edisi keempat
Hari-hari belajar di dalam International Conference Languange Documentation and Conservation di Manoa University Hawaii menjadi pengalaman menarik. Kemenarikan ini tidak berhenti di dalam kampus oleh karena banyaknya materi/makalah yang dapat dilihat, diikuti dari ruang seminar yang satu ke ruang seminar lainnya. Kemenarikan ini berawal dan terus berlangsung di sekitar perjalanan dari rumah ke kampus, di sekitar kegiatan non konferensi dan destinasi wisata pantai.
Setiap hari ke kampus dengan kendaraan yang dikemudikan oleh Opa Prof. Dr. Joseph Grimes, Ph.D. Sang Profesor yang satu ini luar biasa enerjik. Ia sudah sangat sepuh, telah mencapai umur di atas 90 tahun, tetapi masih ke kampus untuk mengabdi. Ia tidak mau dipensiunkan karena alasan pengabdian ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Satu unit mobil yang menggunakan aki/listrik ia kemudikan setiap kali ke kampus.Â
Kami harus berangkat setiap pagi pukul 05.00, menyinggahi tempat sarapan pagi. Sarapan pagi bukan  di rumah karena perjalanan ke kampus yang cukup jauh. Begitu pagi tiba, hal yang dilihat di televisi yakni arus lalu lintas. Maka, menghindari kemacetan menjadi solusi sehingga harus berangkat pagi.Â
Menarik, pada salah satu ruas jalan utama menuju ke kampus, ada sistem buka-tutup seperti di Indonesia, namun ada perbedaan. Sistem buka-tutup di Indonesia ada petugasnya yang mengatur lalu lintas, sementara di jalan yang satu ini cukup dikendalikan dengan alat kontrol jalan yang dapat terbuka dan dilewati kendaraan pada pagi hari. Ketika petang, jalanan ini ditutup sehingga pengguna jalan bila pulang, harus melewati jalan lain yang sudah diketahui. Saya menyebut secara lucu model jalan ini karena sistem buka-tutupnya seperti resleting.Â
Terlihat gerigi raksasa di pinggir jalan bergeser perlahan makin terbuka dan terus terbuka sampai pinggir jalan yang ditentukan. Lalu akan menutup diri kembali pada sore hari sehingga jaan itu berubah fungsi. Melewati jalan ini berlaku sistem three in one atau lebih. Jadi mobil yang berpenumpang di bawah 3 orang tidak diizinkan di jalan utama ini. Kami selalu berlima sehingga setiap pagi kami melewati jalan ini.
Hal lain sebagai faktor kemenarikan agar saya menulis bagian ini, kehidupan beragama. Kami, sebagai penganut Nasrani mengikuti ibadah/misa di tiga tempat ibadah. Dua tempat ibadah pertama kami ikuti dalam satu kompleks dimana berdiri beberapa unit gedung, dua di antaranya untuk ibadah/misa umat/jemaat dengan beberapa bahasa. Kami mengikuti ibadah/misa dimana umat/jemaat memakai Bahasa Inggris.Â
Di sini, kami diperkenalkan kepada umat/jemaat dengan menunjukkan hasil kerja sebagai penerjemah alkitab. Hal yang sama kami ikuti di gedung gereja kedua yang berbahasa Jepang. Kebaktian ini saya tidak akan pernah lupakan karena, sama sekali tidak ada satu kata pun yang saya pahami, kecuali aura ibadah/misa itu menyentuh rasa.Â
Para pendatang dari Jepang yang sudah menjadi warga negera USA, kemudian memilih agama Nasrani/Kristen bergabung dalam komunitas ini. Mereka mempertahankan bahasa Jepang, menggunakan bahasa Inggris Kriol, dan bahasa Inggris. Dari dua jemaat ini kami mengetahui bahwa mereka mendukung kegiatan misi penerjemahan alkitab dengan doa dan dana. Itulah sebabnya kami harus menunjukkan hasil kerja kepada mereka pada kesempatan berada di sana.Â