Selain itu, ada satu kegiatan menarik yakni Adult Sunday School (ASS), sekolah minggu untuk orang dewasa. Kami sempat mengikuti sekolah minggu ini. Saya bertanya, mengapa ada sekolah minggu seperti ini? Ternyata jawabannya mencengangkan saya. Umat/jemaat sesudah mengikuti ibadah/misa boleh mengikuti ASS untuk belajar alkitab. Pada ASS ini mereka boleh berdiskusi dengan para pengajar tentang alkitab dan praktik nyata yang dapat dilakukan oleh mereka.
Dari jawaban ini saya kemudian memberi kesimpulan bahwa ternyata untuk menjadi misionaris, bukan harus bersekolah teologi, tetapi ketrampilan/keahlian yang sudah dimiliki dari satu profesi diisikan dengan pendalaman akan pengetahuan alkitab (kitab suci).Â
Selanjutnya mereka dapat memutuskan untuk menjadi bagian dari misi layanan Kristen pada profesi yang dimiliki. Maka, bila ada rumah sakit Kristen misalnya, paramedisnya telah mengisi diri dengan pengetahuan alkitab untuk selanjutnya dipraktikan di dalam pelayanan mereka. Begitu pula berbagai profesi yang semisal tukang listrik saja pun, diarahkan kepada pelayanan kasih pada orang-orang yang membutuhkan di tempat lain.
ASS sangat menarik. Di Indonesia ada Sunday School (SS/SM) diperuntukkan kepada anak-anak di bawah 15 tahun; ketika beranjak pada umur 16 ke atas mereka sudah tidak lagi mengikuti SS/SM.Â
Pada gereja-gereja yang menganut  presbiterian-sinodal, SS/SM berlangsung seperti itu, dilanjutkan dengan pembelajaran katekisasi sidi, peneguhannya sehingga mereka diterima sebagai anggota sidi, dan dapat bersama-sama dalam pelayanan sakramen perjamuan kudus. Padahal, ASS bertujuan lain, yakni memperdalam pengetahuan, internalisasi firman Tuhan pada individu-individu yang rindu menyegarkan roh dalam diri, dan mempraktikkan sebagai bukti dan bakti iman.
Hal makanan menjadi suatu persoalan. Kami sudah berada di sana selama lebih dari 7 hari. Setiap harinya kami akan menyantap roti bercampur sayuran dan daging, spagheti, dan lainnya yang khas masyarakat USA. Lalu, saya mencoba bertanya, "bukankah negara ini dapat menyediakan berbagai jenis makanan, termasuk nasi (dari beras) dan jagung?
Dalam sehari itu sesudah pertanyaan ini, kami dibawa ke rumah makan yang menyediakan makanan khas orang Asia. Saya mendapat nasi goreng pagi itu. Lalu pada sore harinya, kami ke satu rumah makan yang menyediakan makanan ala Mexico. Di sinilah saya mendapat jagung. Sayangnya, jagung telah diolah menjadi roti. Rasanya tetap jagung.
Â
Hari sebelum pertanyaan itu, kami bersama-sama beberapa saudara dari Komunitas masyarakat Jepang mendatangi satu rumah makan yang khusus makanan ala masyarakat Jepang. Kami ditawari untuk menikmati ikan hidup segar di dalam mangkuk. Saya memilih untuk tidak makan. Ketika ditawari ikan yang sudah diolah, saya menerimanya dengan catatan saya tidak mau menggunakan sumpit... haha...Â