tulisan berseri: seri kelima
Pada seri(edisi) keempat saya menulis pengalaman di luar kampus Universitas Manoa Hawaii-USA. Tentu tidak secara detil segala hal yang terjadi pada saat itu saya ingat untuk catatkan agar tidak hilang.
Masih ada yang terlewatkan setelah catatan itu saya baca ulang, namun saya pikir hal-hal yang terlewatkan itu menjadi kenangan dalam genangan pada pelupuk ingatan.
Misalnya, keberangkatan dari Kupang, Denpasar, Narita (Jepang), hingga Honolulu (Hawaii) dan sebaliknya ketika kembali dari sana; Hawaii, Singapura, Denpasar, Surabaya, Kupang. Pergi dan pulang yang berdampak pada apa yang disebut jet lag, walau kami terlihat biasa-biasa saja; padahal tubuh terasa sangat lelah.
Dari catatan Februari 2011 saya lompat ke catatan Juni 2017.Â
Pada Juni 2017 suatu perjalanan yang saya lakoni dari Kupang, Denpasar tiba di Darwin-Australia Utara. Kali ini saya tidak ditemani siapa pun. Biasanya kami dalam tim bila melakukan perjalanan misi ke luar negeri, namun kali ini saya sendiri, sehingga pengalamannya menjadi terasa berbeda. Tugas kali ini tidak ada hubungannya dengan misi penerjemahan alkitab, tetapi ada hubungannya dengan misi kebudayaan.Â
Maksudnya, kami (saya dan keluarga Grimes) akan berada dalam satu pengurusan pernikahan/perkawinan di pedalaman Australia Utara. Suatu pengurusan pernikahan/perkawinan yang tidak biasa, karena pasangan yang akan menikah telah memilih seseorang dari Timor-Amarasi untuk menjalankan tugas sebagai mafefa'Â atau juru bicara keluarga Grimes.
Tugas juru bicara (Mafefa'/Jubir) yakni mewakili keluarga dalam acara peminangan (MK, maso minta) dengan pendekatan hukum perkawinan adat yang khas di Timor. Nah, di sini letak keistimewaannya.
Pasangan nikah itu berbeda dari aspek keturunan. Calon mempelai laki-laki lahir dari Ayah dan ibu orang Amerika, sedangkan calon mempelai perempuan lahir dari ayah-ibu orang Inggris dan Yolngu (salah satu suku dari bangsa Aborigin). Dapat dibayangkan warna kulit dari sang gadis, bukan?
Mafefa'/Jubir yang dipilih oleh keluarga Grimes, Roni Bani.
Pada suatu hari dalam November 2016, rumah adat Umi Nii Baki-Koro'oto desa Nekmese, Amarasi Selatan kedatangan tamu. Tamu yang datang sudah biasa datang dalam misi penerjemahan alkitab dan implikasinya pada dunia bahasa daerah dan pendidikan multi bahasa.