Setelah semua persiapan itu dianggap tuntas dan telah fix benar-benar siap, kami pun menyiapkan diri dengan mengenakan busana khas masyarakat adat Pah Amarasi.
Prosesi maso minta dimulai dengan sapaan "ketuk pintu" menggunakan pendekatan khas masyarakat adat orang Timor pada umumnya yakni aa' asramat atau natoni. Dalam acara ini saya memimpin rombongan keluarga menyampaikan maksud kedatangan dalam bentuk tuturan adat, sekaligus berharap pintu hati dibukakan kepada kami, dan mau menyambut kami ke dalam rumah untuk mengadakan acara selanjutnya.
Sesudah tuturan adat itu, oko'mama' bergambar burung diserahkan. Gambar burung yang ada di sana bermakna, rombongan datang dari tempat yang jauh, bagai orang asing (burung) yang berharap mendapatkan tempat bertengger atau mungkin sebaiknya mendapatkan sarang tempat beristirahat.  Sesudah oko'mama' diterima kami pun dipersilahkan masuk oleh mafefa' dari  pihak keluarga calon pengantin perempuan. Â
Di halaman dalam kami disambut dengan tarian oleh beberapa pemuda. Tarian penyambutan yang sangat menarik diiringi alat musik tradisional khas masyarakat etnis Yolngu bangsa Aborigin.
Sesudah tarian ini dipentaskan sebagai penyambutan, sekali lagi kami menyapa seluruh keluarga dan para tokoh serta undangan yang hadir. Selanjutnya kami memasuki sesi memperkenalkan calon pengantin laki-laki, seorang pemuda yang tidak diragukan lagi keteguhan hatinya untuk meminang dan sampai pada titik menikahi gadis pilihannya.Â
Perkenalan diterima, sehingga pihak keluarga calon pengantin perempuan melalui mafefa'Â memperkenankan sejumlah perempuan memasuki arena acara. Mereka dibawa berbaris di hadapan kami semua, lalu kepada pemuda diminta untuk menemukan calon pengantin perempuan pilihan hatinya.
Sesi ini pun telah dapat dilewati, gadis terpilih sudah ada sehingga mereka pun tegak berdiri di hadapan seluruh pemangku kepentingan, para tokoh dan orang tua.
Selanjutnya sebagai Mafefa'Â saya memasuki satu sesi berikut yakni, sesi tanya-jawab kepada calon pengantin adat. Sebelum memasuki sesi ini saya menjelaskan tata cara bertanya dan siapa yang ada hak bertanya. Kami secara silang akan bertanya kepada pasangan calon pengantin adat. Mafefa' dari pihak laki-laki akan bertanya kepada calon pengantin adat perempuan, (gadis) dan sebaliknya mafefa' dari pihak perempuan bertanya kepada calon pengantin adat laki-laki (pemuda).Â
Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain:
- siapa yang duduk di sampingmu? Sebutkan namanya!
- Kapan dan dimana bertemu?
- Mengapa begitu banyak orang duduk di sekeliling kita pada saat ini?
- Sampai kapan pernikahan ini berakhir?
- Jika pada suatu waktu terjadi sesuatu yang tak diharapkan dalam pernikahanmu, bagaimana kamu berdua menanganinya agar rumah tanggamu dan pernikahanmu tetap awet?Â
Tentang pertanyaan pertama dan kedua, biasanya amat mudah untuk menjawabnya. Pada pertanyaan ketiga, masyarakat adat Amarasi mengingatnya secara baik. Biasanya sebelum acara seperti itu dilangsungkan kepada para pasangan muda akan dibekali (brifing). Jawaban yang standar yakni, semua orang yang datang dan berkumpul di sini dalam rangka menjadi saksi atas pernikahan kami secara adat. Kami rindu membentuk dan membangun rumah tangga baru.