten "jatuh cinta" pada budaya atoin meto' ~ orang Timor di Pah Meto'  ~ Tanah/Pulau Timor. Lama menjalin hubungan sebagai kekasih (LDR), akhirnya keduanya memutuskan menikah pada 3 Januari 2022. 

Roni Bani sebagai "orang tua" di Timor (Pah Amarasi) tidak sempat menghadiri upacara ini di Melbourne Australia. Banyak sahabat hanya menyaksikan upacara ini melalui zoom meeting. Hal ini terjadi karena pandemi covid-19. Pernikahan berlangsung sederhana namun ada gambaran bergengsi.

Pasangan suami-isteri ini berasal dari keluarga-keluarga yang takut akan Tuhan. Orang tua Owen pelayan (pendeta), demikian pula orang tua dari Kirsten. Keluarga Edwards, keluarga Culhane, keluarga Bani, keluarga Grimes, UBB GMIT, dan banyak orang bersyukur atas peristiwa pernikahan yang terjadi di tengah terpaan pandemi covid-19.

Sesudah pernikahan itu, keduanya kembali ke Eropa (Jerman). Owen menjadi staf pengajar di salah satu universitas di sana. Kirsten melanjutkan studi pasca sarjananya (kandidat doktor). Di tengah kesibukan sebagai pengajar dan mahasiswa, keduanya masih menyempatkan untuk mengirim kabar bahwa mereka tetap akan mengadakan ibadah syukur dalam balutan budaya khas masyarakat Pah Amarasi.

Foto: Louis Bani
Foto: Louis Bani

Berbalut budaya Pah Amarasi Ibadah Syukuran Pernikahan

Enam belas Januari 2023, pasangan suami-isteri Owen-Kirsten tiba di kota Kupang. UBB GMIT Kupang sedang mengadakan lokakarya penulisan buku-buku tata bahasa daerah untuk beberapa bahasa di Klaster Alor, Klaster Timor, Klaster Rote-Sabu. Keduanya turut serta mengambil bagian dalam lokakarya ini sebagai narasumber. Lokarya berlangsung antara tanggal 9 - 27 Januari 2023.

Dua puluh satu Januari 2023, pasangan suami-isteri Owen-Kirsten tiba di Nekmese, pada Umi Nii Baki-Koro'oto. Persiapan untuk mengadakan ibadah syukur pernikahan telah mencapai kira-kira 65%. Undangan disebarluaskan secara mulugram. Beberapa di antaranya melalui pesan WhatsApp. Tidak ada satu pun undangan tertulis, termasuk ketika mengundang Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe,S.H, M.Th.

Persiapan yang telah mencapai kira-kira angka prosentase 65% ini yakni, undangan, acara dan personil, lokasi penyelenggaraan acara, dan kesiapan dapur. Semuanya bersifat telah siap untuk memasuki real acara pada Minggu, 22 Januari 2023.

Minggu (22/1/23) pasangan suami-isteri Owen-Kirsten mengikuti kebaktian di gedung gereja Pniel Tefneno' Koro'oto, Klasis Amarasi Timur. Gereja ini berada di desa Nekmese, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, NTT. Agar pembaca tidak keliru, pewilayahan organisasi administrasi gereja (GMIT) ke dalam Klasis tidak selalu sama dengan pewilayahan administrasi pemerintah Kabupaten Kupang. Dalam kebaktian ini, ada percakapan singkat dengan pemimpin kebaktian. Inti percakapan itu yakni, pilihan mengucap syukur di Umi Nii Baki bersama komunitas Koro'oto dan masyarakat Nekmese oleh karena cinta pada bahasa dan budaya orang Timor. Mari sekadar membacanya di sini

Acara ini pun mulai dilangsungkan. Pengantin dan rombongan memasuki area ibadah syukur yang dikemas dengan tema budaya, bebin uik ana' - teuf ana' .

  • Rombongan memasuki arenna acara
  • Tarian penyambutan yakni Bsoo' sene, tarian yang diiringi dengan menabuh gong
  • Natoni atau aa' asramat oleh Tim Natoni dari dusun Sanenu' desa Bokong Kecamatan Taebenu Kab Kupang.
  • Tarian massal penyambutan ke dalam rumah
  • Skaut neu bifee noni ~ ma atoin mone ~ menjemput pengantin
  • Doa bebin uik ana' - teuf ana' di dalam kamar
  • Pengantin keluar dari kamar, mengambil posisi duduk; MC menyapa seluruh tamu;
  • Sapaan selamat datang oleh tuan rumah Umi Nii Baki; penyematan kain tenunan pada Wakil Bupati Kupang diikuti penyerahan dua buku 
  • Sapaan kepada tamu dan menyilahkan Dr Owen Edwards, Ph.D dan Kirsten Culhane, BA (Hons) menyampaikan sambutan yang memberi alasan pilihan tempat syukuran
  • Ibadah syukuran dipimpin Pdt. Yulita Y. Zina-Lero, S.Th, dibantu dua orang penatua dan Pdt. Dr. W. Fini Ruku, MA.M.Th (Dekan FTeol UKAW Kupang)
  • Melelang persiapan persembahan natura 
  • Sambutan-sambutan:
  • Prof. Dr. Charles E. Grimes, Ph.D (Antropolog, Linguits, Konsultan Penerjemahan Alkitab dan Pendidikan)
  • Pdt (emr) Semuel Victor Nitti, M.Th (mantan Sekretaris dan Bendahara MS GMIT, mantan anggota DPRD Prov. NTT, orang Amarasi)
  • Jerry Manafe, S.H., M.Th (Wakil Bupati Kupang)
  • Heronimus Bani, S.Pd.,M.M (tuan rumah) untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan sapaan semeja-sehidangan dalam acara ramah-tamah keluarga.
  • Doa ramah-tamah dipimpin oleh Pdt. Papi A. Ch. Zina, S.Th
  • Ramah-tamah berlangsung
  • Tarian massal dan gembira, kosu'
  • Foto-foto, salam jabat, dan bubar

Foto: Ansel Bani
Foto: Ansel Bani

Penutup


Seluruh rangkaian acara telah selesai. Pasangan suami-isteri muda ini telah kembali ke kota Kupang. Dari sana keduanya akan melanjutkan perjalanan untuk menata dan meniti kehidupan rumah tangga, tugas dokumentasi bahasa daerah di berbagai tempat, melakukan pengembangan ilmu bahasa dan lain-lain yang tetap berfokus pada bahasa dan budaya.

Harapan keluarga besar Umi Nii Baki Koro'oto pada keduanya yakni, komunikasi yang lancar agar saling memiliki kabar baik. Baik dalam keadaan sakit maupun sulit.

Umi Nii Baki - Koro'0to, 24 Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun